Rabu, 18 April 2012

Hakekat SEMPURNA

Posted by Nis |




Bismillah..,

Setiap manusia diciptakan Allah SWT dengan sempurna. Namun terkadang manusia itu melihat sesuatu yang dianggapnya sebagai suatu kekurangan, sehingga menyebabkannya lupa bahwa sesungguhnya dia telah sempurna. Memang secara kodratnya, manusia diciptakan juga dengan tidak mengenal kata ‘puas’. Sudah memiliki mata yang sempurna, masih ingin dimodifikasi, sudah ada bentuk body yang bagus, masih ingin diperbaiki., Sudah punya sepeda, ingin punya motor,. Sudah punya motor, ingin punya mobil,. Sudah punya mobil, ingin punya helicopter,. Sudah punya rumah, ingin punya toko,. Sudah punya toko, ingin punya mall., sudah punya kebun, ingin punya sawah,. Sudah punya sawah, pengen punya pulau,. Sudah punya pulau, pengen punya gunung., lama-lama pun dunia ini pengen dimilikinya juga.

Definisi kesempurnaan yang seperti apakah yang hendak manusia raih, setiap orang punya gambaran sendiri-sendiri. Ada yang merasa sempurna hidupnya jika sudah terpenuhi semua keinginannya, baik dalam hal fisik, harta, maupun kedudukan. Itu semua dalam hal keduniaan. Namun ada juga satu-dua gelintir orang yang  memandang kesempurnaan itu dari sisi religiusnya. Inilah yang paling utama diantara yang utama.

Bagaimanapun manusia ingin mengejar kesempurnaan itu, niscaya tak akan pernah mungkin tercapai dan tak mungkin bisa. Karena yang Maha Sempurna hanyalah Allah SWT. Manusia hanya diberikan sebagian dari kesempurnaan-Nya. Dalam hal fisik, akal, kenikmatan, jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah yang lain.

Al-Qur’an telah menegaskan bahwa manusia diciptakan secara khusus. Allah Swt berfirman: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS AlA’raaf: 70)

Tanpa mempedulikan dan merenungkan tentang kesempurnaan yang sudah didapatkan, tak sedikit dari manusia yang menyibukkan diri untuk meraih suatu kesempurnaan yang lain. Kesempurnaan yang hanya sementara. Tanpa berpikir, kemana semua akan bermuara. Yang ada hanya terus menuntut dan mencari-cari hal yang sekiranya malah tak begitu penting dalam hidup ini.

Teringat sebuah kisah, ketika Allah SWT memerintahkan malaikat untuk datang kepada makhluknya, diantaranya adalah cacing dan laron. Sebuah pertanyaan yang sama diajukan; ‘bagaimanakah tanggapanmu mengenai Allah yang telah menciptakanmu dalam keadaanmu seperti sekarang.?’ Jawaban dari keduanya hampir sama, yaitu; ‘ya, aku merasa senang Allah telah menciptakanku dengan keadaanku seperti ini’. Padahal seperti yang kita tahu, cacing adalah makhluk yang tinggal di dalam tanah, gelap, dengan berbagai kekurangan yang dia miliki. Seperti halnya dengan laron yang tidak jauh beda, malah komunitas mereka hanya hidup semalam saja. Coba saja bandingkan dengan manusia, yang diberi begitu luar biasa fasilitas di alam dunia ini. Mungkin jawaban antara manusia yang satu dengan lainnya akan berbeda. Dengan pertanyaan yang sama; ‘bagaimanakah tanggapanmu mengenai Allah yang telah menciptakanmu dalam keadaanmu seperti sekarang.?’ Bermacam-macam jawaban, sesuai situasi masing2;
-          Yah,, saya bersyukur,. Tapi saya akan lebih bersyukur jika Allah memberikan sedikit rejeki yang lebih untuk saya. Jawab seorang yang kekurangan harta.
-          Saya kira memang saya ditakdirkan untuk diciptakan seperti ini, saya hanya bisa menerima,. namun jika saja diperbolehkan request, saya akan memilih untuk diciptakan sebagai keturunan ‘dia’, sehingga...bla..blaa..bla.. *mengemukakan berbagai alasan.
-          Mmm... gimana ya,. Saya terlahir sebagai orang yg kaya, pintar, cerdas, +cakep seperti ini, harusnya sih enak ya,. Tapi saya rasa lebih baik saya dulu terlahir sebagai orang miskin daripada mendapatkan cobaan sperti ini..

Jawaban paling parah;
-          Hhhufft., mendingan dulu saya tidak dilahirkan ke dunia ini,, daripada harus menanggung derita yang sangatt seperti ini mbakk.! Sudah cacat, miskin, sakit-sakitan.. bla..bla...

Gubrakkkk, na’udzubillah..

Jawaban yang masih sangat jarang sekali diberikan oleh seseorang;
-          Alhamdulillah.., saya diberikan kenikmatan luar biasa seperti ini. Saya sampai bingung apakah ibadah dan ungkapan syukur saya sudah bisa mengimbangi pemberian Allah ini.,

Masyaallah....

الشَّكُورُ عِبَادِيَ مِنْ وَقَلِيلٌ
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur (berterima kasih).” (Saba`:13)


Sebuah kisah lagi,;
Ada seorang buta sedang duduk beristirahat dari perjalanannya, di bawah sebuah pohon. Dia bergumam ‘Ya Allah, mengapa engkau menciptakanku tanpa kau beri penglihatan.? Sehingga tak bisa ku lihat keindahan dunia yang kau ciptakan ini, dan aku harus bersusah payah dengan keadaanku ini,. Apa salahku ya Allah..’ Seketika itu, dia dikejutkan dengan cengkeraman tangan-tangan kekar yang tidak ia kenal. Rupanya di daerah itu sedang terjadi penangkapan terhadap para rakyat oleh Raja yang dzalim, yangmana raja tersebut juga seorang kanibal (_pemakan daging manusia). Tibalah saatnya Raja berkeinginan mengisi perutnya yang sudah keroncongan. Maka dihadapkanlah satu per satu penduduk untuk dipilih, manakah yang akan dimasak terlebih dahulu. Maka ketika si ‘Buta’ tadi dihadapkan kepada sang raja, berkatalah ia; ‘ini orang buta.? Orang cacat.? Tidak mau saya memakannya, pastilah rasanya tidak enak. Sudah, lepaskan lagi dia, hanya orang lemah tidak berguna’. Maka dilepaskanlah si Buta atas perintah sang raja. Ketika para pengawal telah pergi, betapa si Buta tadi merasa bersyukur, ‘Ya Allah... terima kasih telah kau ciptakan aku sebagai orang buta. Seandainya tidak, mungkin sekarang saya sudah menjadi daging panggang santapan raja dzalim tadi., terima kasih ya Allah...’. Berulang kali ucapan syukur keluar dari mulut orang buta tadi, padahal tidak lama tadi dia protes kepada Allah, mengapa Allah menciptakannya dengan keadaannya yang menurutnya tidak sempurna.

 “….. Dan bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia adalah baik untukmu, Bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Dan Allah mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui.” (Al-Baqarah ; 216).
 
Terkadang kita selalu mengeluh atas harapan yang tak terpenuhi, kita mengeluh atas doa yang tak terkabulkan, dan selalu mengeluh untuk sesuatu yang tidak kita ketahui, padahal dibalik semua itu ada hikmah termahal jika kita bisa jeli melihatnya. Ada kasih yang tak ternilai dari Allah tuk hamba-Nya yang sabar.





Perpus pusat UII
_ba'da Isya'

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger