PASAL KETIGA
IMAN KEPADA PARA NABI DAN RASUL
Maknanya:
Beriman
kepada semua Rasulullah dan nabi-Nya yang disebutkan dalam Kitab Allah SWT, dan
beriman bahwa Allah telah mengutus para rasul dengan tugas yang sama, dan para
nabi yang tidak diketahui jumlahnya serta nama-namanya secara pasti, kecuali
oleh Allah sendiri yang mengutus mereka itu.
Allah SWT
berfirman:
“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul
sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara
mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang
rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah
datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu
rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil” (Al-Mu’min:
78)
PARA NABI
DAN RASUL YANG TERSEBUT DALAM AL-QUR’AN
Jumlah nabi
dan rasul yang tersebut dalam Kitabullah sebanyak 25 orang, dan mereka itu
adalah: Adam, Nuh, Idris, Shalih, Ibrahim, Hud, Luth, Yunus, Ismail, Ishaq,
Ya’kub, Yusuf, Ayyub, Ilyas, Yahya, Isa, dan Muhammad.. semoga Allah memberikan
shalawat dan keselamatan kepada mereka semua.
Di dalam
suatu ayat Al-Qur’an telah disebutkan nama-nama dari 18 Nabi dan Rasul,
sebagaimana yang difirmankan dalam ayat berikut:
“Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim
untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa
derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dan Kami
telah menganugerahkan Ishak dan Yakub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing
telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri
petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman,
Ayub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik, dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya
termasuk orang-orang yang saleh. dan Ismail, Alyasa, Yunus dan Lut.
Masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya),”. (Al-An’am:
83-86)
Kemudian di
dalam ayat-ayat yang lain disebutkan nama-nama nabi dan rasul lainnya, seperti
yang tersebut dalam ayat-ayat berikut:
“Dan
kepada kaum Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud.” (Al-A’raaf
65; Hud 50)
“Dan
kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Saleh.” (Al-A’raaf
73; Huud 61)
“Dan
kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syuaib.” (Al-A’raaf
85; Huud 84)
“Sesungguhnya
Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi
segala umat (di masa mereka masing-masing),” (Al-‘Imran
33)
Adapun
terhadap nabi-nabi dan rasul-rasul yang belum diceritakan Al-Qur’an kepada
kita, kita diperintahkan (diwajibkan) untuk mengimaninya secara ijmali
(global). Bukan hak kita untuk memberikan risalah atau nubuwwah kepada salah
seorang dari ummat manusia selama Al-Qur’an tidak menyebutkan orang tersebut di
dalam hitungan para nabi dan rasul, dan Rasulullah SAW pun tidak mengabarkan
kepada kita.
¶
Ulul Azmi Minarrusul
‘Ulul ‘Azmi minarrusul, sebagaimana
disebutkan oleh sebagian besar ulama, ada lima, yaitu: Nuh, Ibrahim, Musa, Isa
dan Muhammad. Bagi mereka itulah sebaik-baik (seutama-utamanya) shalawat dan
salam. (Lihat Syarah Aqidah Thahawiyah, halaman 349)
Allah SWT berfirman:
“Dan (ingatlah)
ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari
Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka
perjanjian yang teguh,” (Al-Ahzaab 7)
KEWAJIBAN
KITA SEHUBUNGAN DENGAN IMAN PADA RASUL
1.
Wajib bagi
kita untuk membenarkan (tashdiq) semua rasul-rasul Allah dengan tidak
membeda-bedakan satu dengan lainnya, setelah kita beriman kepada mereka dan
kepada risalah mereka. Dan barangsiapa yang membedakan dalam bersikap terhadap
rasul-rasul Allah, misalnya dengan mengingkari sebagian dan mengimani sebagian
lainnya, atau mendustakan sebagian dan membenarkan sebagian lainnya, maka dia
itu termasuk dalam golongan orang-orang kafir.
2.
Kita juga
diwajibkan untuk meyakini (mengimani) bahwa seluruh rasul diutus oleh Allah
untuk melaksanakan amanat-Nya, yakni untuk menyampaikan risalah-Nya dalam
ujudnya yang sempurna (tidak ditambah, dikurangi, atau dirubah), dan mereka itu
menyampaikan dengan penjelasan yang tegas, gamblang, dan menyeluruh.
3.
Diwajibkan
juga atas kita untuk mengimani bahwa semua rasul-rasul Allah berjenis kelamin
laki-laki dan berasal dari mahluk manusia sendiri. Mereka bukan dari golongan
malaikat, dan sama sekali Allah tidak pernah mengutus seorang rasul dari jenis
perempuan.
Kita harus
beriman bahwa para rasul tidak mempunyai kekuasaan sedikitpun terhadap
kekhususan-kekhususan uluhiyyah, ilmunya tidak mampu untuk menguasai alam, sama
sekali tidak berkuasa untuk mendatangkan manfaat atau mudharat, dan sama sekali
tidak kuasa mengetahui hal-hal ghaib kecuali jika Allah SWT (yang dari Allah
SWT tentang mereka) telah memberitakan kepadanya.
