Bismillah..,
Setiap
manusia diciptakan Allah SWT dengan sempurna. Namun terkadang manusia itu
melihat sesuatu yang dianggapnya sebagai suatu kekurangan, sehingga
menyebabkannya lupa bahwa sesungguhnya dia telah sempurna. Memang secara
kodratnya, manusia diciptakan juga dengan tidak mengenal kata ‘puas’. Sudah memiliki
mata yang sempurna, masih ingin dimodifikasi, sudah ada bentuk body yang bagus,
masih ingin diperbaiki., Sudah punya sepeda, ingin punya motor,. Sudah punya
motor, ingin punya mobil,. Sudah punya mobil, ingin punya helicopter,. Sudah punya
rumah, ingin punya toko,. Sudah punya toko, ingin punya mall., sudah punya
kebun, ingin punya sawah,. Sudah punya sawah, pengen punya pulau,. Sudah punya
pulau, pengen punya gunung., lama-lama pun dunia ini pengen dimilikinya juga.
Definisi
kesempurnaan yang seperti apakah yang hendak manusia raih, setiap orang punya
gambaran sendiri-sendiri. Ada yang merasa sempurna hidupnya jika sudah
terpenuhi semua keinginannya, baik dalam hal fisik, harta, maupun kedudukan. Itu
semua dalam hal keduniaan. Namun ada juga satu-dua gelintir orang yang memandang kesempurnaan itu dari sisi
religiusnya. Inilah yang paling utama diantara yang utama.
Bagaimanapun
manusia ingin mengejar kesempurnaan itu, niscaya tak akan pernah mungkin
tercapai dan tak mungkin bisa. Karena yang Maha Sempurna hanyalah Allah SWT. Manusia
hanya diberikan sebagian dari kesempurnaan-Nya. Dalam hal fisik, akal,
kenikmatan, jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah yang lain.
Al-Qur’an
telah menegaskan bahwa manusia diciptakan secara khusus. Allah Swt berfirman: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan.” (QS AlA’raaf: 70)
Tanpa mempedulikan dan merenungkan tentang
kesempurnaan yang sudah didapatkan, tak sedikit dari manusia yang menyibukkan
diri untuk meraih suatu kesempurnaan yang lain. Kesempurnaan yang hanya
sementara. Tanpa berpikir, kemana semua akan bermuara. Yang ada hanya terus
menuntut dan mencari-cari hal yang sekiranya malah tak begitu penting dalam
hidup ini.
Teringat sebuah kisah, ketika Allah SWT
memerintahkan malaikat untuk datang kepada makhluknya, diantaranya adalah
cacing dan laron. Sebuah pertanyaan yang sama diajukan; ‘bagaimanakah
tanggapanmu mengenai Allah yang telah menciptakanmu dalam keadaanmu seperti
sekarang.?’ Jawaban dari keduanya hampir sama, yaitu; ‘ya, aku merasa senang
Allah telah menciptakanku dengan keadaanku seperti ini’. Padahal seperti yang
kita tahu, cacing adalah makhluk yang tinggal di dalam tanah, gelap, dengan
berbagai kekurangan yang dia miliki. Seperti halnya dengan laron yang tidak
jauh beda, malah komunitas mereka hanya hidup semalam saja. Coba saja
bandingkan dengan manusia, yang diberi begitu luar biasa fasilitas di alam
dunia ini. Mungkin jawaban antara manusia yang satu dengan lainnya akan
berbeda. Dengan pertanyaan yang sama; ‘bagaimanakah tanggapanmu mengenai Allah
yang telah menciptakanmu dalam keadaanmu seperti sekarang.?’ Bermacam-macam
jawaban, sesuai situasi masing2;
-
Yah,,
saya bersyukur,. Tapi saya akan lebih bersyukur jika Allah memberikan sedikit
rejeki yang lebih untuk saya. Jawab seorang yang kekurangan harta.
