Selasa, 20 Oktober 2015

HUSNUDZAN AJA...

Posted by Nis |

Husnudzan aja...
Karena apa yang kita khayalkan belum tentu lebih baik dari apa yang kita lakoni sekarang.

Husnudzan aja...
Karena kita akan sangat MALU ketika kenyataan telah dibuka yang ternyata tak seburuk yang diduga. Dan kita hanya bermain dengan prasangka.


Siapa juga yang marah.?!.  via: https://www.tumblr.com/search/komikmuslimah 


Husnudzan aja...
Jika pun tidak sebaik apa yang kita sangka, minimalnya kita telah baik menanamkan pikiran baik. Yang pastinya bernilai baik.

Husnudzan aja...
Pikiran burukmu bikin hari-harimu terasa suram. Padahal yang suram itu sangkaanmu. Nah, kalau husnudzan, sesuram apa pun masalah, akan selalu melihat cercah cahaya. Yang akan melahirkan keyakinan.

Insya Allah ada jalan!
Tergeraklah jiwa raga menuju pintu SOLUSI. Segalanya akan tetap berjalan dengan atau tanpa sangkaan kita. Daripada memperburuk mental, lebih baik husnudzan aja. Jika sesuai dengan yang kita sangkakan, akan dapat dua kebahagiaan: mendapat pahala husnudzan dan qadha yang baik. Jika pun tak sesuai, tetap memiliki satu kebahagiaan, pahala berhusnudzan. Dan ingat, husnudzan adalah pintu kebaikan lainnya, yang melahirkan rasa sabar, syukur, tawakkal, dan lain-lain.

Tidak ada ruginya! Jadikan husnudzan sebagai respons PERTAMA untuk segala kondisi yang menghampirimu!

Orang husnudzan bahagia terus. Pikirannya penuh dengan keyakinan positif, yang melahirkan energi positif. Ia yakin, Allah tak menghendaki melainkan kebaikan. Yang harus dibuktikan!

Husnudzan aja...
Karena kita miliki Allah, dan kita milik-Nya.





Crayon Untuk Pelangi Sabarmu ---karena kesabaran perlu terus diteguhkan, ~Natisa
–penerbit; PT.elex media komputindo.


------------------------------------------------------------------


Banyak keuntungan dengan ber-husnudzan: melahirkan energi positif dalam diri, kita jadi terarah untuk bersikap positif, mengurangi tingkat stress, menenangkan hati, mendapatkan pahala (husnudzan pada Allah), menjadi sebab turunnya rahmat Allah, de-es-be. Banyak lagi manfaat lainnya.


Husnudzan dan su'udzan.  via: http://www.slideshare.net/revitong/husnuzan-14450765 


Yang menjadi kendala, yaitu saat syaitonirrajim meniupkan rasa was2 dan sebab2 lainnya hingga mengarahkan hati kita jadi berburuk sangka. Entah dengan bukti2 yang belum tentu benar, atau argumen orang2 lain. Nah, saat kita lemah iman, menjadikan kita mudah terprovokasi oleh setan2. So, waspadalah.!

Lalu, buruk sangka (su’udzan) itu apa akibat yang bisa ditimbulkannya.? Kebalikan dari husnudzan. Bisa tiba2 esmosi tak terkendali, tak tenang hati, resah gelisah kian menghampiri, cemas-curiga-khawatir tak henti2, tingkat stress jadi tinggi, kena serangan jantung, bisa mati. Innalillahi....


So, biasakan positive thinking...!!









-------Jakarta, 20 Oktober 2015-------
waktu makan siang

standar BAHAGIA kita BERBEDA

Posted by Nis |

Bismillah...
Segala puji milik Allah Ta’ala.


Sempitnya hati dan lemahnya iman, kadang membuat kita senantiasa terkungkung dalam angan. Ingin bernasib sama dengan ‘mereka’, yang bisa ini-itu. Bisa sukses di usia muda, bisa menjelajahi dunia kemanapun yang dia inginkan, bisa mendapatkan karir yang mapan dan ber-sekian penghasilan, nikah muda dan mendapatkan pasangan yang ideal, menurut kita hidup mereka itu sungguh bahagia.