Kita juga
wajib mengimani bahwa seutama-seutamanya kelebihan dan seutama-seutamanya
akhlak dari sebagian mereka terhadap sebagian yang lain adalah menunjukkan
kemutlakan bagi nabi kita Muhammad bin Abdullah SAW. Hal ini sesuai dengan
pendapat para ulama salaf, yang telah menafsirkan bahwa yang dimaksudkan oleh
firman Allah SWT: “dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat”
adalah Muhammad SAW. (Lihat Tafsir Ath-Thabari, jilid V, hal 378)
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Aku adalah
penghulu (sayyid) anak cucu Adam di hari kiamat, dan yang paling pertama keluar
dari kubur, pertama yang memberi syafaat, dan orang pertama yang diterima
syafaatnya”. (HR Muslim, Syarah Nawawi, jilid XV, hal.
37-38)
IMAN
KEPADA MUHAMMAD SAW
Wajib
bagi kita untuk mendahulukan cinta kepada Rasulullah SAW dari pada cinta kita
kepada orang tua, anak, dan nafsu.
Dari
Anas ra., Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah
(sempurna) iman seseorang di antara kalian hingga menjadikan cinta kepadaku
melebihi cinta-nya kepada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR
Bukhari, Shahih Bukhari, jilid I, hal.39; Shahih Muslim, Syarah nawawi jilid
II, hal.15)
Kita
juga wajib mengimani bahwa Allah SWT telah memberi kekuatan kepada beliau dalam
bentuk mukjizat-mukjizat indrawi (yang bersifat ilmiah), sebagaimana tersebut
dalam hadits-hadits shahih. Contoh mukjizat seperti ini antara lain: terbelahnya
bulan, tunduknya batu kepada beliau, memancarnya air dari sela-sela jari
beliau, membuat makanan yang sedikit dapat mencukupi hajat orang banyak dan
mengenyangkan mereka, bisa terhindar dari batu besar yang hendak dijatuhkan
tepat di atas beliau oleh Abu Jahal, beliau taburi wajah kaum kafir musyrik
tanpa mereka sadar (ketika merka mengepung Rasulullah SAW disekeliling kediaman
beliau pada saat menjelang hijrah), diijabahi (dikabul) do’anya oleh Allah SWT,
terlindung dari bahaya pembunuhan, dan lain-lain.
Allah
SWT telah menaungi diri beliau dengan sifat-sifat mulia dan akhlak yang rabbani
(akhlaq rabbaniyyah) sejak usia muda hingga akhir hayatnya. Beliau senantiasa
istiqamah dalam sifat dan akhlak tersebut, tidak pernah bergeser atau berubah.
Banyak
pakar, baik dari kalangan mukmin maupun kafir, semuanya menunjukkan sikap
membenarkan kerasulan beliau; karena mereka mengenali benar akhlak, kejujuran,
serta keharuman perlaku beliau. Sebagai contoh; sikap raja Romawi, Heraclius,
ketika dia mendapat surat dari beliau untuk masuk Islam. Peristiwa tersebut
terjadi pada saat dilangsungkannya perjanjian Hudaibiyyah antara pihak Muhammad
dengan Quraisy pimpinan Abu Sofyan bin Harb (tahun 6 H), sehingga utusan Nabi
dapat dengan aman mengadakan perjalanan. Surat Rasulullah SAW tersebut dibawa
oleh Dihyah Alkalbi, diberikan kepada Gubernur Bashra, untuk selanjutnya
diasmpaikan kepada Kaisar Heraclius.
Sesampainya
surat tersebut, Heraclius bertanya kepada ajudannya: “Apakah di eilayan ini ada
kaum dari orang yang menjadi nabi ini?”
Jawab
ajudannya : “ya, ada”.
Pada
saat itu Abu Sofyan sedang berada di sana juga untuk menghadap Kaisar Heraclius
dalam rangka meng”counter” surat-surat yang dikirim Rasulullah SAW. Lalu Abu
Sofyan dan rombongannya dipanggil menghadap Kaisar Heracius. Serita Abu Sofyan:
Heraclius
berkata: “Siapakah di antara Anda yang terdekat nasabnya dengan orang yang
mengaku sebagai nabi.?
Abu
Sofyan menjawab : “Saya”.
Lalu
dia didudukkan di muka dan anggota rombongan lainnya di belakangnya.
Kemudian
Heraclius memanggil juru bahasanya seraya bertanya: “Berkatalah kepada mereka
bahwa aku akan bertanya pada orang ini tentang orang yang mengaku sebagai nabi
itu, maka jika dia berdista dalam jawabannya hendaklah kalian (anggota
rombongan lainnya) mendustakannya”.
Abu
Sofyan berkata: “Demi Allah, seandainya tidak khawatir kedustaanku
terceritakan, niscaya aku akan berdusta”.
