Kamis, 19 April 2012

Tingkatan JEEHAD _jihad_

Posted by Nis |


TINGKATAN JIHAD FI SABILILLAH

Jihad mempunyai empat tingkatan sebagai berikut:
1.      Jihad melawan nafsu.
Jihad ini juga mempunyai empat tingkatan,
·        Pertama, bersungguh-sungguh unruk mencari petunjuk (ilmu).
·        Kedua, bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu tersebut setelah mendapatkannya.
·        Katiga, bersungguh-sungguh mendakwahkannya, jika tidak mendakwahkannya maka termasuk dari golongan orang-orang yang menyembunyikan ilmu.
·        Keempat, sabar dalam menghadapi kesusahan-kesusahan berdalwah, seseorang bersabar dalam menghadapi itu hanya demi mengharap ridha Allah swt.
Jihad  keempat hal tersebut sudah dapat dipenuhi, maka orang itu termasuk golongan Rabbani. Karena sesungguhnya para ulama salaf berijma; bahwa orang alim tidak menjadi Rabbani sampai orang tersebut mengetahui, mengamalkan, serta mengajarkan kebenaran tersebut.
2.      Jihad melawan setan.
Jihad ini juga terbagi menjadi dua tingkatan,
·        Pertama, bersungguh-sungguh melawan setan atas syubhat-syubhat yang telah mereka sebarkan.
·        Kedua, bersungguh-sungguh melawan godaan syahwat yang dihembuskan oleh setan.
Jihad yang pertama dilakukan dengan menggunakan ilmu-ilmu yang menambah keyakinan kita kepada Allah swt. Sedangkan jihad uang kedua dilakukan dengan menggunakan kesabaran.
Allah swt berfirman,
“Dan Kami jadikan di antara mereka pemimpin-pemimpin yanf member petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Sedangkan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (as-Sajdah:24)
3.      Jihad melawan orang-orang kafir dan munafik.
Jihad ini dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu jihad dengan menggunakan hati, lisan, harta, dan jiwa. Jihad melawan orang-orang kafir lebih tepat menggunakan tangan (kekuasaan), sedangkan jihad melawan orang-orang munafik lebih tepat menggunakan lisan.
4.      Jihad melawan pintu-pintu kezaliman, kemungkaran, dan bid’ah.
Jihad ini ada tiga macam. Lebih utama melawan menggunakan tangan atau kekuasaan jika mampu. Jika tisak mampu, maka jihad dengan menggunakan lisan. Dan jika tidak mampu menggunakan lisan, maka hendaknya berjihad menggunakan hatinya.

