PASAL KE
EMPAT
IMAN KEPADA
KITAB-KITAB ALLAH
Termasuk
rukun iman, adalah beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah SWT kepada
nabi-nabi-nya dan rasul-rasulnya. Di antara kitab-kitab yang telah
diturunkan-nya ada sebagian yang namanya diberitakan secara jelas kepada kita
di dalam Al-Qur’an dan sebagian lagi tidak diberi-nya nama yang jelas. Dan
Allah SWT telah memberitakan kepada kita tentang kitab-kitab tersebut di dalam
ayat-ayat berikut:
1.
Taurat.
Taurat adalah kitab yang diturunkan kepada
nabi Musa AS., seperti diterangkan dalam firman Allah SWT berikut ini:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di
dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu
diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada
Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan
mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya.
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku.
Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa
yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang kafir”.
(QS Al-Maaidah: 44)
2.
Injil.
Injil adalah kitab-Nya yang diturunkan kepada
Nabi Isa AS., sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT sebagai berikut:
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani
Israel) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu:
Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya
(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang
sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang
yang bertakwa”.
(QS Al-Maaidah: 46)
3.
Zabur.
Zabur adalah kitab-Nya yang diturunkan kepada
Nabi Daud AS., sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT sebagai berikut:
“Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di
langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu
atas sebagian (yang lain), dan kami berikan Zabur (kepada) Daud”. (QS Al-Israa: 55)
-
Shuhuf.
Shuhuf adalah kitab-Nya yang diturunkan
kepada Nabi Ibrahim AS dan Nabi Musa AS. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat
dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa”.(QS Al-A’laa: 18-19)
4.
Al-Qur’an.
Ø Al-Qur’an mencakup ringkasan pengajaran-pengajaran ilahiyah, serta
memperkuat dan membenarkan isi kitab-kitab yang mendahuluinya, yaiut kewajiban
mentauhidkan Allah, beribadah kepada-nya, dan taat kepada-Nya.
Allah SWT
berfirman:
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),
tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan
itu,”
(QS. Al-Maaidah: 48)
Selain itu,
Al-Qur’an juga datang dengan membawa seperangkat aturan Syari’at untuk seluruh
ummat manusia, dimana semua aturan-aturan itu dapat menghantarkan mereka kepada
kebahagiaan dunia-akhirat. Dan sekaligus menashahkan syari’at-syari’at amaliyah
khusus kaum-kaum (ummat) terdahulu, dan mengukuhkan hukum-hukum yang memang
tetap berlaku untuk setiap tempat dan di segala jaman.
Ø Bahwa Al-Qur’an itu adalah satu-satunya kitab Rabbani yang telah
dijanjikan pemeliharaan (keaslian)nya oleh Allah SWT sendiri.
Allah SWT
berfirman:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Qur'an ketika
Al Qur'an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan
sesungguhnya Al Qur'an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya
(Al Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan
dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS. Fushshilat: 41-42)
Sedangkan
tentang kitab-kitab yang lainnya yang tidak jelas namanya, sudah pasti juga
diturunkan oleh Allah SWT kepada ummat-ummat tertentu yang terdahulu, sebab
sebagai ciri adanya hukum-hukum khas yang sesuai dengan kondisi kaum tertentu
itu.
Allah SWT
berfirman:
“...Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan
dan jalan yang terang...” (QS. Al-Maaidah:
48)
Oleh
karena itu Allah SWT tidak berjanji untuk menjaga keutuhannya agar berlaku di
segala zaman seperti halnya janji-Nya kepada Al-Qur’an, bahkan Allah SWT telah
memberitakan kepada kita bahwa kitab-kitab-Nya terdahulu (Selain Al-Qur’an) itu
telah mengalami perubahan dan penyimpangan, akibat ulah manusia-manusia jahil
yang tidak bertanggung jawab.
Perubahan
dan penyimpangan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi terhadap Kitab Taurat,
diberitakan oleh Allah SWT dalam ayat berikut:
“Apakah
kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari
mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka
memahaminya, sedang mereka mengetahui?”