Ia
(Heraclius) berkata kepada juru bahasanya: “Tanyakan kepada orang ini tentang
kebangsawanannya (Muhammad)”.
Abu
Sofyan menjawab: “Beliau seorang bangsawan”.
Lalu
ditanya : “Apakah ada dari kakek-kakeknya yang menjadi raja?.
Jawab
Abu Sofyan : “Tidak”.
Ditanya
: “Apakah Anda dulu menganggap dia sebagai seorang pendusta sebelum dia mengaku
sebagai nabi?”.
Jawab
: “Tidak”.
Tanya
: “Para pengikutnya terdiri dari orang-orang terkemuka ataukah hanya terdiri
dari orang-orang awam./”
Jawab
: “Orang-orang awam (biasa)”.
Tanya
: “Apakah pengikutnya setiap hari bertambah atau justru malah berkurang?”
Jawab
: “Bertambah”.
Tanya
: “Di antara pengikutnya, apakah ada yang murtad, yang kemurtadannya itu
disebabkan karena kebenciannya kepada sang nabi?”
Jawab
: “Tidak ada”.
Tanya
: “Apakah Anda pernah memeranginya ?”
Jawab
: “Ya”.
Lalu
bagaimana hasilnya?
Jawab
: “Di antara kami dan pihak dia silih berganti dalam merebut kemenangan dan
menerima kekalahan”.
Lalu
apakah dia mengalami cedera ?
Jawab
“Tidak. Tetapi kini kami belum tahu apa yang akan dilakukannya”.
Cerita
Abu Sofyan : “Demi Allah. Aku tidak dapat memasukkah kalimat untuk meragukan
raja kecuali ini”.
Lalu
ditanya : “Apakah ada seorang yang mengaku menjadi nabi sebelumnya ?”
Jawabnya
: “Tidak”.
Kemudian
Kaisar berkata kepada juru bahasanya: “Katakan kepadanya! ‘Aku tanyakan padamu
perihal nasab Muhammad’, maka jawab Anda: “Ia adalah dari turunan bangsawan’.
Memang begitulah rasul-rasul dahulu yang pernah diutus Allah. Mereka juga dari
turunan bangsawan dari kaumnya”.
“Aku
tanyakan pada Anda perihal pernah ada dan tidak adanya seseorang dari kaum Anda
yang mengaku sebagai nabi sebelumnya, maka jawab Anda: ‘Tidak’. Jika ada, pasti
Muhammad itu hanya meniru perkataan mereka saja”.
“Aku
tanyakan pada Anda perihal ada tidaknya di antara nenek moyangnya yang pernah
jadi raja, Anda jawab: ‘Tidak ada’. Kalau ada, berarti pengakuan Muhammad hanya
untuk menunutu tahta kerajaan nenek moyangnya itu’.
“Aku
tanyakan perihal suka tidaknya dia berdusta, Anda jawab: ‘Tidak pernah’. Kini
aku tahu, sesama manusia saja tidak pernah berdusta, apalagi terhadap Allah ?”.
“Aku
tanyakan, apakah pengikutnya kebanyakan dari kalangan terpandang, Anda jawab:
“Tidak, hanya orang –orang biasa’. Memang, para pengikut awal rasul-rasul
terdahulu juga dari kalangan orang-orang biasa”.
“Aku
tanyakan, apakah pengikutnya kian bertambah, Anda jawab: ‘Selalu bertambah’.
Memang dimikianlah, karena iman itu senantiasa maju menuju kesempurnaan”.
“Aku
tanyakan, apakah ada pengikutnya yang murtad, Anda jawab: ‘Tidak ada’. Memang
demikianlah, jika iman telah masuk ke dalam hati seseorang maka orang tersebut
tidak akan lagi membenci kebenaran”.
“Aku
tanyakan, perihal apa yang dia ajarkan kepada Anda, Anda jawab: ‘Ia menyuruh
menyembah Allah dan melarang mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Melarang menyembah berhala, dan menyuruh mengerjakan shalat, serta berakhlak
mulia’. Andaikan seluruh keterangan Anda itu benar, pasti Muhammad kelak akan
memerintah di tanah tempat kedua telapak kakiku berdiri. Sesungguhnya aku telah
mengetahui bahwa dia (nabi baru) akan lahir tetapi aku tidak mengira bahwa dia
lahir dari antara Anda (Bangsa Arab).
Lebih
lanjut Heraclius berkata ; “Sekiranya aku tahu akan dapat sampai kepada
Muhammad niscaya dengan susah payah aku akan datang menemuinya. Dan jika aku
sudah berada di dekatnya akan kubasuh kedua telapak kakinya...”. (HR Bukhari,
Fathul Barii, jilid I, hal 26-31)
_____________
YANG MENGUATKAN
YANG MEMBATALKAN IMAN
KAJIAN RINCI DUA
KALIMAH SYAHADAH
Dr. Muhammad Na’im Yasin
0 komentar:
Posting Komentar