Kamis, 19 April 2012

MULUTMU HARIMAUMU 1

Posted by Nis |


Bismillah…

Syukur Alhamdulillah atas semua karunia Allah SWT yang tak mungkin bisa kita hitung jumlahnya. Dan di antara banyak nikmat itu, seringkali kita lupa untuk mensyukurinya bahkan malah menyalahgunakan dan bermaksiat dengannya.. adalah lisan. Mari kita renungkan terlebih dahulu. Lisan kita ini, yang jelas antara satu orang dengan orang lainnya memiliki perbedaan, baik itu secara fisik, ataupun fungsi. Ketika bercermin, kita lihat betapa sempurna Allah telah menciptakan kita, terlepas dari bentuk fisik, yang paling penting adalah kesempurnaan fungsinya itu sendiri. Masyaallah.. Alhamdulillah.. Dari satu hal di fisik kita ini saja sudah terasa nikmat Allah yang begitu luar biasa, lisan. Bayangkan seandainya kita tidak punya lidah.. ‘waiyyadhubillah..’ 

Seandainya ada orang yang datang kepada anda dengan menawarkan emas 10.000 ton untuk ditukar dengan lidah / bibir anda. Bagaimana.? Mau.?? Saya yakin 100%, 100 dari 100 orang yang ditanya akan menjawab ‘no way’. Lihat, betapa mahal dan berharganya karunia Allah ini.

فَبِأَيِّآلَاءرَبِّكُمَاتُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan.?” (QS. Ar-Rahman: 13)

Dari syaraf-syaraf, pita suara, dan bagian-bagian lain yang mendukung fungsi dari lisan, begitu rumitnya, kompleks, dan tak ada manusia yang bisa membuat produk yang sama seperti itu. Fungsinya yang sangat luar biasa pun, menjadikan kebutuhan sangat fatal bagi makhluk yang bernama manusia. Ini merupakan bagian terpenting dari fisik manusia. Untuk berkomunikasi, untuk berdakwah, terutama adalah untuk beribadah. 

Meminta, bertanya, menjelaskan, mengarahkan, bahkan memuji Allah, bagaimana itu semua bisa dilakukan tanpa lisan.? Bagi para penyanyi, lisan mereka begitu berharga, yang bisa menghasilkan pundi-pundi dunia. Bagi para pendidik, mereka jelaskan ilmu-ilmu baik itu  bermanfaat atau tidak, media lisan lah yang paling efektif. Berbeda halnya dengan waliyullah, para nabi, para da’i, penegak agama Allah, lisan mereka untuk menyeru kepada tauhid.

Ingat kisah Nabi Musa as., yangmana Fir’aun merasa ragu atasnya. Dan untuk membuktikan kalau Musa itu bayi biasa, disiapkanlah beberapa mainan di satu sudut, dan bara api di sudut lain. Musa kecil yang memang masih bayi biasa dan belum tahu apa-apa, berjalan merangkak menuju bara api, dan langsung melahapnya. Itulah penyebab kelunya lidah beliau, sehingga kurang begitu jelas artikulasinya ketika berbicara. Maka dari itu beliau meminta agar Allah memberikan seorang partner yang akan mendampinginya menyeru kepada umatnya untuk ber-Tauhid kepada Allah SWT. Untuk itu, diutuslah Harun AS. Sebuah do’a yang pernah diucapkan oleh Nabi Musa as.,

 
Artinya: “Ya Tuhan, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah segala urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.” (QS. Thaha: 27)
Lisan yang bermanfaat adalah lisan yang senantiasa menyebut asma Allah SWT. Lisan yang selamat adalah lisan yang terjaga dari segala perkataan-perkataan sia-sia, tanpa guna. Sudahkah kita.?