Dikutip dari ringkasan kitab Zadul Ma’ad
Karya ibnul Qayyim

_____________



Jihad, merupakan kosakata bahasa Arab yang artinya;
. 1 usaha dng segala daya upaya untuk mencapai kebaikan; 2 usaha sungguh-sungguh membela agama Islam dng mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga; 3 perang suci melawan orang kafir untuk mempertahankan agama Islam;  -- akbar perang besar; perang melawan hawa nafsu (yg jahat); -- fi sabilillah jihad pd jalan Allah, (untuk kemajuan agama Islam atau untuk mempertahankan kebenaran);
ber·ji·had v berperang (di jalan Allah); berjuang
Dalam benak saya, jihad merupakan kata yang sangat ‘keren’, mengandung makna yang dalam, seolah jika mendengar kata itu memunculkan semangat yang ‘hhhuahhh,, berdebur di dalam dada. Itulah jihad, kalimat suci yang mengingatkan pada masa perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat di masa peperangan dahulu. Keteguhan iman dan islam yang menancap kuat di hati sanubari, menghilangkan rasa takut terhadap maut. Diteguhkan hati mereka, sehingga tak terasakan sakit. Bayangan surga di pelupuk mata menjadi penyemangat mengalahkan apapun. Kerinduan mereka terhadap pertemuan dengan Yang Maha Perkasa, menjadikan syahid menjadi cita-cita yang teramat sangat diidamkan.
Imam Bukhari meriwayatkan, “Rasulullah SAW pernah ditanya, ‘amal apakah yang pahalanya setara dengan pahala seorang mujahid?’ Beliau bersabda, ‘ Kalian tidak akan bisa melakukannya.’ ‘Amal apakah itu?’….’Kalian tidak akan bisa mengerjakannya.’ Kemudian beliau bersabda, ‘ Apakah kalian mampu mengerjakan, yaitu kalian masuk masjid dan kalian shalat tanpa henti, atau berpuasa tanpa berbuka?’ Orang-orang itu berkata,’ Siapakah orang yang mampu melakukan hal itu?’ Beliau bersabda, ‘Itulah pahala seorang mujahid, permisalan mujahid yang berjihad di jalan Allah adalah serupa dengan orang yang terus berpuasa tanpa berbuka dan serupa dengan orang yang terus mengerjakan shalat dan qiyamullail tanpa berhenti, engkau tidak berhenti mengerjakan qiyamullail dan puasa hingga sang mujahid pulang.”
Kisah-kisah perjuangan para shahabat telah membuktikan. Billah bin Rabbah yang dipanggang di terik matahari kota Makkah, dengan batu besar ditindihkan di atas tubuhnya, hal itu tidaklah melunturkan ke-Tauhid-an yang sudah mengisi jiwanya.
Kisah fenomenal (bagi saya pribadi_red), Hanzalah yang begitu luar biasa. Beliau merasakan menikah hanya satu malam(_bukan 'cinta satu malam lhooh.!), yang kemudian menjemput syahidnya sehari setelah pernikahannya. Seorang shahabat datang kepada Nabi SAW, kemudian berkata, “wahai nabi, kami menemukan jasad hanzalah meneteskan air dari ujung kepalanya”. Kemudian Nabi SAW yang melihat jasad tersebut pun bersabda, “sesungguhnya malaikat tengah memandikannya”. Masyaallah.... Begitu agung kemuliaannya, sehingga malaikat pun memberikan penghormatan dengan memandikan jasadnya. Hal ini dikarenakan Hanzalah ketika keluar untuk berperang, belum sempat mandi Janabah (mandi besar), setelah sebelumnya melangsungkan pernikahan.
Masih banyak lagi kisah-kisah shahabat dengan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa. Hal itu dikarenakan kadar iman pada masa mereka yang (jika diumpamakan dengan emas), masih benar-benar murni, suci.
Namun, jihad di frame masyarakat dunia masa kini seolah telah disempit artikan, bahwa jihad itu hanya dilakukan dengan berperang. Ngebom sana, ngebom sini, pengrusakan, main hakim sendiri, dan hal negatif lainnya. Padahal, bukan itu saja yang dinamakan dengan jihad. Dan juga statement jihad atas tindakan2 negatif yang terkesan mendiskreditkan islam, tak lain itu adalah tipu daya kaum kafir yang ingin menghancurkan islam. Ibnul Qayyim telah menjelaskan mengenai pembagian jihad seperti yang saya kutip di atas.
Dari artinya sendiri tidak menjelaskan bahwa jihad itu mutlak ‘berperang’. Kondisi sekarang dengan masa para shahabat tentulah berbeda. Dahulu keadaanlah yang menuntut untuk ditegakkannya perang, tentu dengan sebab-sebab syar’i yang sudah diatur dalam islam.

الأَدْبَارَ:يَا تُوَلُّوهُمُ فَلاَ زَحْفاً كَفَرُواْ الَّذِينَ لَقِيتُمُ إِذَا آمَنُواْ الَّذِينَ أَيُّهَا
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedangmenyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka(mundur)”. (QS. Al-Anfal: 15)
Berbeda dengan masa sekarang yang damai, jauh dari suasana peperangan. Jihad yang sesuai sekarang ini adalah jihad dari nafsu, jihad dalam hal takwa kepada Allah SWT. Dengan berbakti kepada orang tua, menuntut ilmu dien, berdakwah menyerukan agama Allah, membelanjakan harta di jalan Allah, itulah jihad. Memang sebenarnya untuk bertakwa sendiri itu merupakan salah satu bentuk perjuangan oleh umat muslim.
Contohnya adalah shalat, yang merupakan tiang agama. Untuk mendapatkan shalat yang benar-benar shalat (mencakup kesempurnaan shalat), tidaklah mudah. Begitupun dalam menahan emosi, benar-benar dibutuhkan kesabaran yang benar-benar sabar. Ilmu menahan marah ini, banyak sih teorinya, namun dalam prakteknya sendiri banyak yang belum bisa mengaplikasikannya.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa mati, sedang ia tidak pernah berjihad dan tidak mempunyai keinginan untuk berjihad, ia mati dalam satu cabang kemunafikan.” (Muttafaq Alaihi)


Perpus pusat UII, 19 April 2012
_saat Ulil memperdengarkan kumandang adzan senjanya.,
maghrib 


0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger