HAL-HAL YANG
DAPAT MERUSAK HATI
Hal-hal di bawah ini adalah
hal-hal yang dapat merusak hati, semoga kita terhindar darinya,.
Pertama, bergantung kepada selain Allah, secara
mutlak ini merupakan penyakit yang paling merusak hati. Karena, jika seorang
hamba bergantung kepada selain Allah, maka Allah akan menjadikan hamba itu
tunduk kepada tempat ia bergantung. Allah juga akan membuat hamba tersebut
lemah di hadapan tempat ia bergantung. Hamba tersebut tidak akan mendapatkan
hal yang diperoleh dari Allah swt karena dia bergantung pada selain-Nya. Allah
Ta’ala berfirman:
“Dan mereka
telah memilih sesembahan-sesembahan selain Allah afar sesembahan-sesembahan itu
menjadi pelindung bagi mereka. Sama sekali tidak! Kelak mereka (sesembahan) itu
akan mengingkari penyembahan mereka terhadapnya, dan akan menjadi musuh bagi
mereka.” (Maryam:81-82)
Kedua, selalu mengarungi lautan angan-angan.
Lautan itu merupakan laut yang
tidak bertepi. Lautan itu hanya dinikmati oleh orang-orang yang tidak mempunyai
ilmu dan orang yang rudi, sebagaimana ada yang mengatakan “Sesungguhnya
angan-angan itu adalah harta yang paling berharga bagi orang-orang yang rugi,
barang dagannya ialah janji-janji setan dan khayalan-khayalan harta serta
khayalan-khayalan kebatilan yang selalu bermain dengan orang yang memilikinya,
sebagaimana anjing yang bermain-main dengan air liurnya.”
Ketiga, Makanan
Makanan yang merusak hati ada dua
macam:
Pertama, makanan yang
rusak karena memakannua maupun karena bentuk makanan itu sendiri. Hal ini
dibagi menjadi dua macam, yaitu diharamkan secara nash oleh Allah swt, seperti
memakan bangkai, darah, daging babi, dan daging hewan bertaring dari jenis
hewan buas, serta burung pemakan daging. Sedangkan yang kedua ialah haram
disebabkan oleh seorang hamba yang memakannya, seperti memakan makanan tanpa
sepengetahuan pemiliknya atai dengang memaksa, serta makanan yang dimakan tanpa
kerelaan pemiliknya.
Kedua, makanan
yang merusak hati karena ukurannya, maupun karena melampaui batas-batasnya.
Misalnya, berlebihan memakan makanan yang halal dan kekenyangan hingga
menyebabkan malas. Menjadikan seorang hamba berat untuk melakukan ibadah kepada
Allah, serta menyibukkan seorang hamba untuk menghilangkan beban di dalam
perutnya dan terus berusaha sampai beban dalam peruntnya ilang.
Keempat, memperbanyak tidur
Tidur dengan intensitas tinggi
dapat mematikan hati, melemahkan tubuh, menyia-nyiakan waktu, serta
menghasilkan sikap lalai dan malas. Termasuk jenis tidur yang makruh menurut
ulama ialah tidur antar shalat Subuh dan tebitnya matahari. Tidur yang tidak
bermanfaat ialah tidur di awal malam, yaitu tidur sesudah tenggelamnya matahari
sampai waktu Isya’ berlalu.
Nabi saw membenci tidur yang
seperti itu. Secar syari’ah, hokum daru rudur seperti itu adalah makruh.
Dikutip dari kitab Madaarij as-Salikiin
Karya Ibnul Qayyim
____________________________________________________________________________________
Wahai hati.,
Kau kah yang berbisik,
dengan bisikan lembut..
Mengatakan “sesungguhnya
Allah melihat-Mu”., saat noda maksiat mendekat..
Kau kah yang berkata “sesungguhnya
Allah Maha Pemberi balasan”
Ketika hendak ku
lakukan dosa..
Tak kulihat kini
berapa banyak noda mengotorimu..
Tak terbayang seberapa
keruh kau kini..
Wahai hati.,
Berharganya kau, meski
pun tersembunyi.,
Tak nampak namun
terlihat..
Sikap dan budi sebagai
cerminan..
Wahai hati.,
Cahaya itu, masihkah
ada padamu.,
Terang-kah...
gelap-kah..
Wahai hati,.
Tempat keikhlasan,
kesabaran..
Berat beban-beban
kehidupan..
Bercampurnya segala
macam perasaan..
Wahai hati,.
Apa kabar kau kini..?
__________________________________
dari Anas ia berkata; Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak mengucapkan doa: يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“YA MUQALLIBAL QULUUB, TSABBIT QALBI ‘ALA DINIK”
(ya Allah Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu).
Anas berkata; Maka kami (PARA SHAHABAT) berkata;
“Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepadamu dan kepada wahyu yang engkau bawa, maka apakah engkau masih mengkhawatirkan kami?”
Beliau menjawab:
نَعَمْ إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يُقَلِّبُهَا
“Ya, sesungguhnya hati itu berada di antara jari-jari Allah ‘azza wajalla, Dialah yang membolak-balikkannya.”
(HR. Ahmad; Ibnu ‘Adiy berkata didalamnya terdapat perawi yang bernama Abu Sufyan dan dia tidak mengapa.)
Dalam riwayat at-Tirmidziy dengan lafazh:
نعم إن القلوب بين إصبعين من أصابع الله يقلبها كيف شاء
Benar, sesungguhnya hati itu berada diantara jari-jari Allah, Ia membolak-balikannya sekehendakNya.
(HR.at Tirmidziy dishahiihkan syaikh al-albaaniy dalam shahiih at Tirmidziy)
----Perpus Pusat UII, 24 April 2012----
dari berbagai sumber referensi
0 komentar:
Posting Komentar