Warning dari Rasulullah SAW, sabda Beliau:
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ : لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ   عَظِيْمٍ، وَإِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلىَ مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ : تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ  بِهِ شَيْئاً، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ  الْبَيْتَ، ثُمَّ قَالَ : أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ   اللَّيْلِ، ثُمَّ قَالَ : } تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ.. –حَتَّى بَلَغَ-  يَعْمَلُوْنَ{ُ ثمَّ قَالَ : أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ وُعَمُوْدِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ؟ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ. ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ؟ فَقُلْتُ : بَلىَ  يَا رَسُوْلَ اللهِ . فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالِ : كُفَّ  عَلَيْكَ هَذَا. قُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمَ بِهِ ؟ فَقَالَ : ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ، وَهَلْ   يَكُبَّ النَاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ –أَوْ قَالَ : عَلىَ مَنَاخِرِهِمْ – إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ . [رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح]
Dari Mu’az bin Jabal radhiallahuanhu dia berkata : Saya berkata : Ya Rasulullah, beritahukan saya tentang perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam surga dan menjauhkan saya dari neraka, beliau bersabda: Engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar, dan perkara tersebut mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah ta’ala, : Beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya sedikitpun, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji. Kemudian beliau (Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam) bersabda: Maukah engkau aku beritahukan tentang pintu-pintu surga ?; Puasa adalah benteng, Sodaqoh akan mematikan (menghapus) kesalahan sebagaimana air mematikan api, dan shalatnya seseorang di tengah malam (qiyamullail), kemudian beliau membacakan ayat (yang artinya) : “ Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya….”. Kemudian beliau bersabda: Maukah kalian aku beritahukan pokok dari segala perkara, tiangnya dan puncaknya ?, aku menjawab : Mau ya Nabi Allah. Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah Jihad. Kemudian beliau bersabda : Maukah kalian aku beritahukan sesuatu (yang jika kalian laksanakan) kalian dapat memiliki semua itu ?, saya berkata : Mau ya Rasulullah. Maka Rasulullah memegang lisannya lalu bersabda: Jagalah ini (dari perkataan kotor/buruk). Saya berkata: Ya Nabi Allah, apakah kita akan dihukum juga atas apa yang kita bicarakan ?, beliau bersabda: Ah kamu ini, adakah yang menyebabkan seseorang terjungkel wajahnya di neraka –atau sabda beliau : diatas hidungnya- selain buah dari yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka .
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata: Haditsnya hasan shahih)

Mari bermuhasabah bersama, jika dihitung-hitung, dari sejak kita mulai bisa bicara sampai sekarang ini, berapa banyak kata ataupun kalimat yang sudah kita ucapkan.? Dan dari sekian banyak itu, berapa persenkah dari kata-kata itu yang termasuk dalam kelompok gunjingan, ratapan, cacian, hinaan, kebohongan, umpatan, dan kata-kata tak layak lain. Bandingkan dengan kejujuran, kalimat dakwah, nasehat, yang meluncur dari lidah kita. Apakah banyakan baik, atau kah malah buruknya.?
Kadang entah sadar/tidak, ringan saja kita bercanda, namun itu ternyata menyakiti teman kita. Perkataan dusta yang entah tanpa sadar juga, sudah menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Kata-kata kotor luapan emosi yang seharusnya bisa ditahan, tanpa sadar juga meluncur begitu saja. Keluh kesah, ucapan protes kepada Allah SWT, sadarkah bahwa itu menyakiti Allah.,
Ayo Sadar.,,!

Seringnya kata-kata syair, nyanyian, lagu kita dendangkan. Sedangkan menyebut nama-Nya yang memberikan kita fasilitas luar biasa ini jarang kita sebutkan. Dalam sehari berapa banyak ucapan kata yang keluar dari mulut kita, bisa kita hitung berapa kali saja kita menyebut-Nya.

Coba kita renungkan;

Malik bin Dinar berkata: “Perkataan tidak bermakna mengeraskan hati, melemahkan badan, dan menyulitkan rizki.”

Bila melihat seorang yang banyak bicara, Imam Malik berkata: “Tahanlah sebagian kata-katamu!”

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no.10 dari Abdullah  bin Umar Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam  bersabda.
Artinya : Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya.



_Perpus Pusat UII
Dzuhur

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger