Nasab dan Garis Keturunan
Beliau adalah Abdurrahman bin Ali bin Muhammad
bin Ali bin Ubaidillah (Abdullah) bin Hamadi bin Ahmad bin Muhammad bin Ja’far
bin Abdullah bin Qasim bin Nadhr bin Qasim bin Muhammad bin Abdullah bin Abdurrahman
bin Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq.
https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fcdn1.iconfinder.com%2Fdata%2Ficons%2Framadan-eid-mubarak%2F64%2FIslam_Moslem_Eid_Mubarak_Ramadan_Lantern-
Julukan dan Gelar
Beliau dikenal sebagai Ibnul Jauzi oleh
sebagian besar masyarakat dan ulama. Julukan dan gelar ini digunakan hamper pada
seluruh kitab yang menjelaskan tentang peibadi beliau kecuali buku yang ditulis
oleh Brokleman di mana dalam buku tersebut beliau dikenal dengan julukan Abul
Fadhail.
Selain itu, beliau juga dijuluki dengan
Jamaludin, sebagaimana beliau juga dikenal dengan Al-Hafizh, Al-Wa’iz (pemberi
nasihat), Al-Fakih (ahlufikih), Al-imam, dan Al-Allamah.
Penisbatan Nama Beliau
Dikatakan bahwa nisbat nama beliau kepada
Al-Jauzi disebabkan salah satu kakek buyit beliau bernama Ja’far Al-jauzi. Namun,
ada pendapat lain yang mengatakan bahwa sebutan tersebut dinisbatkan kepada salah
satu pelabuhan di tepi sungai di kota Bashrah. Ada juga yang berpendapat bahwa
sebutan tersebut dinisbatkan kepada salah satu daerah di kota Bashrah yang dikenal
dengan sebutan tersebut dinisbatkan kepada penjual Al-Jauz (kelapa). Pendapat
tentang penisbatan nama beliau ini cukup banyak dan beragam.
Kelahiran
Ibnul Jauzi lahir di kota Baghdad. Karenanya beliau
terkadang dijuluki dengan panggilan Al-Baghdadi. Para ahli sejaraj berbeda
pendapat tentang tanggal dan lahir beliau. Akan tetapi, sebagian besar bersepakat
bahwa beliau lahir antara tahun 508 hingga 510 H. Pendapat yang paling tepat
dikatakan bahwa cucu beliau bertanya kepada beliau tentang tahun kelahiran
beliau. Beliau menjawab, “Aku tidak ingat secara pasti. Tapi menurutku, sekitar
pada tahun 510 H.”
Keluarga
Keluarga beliau dikenal sebagai pedagang yang menjual
berbagai barang kerajinan berbahan tembaga. Tidak seorang pun dari kakek-kakek
beliau yang diketahui kurang perhatian terhadap ilmu. Pada usia tiga tahun, ayah
beliau meninggal dunia. Sedang ibu beliau hidup cukup lama sehingga beliau
wafat terlebih dahulu daripada ibu beliau pada tahun 597 H.
Pendidikan
Sejak kecil beliau memang telah mendapat
arahan dan Pendidikan yang baik dari segi keilmuan. Dalam hal ini, paman dan
bibi beliaulah yang memegang peran penting dalam Pendidikan beliau dengan
mengenalkan keponakan mereka kepada para masyaikh yang menjadi sumber pertama
keilmuan beliau sejak kecil. Hal tersebut kemudian menimbulkan pengaruh yang
cukup signifikan pada kepribadian beliau yang lebih senang menghadiri
kajian-kajian keilmuan disbanding sibuk dengan bermain yang hanya memperturutkan
kesenangan. Beliau lebih memilih menyendiri untuk menghafal Al-Qur’an dan
matan-matan ilmu syar’I serta menyelami kedalaman ilmu pengetahuan. Tak heran,
jika sejak kecil beliau telah mengumpulkan sejumlah besar ilmu agama dalam diri
beliau. Beliau juga begitu enggan berada di tengah hiruk pikuk keramaian
manusia. Beliau juga menjauhi makanan-makanan syubhat yang tidak jelas dari
mana sumbernya.
Saat itu, di seluruh kota Baghdad banyak
didirikan madrasah-madrasah diniyyah dan ma’had-ma’had di mana para ulama
senang berkumpul dan berdiskusi menggelorakan roda ilmu pengetahuan yang terus
bergerak. Keadaan ini memudahkan Ibnul Jauzi belajar dari banyak masyaikh sejak
beliau kecil. Pada masa itu, beliau telah mempelajari ilmu Bahasa (linguistic),
sastra, hadits, dan tafsir. Beliau begitu rajin mempelajari ilmu-ilmu tersebut
hingga berhasil menjadi salah satu ulama yang cukup diperhitungkan di Baghdad.
Pujian Ulama terhadap Ibnul Jauzi
Dzahabi berpendapat tentang beliau dalam kitab
Tadzkiratul Huffazh, “Dalam setiap cabang keilmuan, Ibnul Jauzi selalu
mengambil peran strategis. Pada bidang tafsir, beliau terkenal sebagai ulama
yang paling ahli. Pada bidang hadits, beliau terkenal sebagai ulama yang
bergelar Hafizh. Pada bidang sejarah, beliau tergolong sebagai ulama yang memiliki
pengetahuan yang luas. Keahlian beliau pada bidang fikih juga cukup
diperhitungkan. Adapun dalam bidang tafsir dan sajak, beliau adalah ulama yang
memiliki kemampuan yang luar biasa.”
Sejarawan orientalis, Neckerson berkata, “Ibnul
Jauzi termasuk seorang ilmuwan yang produktif menulis karya ilmiah dalam
berbagai caging ilmu sastra dengan metode yang sesuai.”
Guru dan Masyaikh
Dr. Hasan Isa Ali Al-Hakim menyebutkan dalam
kitabnya yang berjudul Ibnul Jauzi bahwa beliau memiliki lebih dari 143
guru dan masyaikh. Berikut nama-nama guru dan masyaikh yang paling dominan:
- Abul Qasim Hibatullah bin Muhammad bin Hushain Asy-Syaibani.
- Abu Manshur Abdurahman Muhammad Al-Qazaz Asy-Syaibani Al-Baghdadi.
- Abu Bakar Muhammad bin Abdulbaqi Al-Anshari Al-Bashri Al-Baghdadi.
- Abul Barakat Abdulwahab bin Mubarak bin Ahmad Al-Anmathi Al-Baghdadi.
- Abu Manshur Mauhub bin Ahmad Al-Juwaliqi Al-Baghdadi.
- Abul Fadhl Muhammad bin Nashir bin Muhammad As-Salami Al-Baghdadi.
Murid-murid Ibnul Jauzi
Dr. Hasan Isa Ali Al-Hakim menyebutkan dalam
kitabnya yang berjudul Ibnul Juzi bahwa beliau memiliki lebih dari 78
murid. Namun antara mereka yang paling terkenal adalah
- Abu Abdillah Muhammad bin Yahya Al-Washithi (terkenal sebagai Ibnu
Dubaiti)
- Abu Abdillah Muhammad bin Mahmud bin Hasan Al-Baghdadi (terkenal
sebagai Ibnu Najar)
- Abul Muzhaffar Yusuf bin Qazaughali Al-Baghdadi ad-Dimasyqi
(terkenal sebagai Sibti Ibnul Jauzi).
Karya Intelektual
- Di bidang
ilmu Al-Qur’an beliau telah menulis kurang lebih 27 judul kitab, di
antaranya:
-
Zadul Masir fi’Ilmi Tafsir
-
Asbabun Nuzul
-
‘Uyunu ‘Ulumil Qira’at
- Di bidang
ilmu hadits dan periwayatan beliau telah menulis kurang lebih 42 judul kitab,
di antaranya:
-
Arba’una Haditsan fi Fadhailil A’mal
-
Asma’ud Dhu’afa wal Matrukin
-
Al-Maudhu’at
- Dalam bidang
ilmu fikih dan ushul fikih beliau telah menulis kurang lebih 54 judul
kitab, di antaranya:
-
Ahkamun Nisa’
-
‘Umdatud Dalail fi Masyhuril Masa’il
-
Al-Madzhab Al-Ahmad fi Fiqhil Imam Ahmad
- Dalam bidang
sastra dan ilmu kebahasaan beliau telah menulis kurang lebih 20 kitab, di
antaranya:
-
Tadzkiratul Adib fil Lughah
-
Taqwimul Lisan
-
Al-Mukhtar minal Asy’ar
- Adapun dalam
bidang ilmu sejarah, biografi tokoh, dan sejarah bangsa-bangsa, beliau
telah menulis 92 judul kitab, di antaranya:
-
Anisul Jalis
-
Talbisul Iblis
-
Maulidun Nabi Muhammad
- Dalam ilmu Pendidikan
dan pengajaran serta akhlak beliau telah menulis 43 judul kitab, di
antaranya:
-
Ru’usul Qawarir
-
Al-Lathaif fil Wa’zhi
-
Bahrud Dumu’
- Dalam ilmu
kesehatan dan obat-obatan beliau telah menulis 10 judul kitab, di
antaranya:
-
Ath-Thibb Ar-Ruhani
-
Luqhatul Manafi’
-
Manafi’ut Thibb
Wafat
Beliau wafat setelah menderita sakit selama
lima hari berturut-turut sehingga akhirnya beliau meninggal dunia pada malam
Jumat, 12 Ramadhan 597 H di kota Baghdad. Beliau meninggal di rumah beliau yang
berlokasi di daerah Qalfata. Jenazah beliau dibawa ke pemakaman Bab Harb dan
dimakamkan di sebelah makam ayah beliau. Hari itu merupakan hari di mana ribuan
manusia berkumpul untuk mengantarkan jenazah beliau ke tempat peristarahatan
terakhir. Begitu ramai dan berdesakannya masyarakat membuat sebagian mereka
harus berbuka puasa karena kelelahan. Kepergian beliau meninggalkan kekosongan
suasana yang cukup berpengaruh di dunia keilmuan yang selalu digandrungi oleh
penduduk kota Baghdad. Semoga Allah melimpahkan keluasan rahmat kepada beliau
serta menempatkan beliau di surge-Nya yang luas. Amin.
Sumber kitab: Air Mata Taubat – Ibnul Jauzi
Penerbit : Al Qowam
https://www.almanshurohagency.com/jual/air-mata-taubat/
------Jakarta, 03 Maret 2020------
09:51