-
Saya
kira memang saya ditakdirkan untuk diciptakan seperti ini, saya hanya bisa
menerima,. namun jika saja diperbolehkan request, saya akan memilih untuk
diciptakan sebagai keturunan ‘dia’, sehingga...bla..blaa..bla.. *mengemukakan
berbagai alasan.
-
Mmm...
gimana ya,. Saya terlahir sebagai orang yg kaya, pintar, cerdas, +cakep seperti
ini, harusnya sih enak ya,. Tapi saya rasa lebih baik saya dulu terlahir
sebagai orang miskin daripada mendapatkan cobaan sperti ini..
Jawaban paling parah;
-
Hhhufft.,
mendingan dulu saya tidak dilahirkan ke dunia ini,, daripada harus menanggung
derita yang sangatt seperti ini mbakk.! Sudah cacat, miskin, sakit-sakitan..
bla..bla...
Gubrakkkk, na’udzubillah..
Jawaban yang masih sangat jarang
sekali diberikan oleh seseorang;
-
Alhamdulillah..,
saya diberikan kenikmatan luar biasa seperti ini. Saya sampai bingung apakah
ibadah dan ungkapan syukur saya sudah bisa mengimbangi pemberian Allah ini.,
Masyaallah....
Masyaallah....
الشَّكُورُ
عِبَادِيَ مِنْ وَقَلِيلٌ
“Dan sedikit sekali dari
hamba-hamba-Ku yang bersyukur (berterima kasih).”
(Saba`:13)
Sebuah
kisah lagi,;
Ada
seorang buta sedang duduk beristirahat dari perjalanannya, di bawah sebuah
pohon. Dia bergumam ‘Ya Allah, mengapa engkau menciptakanku tanpa kau beri
penglihatan.? Sehingga tak bisa ku lihat keindahan dunia yang kau ciptakan ini,
dan aku harus bersusah payah dengan keadaanku ini,. Apa salahku ya Allah..’ Seketika
itu, dia dikejutkan dengan cengkeraman tangan-tangan kekar yang tidak ia kenal.
Rupanya di daerah itu sedang terjadi penangkapan terhadap para rakyat oleh Raja
yang dzalim, yangmana raja tersebut juga seorang kanibal (_pemakan daging
manusia). Tibalah saatnya Raja berkeinginan mengisi perutnya yang sudah
keroncongan. Maka dihadapkanlah satu per satu penduduk untuk dipilih, manakah
yang akan dimasak terlebih dahulu. Maka ketika si ‘Buta’ tadi dihadapkan kepada
sang raja, berkatalah ia; ‘ini orang buta.? Orang cacat.? Tidak mau saya
memakannya, pastilah rasanya tidak enak. Sudah, lepaskan lagi dia, hanya orang
lemah tidak berguna’. Maka dilepaskanlah si Buta atas perintah sang raja. Ketika
para pengawal telah pergi, betapa si Buta tadi merasa bersyukur, ‘Ya Allah...
terima kasih telah kau ciptakan aku sebagai orang buta. Seandainya tidak,
mungkin sekarang saya sudah menjadi daging panggang santapan raja dzalim tadi.,
terima kasih ya Allah...’. Berulang kali ucapan syukur keluar dari mulut orang
buta tadi, padahal tidak lama tadi dia protes kepada Allah, mengapa Allah
menciptakannya dengan keadaannya yang menurutnya tidak sempurna.
“….. Dan bisa jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia adalah baik untukmu, Bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia
buruk bagimu. Dan Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui.” (Al-Baqarah ; 216).
Terkadang kita selalu mengeluh atas harapan
yang tak terpenuhi, kita mengeluh atas doa yang tak terkabulkan, dan selalu
mengeluh untuk sesuatu yang tidak kita ketahui, padahal dibalik semua itu ada
hikmah termahal jika kita bisa jeli melihatnya. Ada kasih yang tak ternilai
dari Allah tuk hamba-Nya yang sabar.
Perpus pusat UII
_ba'da Isya'
Perpus pusat UII
_ba'da Isya'
0 komentar:
Posting Komentar