(QS. Al-Baqarah: 75)
Firman-Nya juga:
“Yaitu
orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka
berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan
(mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak
mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa'ina", dengan
memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan:
"Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami",
tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk
mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat
tipis.”
(QS. An-Nisaa’: 46)
Adapun
penyimpangan kaum Nashara terhadap Injil, telah diberitakan oleh Allah SWT
dalam ayat berikut:
“Dan
di antara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya kami ini orang-orang
Nasrani", ada yang telah Kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka
(sengaja) melupakan sebahagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan
dengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai
hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang selalu
mereka kerjakan. Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak
(pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah,
dan kitab yang menerangkan.” (QS.
Al-Maaidah: 14-15)
Sebagai
contoh penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh kaum Yahudi dan Nasharani
terhadap agama mereka adalah kaum Yahudi mendakwakan Uzair sebagai anak Allah
SWT, sedangkan kaum Nashrani mendakwakan Isa Al Masih juga sebagai anak Allah,
sebagaimana dinyatakan Allah dalam ayat berikut ini:
“Orang-orang
Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan orang Nasrani berkata:
"Al Masih itu putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan
mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.
Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At-Taubah: 30)
Maka dengan tercantumnya ayat itu
di dalam Al-Qur’an berarti telah menunjukkan kepada kita penyimpangan yang
mereka perbuat dengan kreasi mereka sendiri itu, dan Allah SWT menjelaskan
kepada segenap ummat manusia bahwa diri-Nya bersih dari rekaan dan sangkaan mereka,
sebab Dia tidak beranak (seperti yang disebutkan-Nya) dalam surat Al-Ikhlas:
“Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan
Dia". (QS.
Al-Ikhlas: 2-4)
Suatu
kenyataan bahwa di atas bumi ini tidak ada suatu kitab pun yang sampai detik
ini masih tetap terjaga keutuhannya tanpa adanya suatu perubahan dan
penyimpangan seperti Al-Qur’an (yang selalu terpelihara keutuhannya itu).
Oleh
karena itu dapatlah disimpulkan:
1. Kitab-kitab
yang turun sebelum Al-Qur’an telah hilang naskah aslinya, dan tidak satupun
yang masih tersisa di tangan manusia kecuali sekedar terjemahannya belaka.
Adapun Al-Qur’an senantiasa utuh isinya dan terpelihara dari penyimpangan-penyimpangan
baik mengenai isinya surat-suratnya, ayat-ayatnya, kalimat-kalimatnya, bahkan
harakat-harakatnya. Semuanya masih sama persis dengan yang dibacakan oleh
Jibril kepada Rasulullah SAW, dan seperti yang dibacakan Rasulullah SAW kepada
para sahabat yang diridhai Allah SWT. (lihat prinsip-prinsip Islam, Al Maududi,
halaman 77).
2. Dalam
kitab-kitab tersebut (sebelum Al-Qur’an) telah terjadi pencampur-adukan antara
Kalamullah dengan ucapan-ucapan manusia, baik dalam hal penafsirannya,
sejarahnya, sirah para nabinya, murid-murid mereka, dan pemikiran-pemikiran
fuqahanya. Sudah tidak dikenali lagi mana yang di dalamnya merupakan Kalamullah
dan mana yang merupakan kalam manusia, semuanya sudah kacau balau. Adapun
Al-Qur’an, seluruh kandungannya merupakan Kalamullah, tidak setitikpun
tercampuri oleh hadits Rasulullah SAW, atau ucapan para sahabat, atau oleh yang
lainnya. (Lihat prinsip-pronsip Islam, Al Maududi).
3. Sesungguhnya
kitab-kitab itu (selain Al-Qur’an) sudah tidak merupakan kitab yang sah lagi
jika dinisbatkan (ditetapkan) kepada rasul yang seharusnya menerimanya. Kitab
Taurat atau yang juga dikenal dengan kitab Perjanjian Lama yang kita temukan
sekarang misalnya, di dalamnya mengandung sanad tarikh (kodifikasi sejarah)
yang sudah tidak akurat lagi (tidak bisa dipercaya kebenarnnya), karena
sebenarnya kitab tersebut dibukukan jauh berabad-abad setelah Nabi Musa AS.,
wafat.