Hakekat kaya itu, di hati.!  via: https://anisakhumaira.wordpress.com


Kita pun menjadi latah,. Menargetkan ini-ono agar bahagia seperti ‘mereka’. Lalu tanpa sadar kita juga telah menentukan standar bahagia, yaitu jika ini-ono yang kita targetkan bisa tercapai. Kebahagian ‘seperti mereka’. Hati terasa sakit saat melihat ‘mereka’ terus bergerak maju lagi dan lagi melesat meraih target2 yang melebihi daftar impian kita. ‘Aku kapan.???’

Hingga suatu saat tersadar jua, bahwa jalan kita dengan ‘mereka’ tidaklah sama. Allah menciptakan manusia tentu dengan takdir yang masing2 berbeda. Mungkin dalam satu hal bisa jadi sama. Yah.. tapi itu hanya satu dari sekiiiiiaaaaaaannnnnn buanyak lainnya. Berbeda.



--------------------------------------------------



STANDAR KITA JELAS BEDA




Dunia sudah di tangan, masih saja merasa kurang.   via: https://bochahlawu.wordpress.com/


Tentang rasa resah kebanyakan manusia. Mengenai standar kebahagiaannya. Ada yang resah, ia tak seperti kebanyakan manusia lainnya. Tidak memiliki ini dan itu. Tidak berkesempatan pergi ke sana-sini. Tidak berpasangan dengan seorang yang begini dan begitu. Tidak seceria dia dan dia.

Resahnya menjadi ketika ceklis tidak’ semakin menderet. Keresahan ini menjelma menjadi kesedihan yang memperpuruk dirinya. Yang akhirnya membuat kesimpulan, “saya tidak sebahagia orang lain”.

Kesalahan mendasarnya adalah, membuat standardisasi kebahagiaan dengan standar kebanyakan orang. Padahal belum tentu orang ini atau orang itu benar-benar bahagia. Hanya tampilan di luarnya saja. Bisa jadi seseorang yang kariernya melejit, tapi memiliki permasalahan pada keluarganya. Titik ujiannya beda.

Buat standar kebahagiaan hidupmu sendiri, dari apa yang kamu miliki. Bukan dari apa yang dimiliki orang lain.

Jelas tidak akan pernah bahagia jika selalu menyesalkan kehidupan kita tak sama dengan kebanyakan hidup manusia lainnya. Usaha kita berbeda-beda, karena kehidupan kita pun pasti beda. Standar kebahagiaan pun pasti beda.

Itulah mengapa Tuhan meminta kita bersyukur dengan apa yang kita miliki. Bukan dengan apa yang dimiliki orang lain.

Allah menjanjikan kekayaan bagi kita yang bersyukur. Barangsiapa yang bersyukur, maka akan Dia tambah. Tambah dan tambah hingga menjadi kaya. Kaya apa? Kaya akan hati. Kaya karena menikmati segalanya. Jika semuanya telah dinikmati, kebahagiaan adalah napas kehidupan. Adapun nikmat yang ada pada orang lain, kita diminta untuk zuhud. Apa balasannya?

“Zuhudlah terhadap dunia, pasti Allah mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa yang di tangan manusia, pasti manusia pun mencintaimu.”
(HR. Ibnu Majah)


Cukupkan diri dengan yang dimiliki.  via: https://pemudasalafy.wordpress.com/ 


Cantik sekali bukan? Sesekali memang kita harus menutup mata dari pemandangan luar. Meresapi runutan kehidupan sendiri. Setiap episodenya unik. Hanya dilalui oleh seorang manusia bernama “aku”. Ya, Tuhan kita memberikan spesialisasi pada setiap kehidupan hamba-Nya. Mahasuci Ia. Seorang customer service memberikan pelayanan yang seragam untuk setiap customer-nya. Tidak dengan Tuhan kita. Di hadapan-Nya kita selalu dispesialkan. Episode hidup yang unik. Diri yang komplikasi. Masihkah menyeragamkan standar kehidupan? Hidupmu beda, syukuri apa yang menjadi kehidupanmu.

Sesekali memang kita harus memejamkan mata. Menikmati setiap kehendak Tuhan, menikmati kita di bawah bimbingan-Nya. Jika pahit, sabarlah penawarnya. Jika manis, sungguh syukur akan membuat segalanya serasa MADU.





Crayon Untuk Pelangi Sabarmu ---karena kesabaran perlu terus diteguhkan, ~Natisa
–penerbit; PT.elex media komputindo.











-------Jakarta, 20 Oktober 2015-------
Dzuhur satu jam lagi 

Senin, 19 Oktober 2015

KISI-KISI UJIAN ALLAH BUAT hamba-NYA

Posted by Nis |

Bismillah...
Segala puji milik Allah Ta’ala.


Sa'ad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, "Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?" Nabi Shallallahu'alaihi assalam, menjawab, "Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamnya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa”. (HR. Bukhari) via: http://syariah.biz/hadis-ujian-cobaan.php


 Di manakah hati kita?  via: http://f31214l.tumblr.com/


Bayangpun,, saat kita mau ujian semester, pak dosennya ngasih kisi2 soalnya. Secara khusus pula, “anak2, besok materi soalnya ada di slide yang bapak kasih kemarin, nah sekarang kita akan bahas lagi, kalau ada yang masih bingung, tanya!”. Mak nyooss bukan? Belajar jadi lebih enak, lebih terarah, dan kepercayaan diri jadi lebih kuat. Sehingga mengerjakan soal pun bisa lebih lancar daripada tidak ada kisi2 sama sekali. Sudah materinya buanyakkk, hafalan semua. Soalnya kemungkinan adalah yang uraian, sebutkan2. Hadehh.. Bingung mau ngafalin yang mana. Tingkat stress meningkat, cemas tak berkesudahan mengira2 nanti soal yang keluar yang mana.

Nah, begitulah,, seperti pak dosen yang baik hati itu, Allah Ta’ala Yang Mahabaik lebih rinci lagi dalam memberikan kisi2 ujian-Nya. Soal yang diujikan hanya itu2 saja, cuma waktu pelaksanaannya yang suka tiba2. Nah, tinggal kita yang harus mempersiapkan diri dan hati dalam menghadapinya. Setelah tahu seperti apa ujiannya, tentu kita akan mempelajari rumus2 penyelesaiannya. Sehingga kita akan senantiasa siap siaga kala ujian itu mendadak datang menyapa.



-------------------------------------------------


UJIAN MANUSIA ITU SEDIKIT DAN MUDAH DITEBAK



“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)

Bahwa Allah akan menguji manusia dengan SEDIKIT ujian. Ah, kalimat itu berbunyi; SEDIKIT! Benarkah sedikit? Namun mengapa saat ditimpa kesusahan, rasanya hidup dilingkupi kesukaran tiada ujung, seakan-akan tak pernah merasakan kebahagiaan sama sekali. Padahal Allah berfirman, Ia hanya menguji manusia dengan SEDIKIT ujian. Apakah ini majas? Ataukah hati manusia yang begitu sempit hanya melirik pada hidup yang pelik, lalu alpa pada karunia yang sebenarnya lebih terlimpah?


Ini harusnya BERSAMA bukan sesudah.  via: http://riahidayah.blogspot.co.id/2012/04/bersama-kesulitan-ada-kemudahan.html


Begitulah Imam Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat tersebut, bahwa yang dimaksud bi-syay-in yang secara harfiah bermakna sesuatu adalah sedikit. Sementara itu di ayat yang lain,

“Karena sesungguhnya, bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sungguh, bersama kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Asy-Syarh: 5-6)

Allah tegaskan bahwa BERSAMA kesulitan ada kemudahan. Kata KESULITAN dinarasikan dalam bentuk makrifat, atau sudah diketahui. Bentuk kesulitan itu sudah diketahui. Mudah ditebak! Ia bisa berupa dililit utang, ditinggal yang disayangi, dan semacamnya. Intinya, bentuk kesulitan itu mudah ditebak.

Sedangkan KEMUDAHAN dinarasikan dalam bentuk nakirah atau bentuknya ragam – macam – banyak – tak tentu.

Artinya, kemudahan yang datangnya bersamaan dengan kesulitan itu bentuknya bisa BERMACAM-MACAM!

Seorang yang terlilit utang, kemudahan yang Allah berikan bisa berupa mendapat rezeki, pemberi utang mengikhlaskan atau melupakan, mendapatkan tangguh pembayaran, dan lain-lain. Allah menguji manusia dengan SEDIKIT ujian. Satu kesulitan dengan beragam kemudahan.

Muncul pertanyaan. Mengapa manusia sering kali lebih terpusat pada kesulitan yang dihadapi? Dan (merasa) tiada sama sekali kemurahan Tuhan menghampirinya. Mengapa? Apakah karena hati terlalu terkungkung oleh sangka buruk pada ALLAH, hingga segala yang di sekelilingnya pun tidak ada yang dianggap kebaikan?


Yang muda, yang berTAKWA.   via: https://m.ask.fm/difaaltira/best 


Duhai Allah, jauhkan kami dari berburuk sangka kepada-Mu.