Sangat lain dengan Al-Qur’an; Kitab yang agung itu merupakan kitab
pemersatu yang memperkokoh kedudukannya dengan memberikan gambaran gath’i
(meyakinkan) tentang rasul yang menerima wahyu, yakni Muhammad SAW. Kitab
Al-Qur’an tersebut disusun dalam bentuk surat-surat dan ayat-ayat, dengan
metode penyususnan yang sistematis, dan dengan aturan pembacaan yang tetap dari
masa ke masa tanpa mengalami perubahan. Ini membuktikan kepastian kebenarannya,
dan bagi kita yang membacanya menjadi semakin yakin bahwa Al-Qur’an itu telah
diturunkan Allah SWT kepada Rasul-Nya yang mulia SAW.
4. Dari
dalil-dalil yang menunjukkan terjadinya penyimpangan terhadap kitab-kitab
tersebut (kitab-kitab selain Al-Qur’an), dapatlah disimpulkan bahwa
penyimpangan-penyimpangan yang ada menyangkut keaslian naskahnya,
perbedaan-perbedaan nukilan kata-kata yang ada di dalamnya. (Prinsip-prinsip
Islam, Al Maududi, halaman 78)
5. Di antara
tindakan-tindakan manusia yang mengarah kepada penyimpangan-penyimpangan
terhadap kitab-kitab tersebut mencakup pengonsepan akidah yang secara rusak,
penggambaran-penggambaran batil tentang Allah SWT, dan begitu juga perihal
rasu-rasul-Nya yang mulia alaihissalam. Misalnya memperumpamakan Allah dengan
manusia, mencerca para nabi dengan menafikkah kehormatan mereka, dan sebagian
lagi dengan menafikan kesucian mereka (Misalnya seperti yang diceritakan dalam
perjanjian lama, II Samuel 12 : 1-25, bahwa Nabi Daud AS., telah menzinahi
permpuan cantik bersuami).
Dengan
demikian, setelah kita mengetahui perbedaan antara Al-Qur’an dan kitab-kitab
lainnya, maka mudahlah bagi kita untuk menentukan batas-batas keimanan pada
Al-Qur’an dan terhadap kitab-kitab lainnya. Beriman kepada kitab-kitab selain
Al-Qur’an adalah berfungsi sebagai dan sebatas pengakuan; kita wajib mengakui
bahwa kitab-kitab selain Al-Qur’an itu juga berasal dari sisi-Nya secara benar
dan jujur.
Adapun dalam
beriman kepada Kitab Al-Qur’an, maka wajib bagi kita untuk mengimani bahwa
kitab itu merupakan Kalamullah SWT yang murni dan haq. Tiap-tiap lafadznya
terpelihara dan tiap-tiap kalimatnya terjaga kebenarannya. Wajib bagi kita
untuk mengikuti perintah-perintah-Nya yang terkandung di dalamnya, menjauhi
larangan-larangan-nya, membenarkan berita-beritanya dan menolak hukum-hukum
yang berlawanan dengannya.
_________________________
YANG MENGUATKAN
YANG MEMBATALKAN IMAN
KAJIAN RINCI DUA
KALIMAH SYAHADAH
Dr. Muhammad Na’im Yasin
__Aku tinggalkan untuk kalian dua
perkara. Kalian tidak akan sesat selama berpegangan dengannya, yaitu Kitabullah
(Al Qur'an) dan sunnah Rasulullah Saw.
(HR. Muslim)
Orang yang pandai membaca Al Qur'an akan bersama malaikat yang mulia lagi berbakti, dan yang membaca tetapi sulit dan terbata-bata maka dia mendapat dua pahala.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Sebaik-baik kamu ialah yang mempelajari Al Qur'an dan mengajarkannya. (HR. Bukhari)
----Perpus Pusat UII, 20 April 2012----
Menjelang Jum’atan
0 komentar:
Posting Komentar