Karena berbaik sangka pada Allah, adalah PINTU bagi datangnya sikap-sikap mulia lainnya. Seorang hamba dapat bersabar karena ia bersangka baik dan berkeyaninan Engkau menghendaki kebaikan di balik setiap ujian.

Seorang hamba yang bersyukur di tengah setiap praharanya adalah karena ia bersangka baik, bahwa segala yang dikehendaki Allah adalah kebaikan. Sekali lagi, baik sangka kepada Allah adalah pintu pembuka agar sifat-sifat mulia lainnya dengan ringan kita lakoni. Dengan izin Allah.

Kewajiban seorang hamba adalah menjadikan segala nikmat sebagai piranti ibadah. Untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bukan tentang banyak atau sedikit -bahkan sedikit atau banyak itu hanya hitungan sempit manusia- Karena semuanya milik Allah, akan kembali kepada Allah.

“...Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)

Pada surah Al-Baqarah 155 manusia diuji dengan sedikit ketakutan dan kelaparan. Kedua hal yang menandakan perasaan hati tertekan oleh ancaman dan rasa kekurangan. Namun di kalangan manusia ada yang diberikan kabar gembira. Ialah mereka yang bersabar.

“...(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)”.


Semoga kita termasuk dari mereka.  via: https://minviyla15.wordpress.com/2015/04/03/bila-tertimpa-musibah/


Merekalah yang diberi kabar gembira oleh Allah yang menghibur dirinya saat ditimpa ujian ketertekanan dan kekurangan, bahwa dirinya hanyalah milik Allah. Ketertekanan hati yang merasa terancam adalah karena merasa sendiri maka ia bersegera mengembalikan semuanya kepada Allah. Diri ini milik Allah, yang tak memiliki daya upaya kecuali dengan kekuasaan-Nya. Lenyaplah perasaan ketakutan dan keterasingan, karena hati yakin dibersamai Tuhan Pencipta Semesta Alam. Kita tak pernah sendiri.

Mereka yang bersabar pun menghibur diri  saat merasa kekurangan. Dirinya milik Allah. Bahkan yang dirasa kurang pun adalah milik Allah. Dia berkuasa memberi atau mencabut. Kita hanya dititipi.

“jika salah seorang hamba ditinggal wafat oleh anaknya, Allah bertanya kepada malaikat-Nya, ‘Apakah kalian telah mengambil nyawa anak dari hamba-Ku?’ Para malaikat pun menjawab, ‘Ya.’ Allah bertanya kembali, ‘Apakah kalian telah mengambil nyawa buah hati dari hamba-Ku?’ Para malaikat pun menjawab, ‘Ya’. Kemudian Allah bertanya, ‘Lalu apa yang dikatakan oleh hamba-Ku itu?’ Para malaikat pun menjawab, ‘Ia memuji-Mu (bertahmid) dan mengucapkan inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.’ (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali). Kemudian Allah berfirman, ‘Dirikanlah sebuah rumah untuk hamba-Ku itu di dalam surga, dan namakanlah rumah tersebut ‘rumah pujian’. (HR. Tirmidzi)

Inilah kabar gembira yang dimaksud pada ujung ayat QS. Al-Baqarah: 155, “... dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”


Apakah itu digantikan dengan yang lebih baik, seperti yang dirasakan oleh Ummu Salamah ketika ditinggal wafat oleh suaminya, kemudian ia dinikahi oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi assalaam. Atau juga diberi pahala yang melimpah. Dan bisa juga keduanya, diberi pahala yang melimpah dan diganti dengan yang lebih baik.




Crayon Untuk Pelangi Sabarmu ---karena kesabaran perlu terus diteguhkan, ~Natisa
–penerbit; PT.elex media komputindo.





Allah rindu pada hamba-Nya.  via: http://familidrharif.blogspot.co.id/2013/03/ujian-tanda-sayang.html









-------Jakarta, 19 Oktober 2015-------
menanti 'Ashar





Sabtu, 17 Oktober 2015

Teladan Nabi Zakaria dalam MENGISI Jeda

Posted by Nis |

Bismillah....
Segala pujian milik Allah Ta’ala.


Menurut bahasa, do'a berasal dari kata "da'a" artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah syara' do'a berarti "Memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang memudharatkan". Sejatinya, tujuan berdoa adalah meningkatkan kedekatan diri kepada Allah SWT sekaligus untuk memperbaiki diri.

Adapun lafadz do'a yang ada dalam Al- Qur'an bisa bermakna sebagai berikut:
1. Ibadah, (Q.S.Yunus: 106).
2. Perkataan atau Keluhan. (Q.S.Al Anbiya: 15),
3. Panggilan atau seruan.  (Q.S. Ar- Rum: 52),
4. Meminta pertolongan. (Q.S.Al- Baqarah: 23),
5. Permohonan. (Q.S.Al- Mukmin: 49).


Tiada amal tanpa doa.  via: https://www.pinterest.com/pin/540783867728718078/ 


Adakalanya dalam kita berdoa, sudah sekian lama meminta namun tak dikabulkan jua. Sehingga menumbuhkan benih2 prasangka kepada Allah Ta’ala. Lalu kan terbesit sebuah tanya, ‘mengapa?’. Itulah kita, manusia. Sukanya gak sabaran.!

Lalu bagaimana bila rasa lelah dalam meminta kian datang menyapa.? Bagaimana jika mulai timbul tanya.? Muncul pula si putus asa.?

Ah, sebelum semuanya itu mulai datang meraba., mari kita ingati janji2 nan pasti dari Allahu Rabbi: “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kelurusan.” (Al-Baqarah: 186)

“Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permohonan kalian.”
(Ghafir: 60)


“Sesungguhnya Allah ta’ala malu bila seorang hamba membentangkan kedua tangannya untuk memohon kebaikan kepada-Nya, lalu Ia mengembalikan kedua tangan hamba itu dalam keadaan hampa/gagal. (HR. Ahmad (5/438), dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1757)

Kurang yakin bagaimana.??? Allah Ta’ala telah menetapkan janji-Nya, dan Dia Mahamenepati janji. Pun ada garansi; doa kita akan disegerakan, atau disimpan untuk tabungan pahala yang bessuaarr, atau akan diganti dengan yang setara/lebih baik dari yang kita minta.

Kalau sudah dijamin sedemikian rupa, apa iya kita akan merasa lelah, atau putus asa? No way!!!

Hhmmmm lantas bagaimana kita akan mengisi jeda antara doa dan balasan yang akan kita terima.? Mari kita tengok bagaimana Nabi Zakaria memberikan contohnya... Yang jelas bukan dengan putus asa ataupun buruk prasangka. Chekidot..


 ----------------------------------------------------------



BAGAIMANA NABI ZAKARIA MENGISI JEDA?



Salah satu doa Penting.!   via: https://www.pinterest.com/pin/552394710519045072/


Berilah makna terindah pada kepelikan, kesedihan, kesendirian, kebimbangan, keputusasaan.

Adalah Nabi Zakaria ‘Alaihi as-salam telah mendambakan kehadiran seorang putra sedari awal pernikahannya. Namun sampai memasuki usia senja, keinginan beliau belum terpenuhi juga.
Bagaimana ia mengisi jeda antara harapan dan kenyataan?

Nabi Zakaria tidak pernah putus asa untuk selalu meminta dan berdoa kepada Allah. Ia percaya, sekalipun istrinya sudah lanjut usia dan seorang wanita mandul, jika Allah menghendaki niscaya mereka akan memiliki anak juga. Keduanya ridha dengan ketentuan Allah.

Hingga suatu hari ia masuk ke ruang Maryam---keponakan yang diasuhnya. Ia melihat di ruang Maryam terhidang buah-buahan musim panas, padahal saat itu musim dingin. Nabi Zakaria bukan main herannya. Sebab, setahunya Maryam sepanjang waktu selalu bersujud kepada Allah dan tidak seorang pun yang diperbolehkan masuk kecuali Maryam dan dirinya sendiri. Ia bertanya kepadanya, ‘Dari mana buah-buah ini?’. Maryam menjawab, “Dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya.”

Jawaban ini menggerakkan hati Zakaria yang secara fitrah ingin dikaruniai anak. Ia bertanya-tanya dalam hati. Bukankah Zat yang memberikan buah-buahan bukan pada musimnya itu, pasti sangat mampu juga memberikan anak kepadaku, walau tulang-tulangku sudah rapuh, kekuatan fisikku sudah menurun, dan  umurku sudah uzur. Tapi bukankah Allah Maha Berkehendak? Maka tidak ada alasan untuk putus asa.

“Ketika Zakaria menyeru Tuhannya dengan seruan lemah-lembut.”
(QS. Maryam: 3)

Zakaria pun berdoa kepada Rabb-nya di tengah malam. Saat manusia terlelap dan pintu langit terbuka seluas-luasnya. Ia bermunajat dengan suara yang amat lirih, karena jika sampai kaumnya mendengar permintaannya, habislah ia ditertawai. Meminta anak di usia senja dengan istri yang mandul. Namun di hadapan Allah, tiada mustahil. Inilah keteguhannya. Zakaria berdoa dengan lirih. Dengan seruan yang lemah lembut,seruan yang tidak perlu terdengar oleh orang lain. Ia merayu dengan bahasa doa paling indah. Terlantun dari hati yang penuh ketawadhuan dan kerinduan.

“Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban.”
(QS. Maryam: 4)


Sepenuhnya -percaya kepada Allah.  via: https://www.pinterest.com/pin/552394710517851369/


Lihatlah bagaimana Nabi Zakaria berbahasa dalam doa. Seringkali kita ini tak beradab saat berdoa. Menyebut asma-Nya, kemudian mendikte Tuhan agar kabulkan rentetan permintaan kita. Tidakkah kita malu pada Nabi Zakaria. Ia memanggil Tuhan dengan panggilan paling mesra, Ya Rabbii; wahai Tuhanku yang menciptakanku, yang memilikiku, dan yang memeliharaku. Kemudian ia tak langsung pada permintaan, tetapi diakuinyalah dalam doanya bahwa dia benar-benar telah tua dan lemah. Ia mengakui kelemahan diri dan keterbatasannya sebagai manusia, itulah mengapa ia datang memohon pada kekuasaan Tuhan.

“Dan tidaklah pernah aku, di dalam berdoa kepada-Mu ya Tuhan-Ku, merasakan kecewa”
(QS. Maryam: 4)

Seorang senja yang telah mendamba keturunan dari awal pernikahannya mengatakan. Dan tidaklah pernah aku, di dalam berdoa kepada-Mu ya Tuhanku, merasakan kecewa. Mengapa bisa seseorang yang telah berpuluh tahun berdoa mendamba, tapi tetap bisa mengatakan aku tak pernah kecewa dalam berharap kepada-Mu? Hanya keimanan yang dapat melakukan ini. Nabi Zakaria memuji Tuhan-nya, yang tak pernah mengecewakannya. Oleh sebab itu, ia ulangi terus permohonannya.

“Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, sedang istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.
Yang akan mewarisiku dan mewarisi (kenabian) keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai.”
(QS. Maryam: 5-6)

Dan perhatikan, bagaimana Nabi Zakaria meminta keturunan bukan untuk keinginan manusiawinya semata. Bukan sekadar keinginan seorang yang sudah menikah dan ingin dikaruniai anak. Bukan sekadar keinginan duniawi. Tapi ia sebuah keinginan luhur yang dilandasi kekhawatiran terhadap keadaan Bani Israil sepeninggalnya. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku. Nabi Zakaria khawatir tidak ada yang melanjutkan dakwahnya menyeru tauhid, dan akan terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan syariah Allah.

Keinginan yang dilandasi keimanan membuatnya tak pernah putus asa.
Subhanallah.



Allah sesuai prasangka hamba.   via: http://nabihahsaid.blogspot.co.id/ 


Nabi Zakaria mengisi jeda dengan keimanan dan sangka baik terhadap segala ketetapan Allah. Bahwa Allah tak pernah mengecewakan hamba-Nya. Tentang terwujud atau tidaknya keinginan, adalah seni menghadapi takdir Tuhan. Karena segala yang ditetapkan bagi hamba adalah yang terbaik dari Tuhannya.

Nabi Zakaria ‘alaihi assalaam, telah mengajari kita:
Bahwa jeda antara doa dan pengijabahannya adalah percintaan antara hamba dengan Allah. Adanya jeda, bukan berarti mengabaikan doa, tapi justru DIA cintai rayuan hamba.




Crayon Untuk Pelangi Sabarmu ---karena kesabaran perlu terus diteguhkan, ~Natisa
–penerbit; PT.elex media komputindo






Referensi;
http://www.jadipintar.com/2013/10/Hadits-Hadits-Tentang-Perintah-dan-Keutamaan-Berdoa.html
http://asysyariah.com/berdoalah-pasti-allah-akan-mengabulkan-doamu/









-------Jakarta, 17 Oktober 2015-------
menanti 'Ashar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger