Kamis, 24 November 2011

INTISARI ULIL


-->
Ulil Albab, 18 Nov 2011
Ustd. Alfi Syahr
IMAN KEPADA Allah swt:
- Bentuk kecintaan kepada Allah swt diantaranya; senantiasa berdzikir(ingat kepada Allah swt), beribadah hanya kepada Allah swt, menaati perintah dan menjauhi larangan-Nya,. Dan lain sebagainya..
Materi ini mungkin sudah umum di kalangan antum semua,. Jadi, rasanya tidak perlu dipanjangkan lagi mengenai materi ini.
IMAN KEPADA MALAIKAT:
- Malaikat tidak diberi kelebihan berupa rububiyah, mereka termasuk golongan makhluk yang ghaib.
- Malaikat senantiasa bertasbih, tidak pernah bosan ataupun futhur., tidak seperti manusia yang kadang sangat gampang sekali merasakan bosan ataupun turun semangat beribadahnya.
- Jumlah malaikat itu sangat buaanyak sekali, dan hanya Allah swt yang tahu.
Diceritakan dalam satu hadits shahih riwayat Anas bin Malik, bahwa ketika Rasulullah saw melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj, beliau melihat di Baitul Makmur ada 70.000 malaikat yang senantiasa shalat. Subhanallah sekali ya…
Dalam hadits lain diceritakan pula, malaikat jibril apabila membentangkan sayapnya, maka akan menutupi ufuk sebelah timur dan barat.
Satu pelajaran yang terselip, diceritakan bahwa para sahabat dahulu adalah orang2 kaya, namun mereka menggunakan kekayaan mereka di jalan Allah swt. Contohnya adalah shahabat Abdurrahman bin ‘Auf yang terbiasa infaq 400 dinar dalam 1 kajian. Dimana nilai 1 dinar=2,5jt.
Bagaimana dengan kita.? infak 5 ribu rupiah aj mikir2ny lamaaa sekali.
Inilah yang patut kita teladani dari akhlak para shahabat,. Mereka tidak pernah meletakkan dunia di hati mereka tapi diletakkannya di tangan mereka. Sehingga terasa sangat ringannya ketika membelanjakan harta di jalan Allah swt. Dinar dan dirham seolah hanya mampir lewat sebentar di tangan mereka, kemudian segera berpindah ke tangan orang lain (di jalan Allah swt) tentunya. Berbanding terbalik dengan umat kita sekarang ini yang sangat mencintai dunia, sehingga berbagai cara dan upaya ditempuh demi mendapatkan kesenangan dunia yang hanya bersifat sementara. Tidak diperhatikan lagi hukum halal dan haram dari cara yang ditempuh.
Satu prinsip ini, yang apabila kita pegang kuat-kuat, insyaallah akan membawa kebahagiaan dunia-akherat; letakkanlah dunia di tangan kita agar mudah kita melepaskannya, letakkanlah akherat di hati kita agar senantiasa teguh keimanan kita.
TIPS MENJADI GENERASI CEMERLANG MASA DEPAN;
- Hilangkan hubud dunya (cinta akherat) dan takut mati,. Ganti dengan pengorbanan dan kesabaran,. Maka insyaallah…..
TANYA JAWAB:
  1. Bolehkah memberi nama kepada anak dengan asmaul husna.?
JAWAB: Boleh, asalkan depannya dikasih ‘Abdul’
  1. Bingung memilih madzab, bagaiman solusinya.?
JAWAB: Asalkan tidak terlalu taklit buta, boleh memilih atau mengikuti salah satu madzab yang diyakini. Intinya, dikembalikan lagi kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
  1. Bolehkah percaya pada tafsir mimpi.?
JAWAB: Mimpi itu dibagi menjadi 3; mimpi baik(datangnya dari Allah swt), mimpi yang tidak ada manfaatnya, dan mimpi buruk(datangnya dari syaiton). Tidak perlu dibesar-besarkan mengenai mimpi itu, jangan berlebihan. Sedangkan firasat, itu memang benar ada.
  1. Apakah Imam Ghozali itu sesat.?
JAWAB: Tidak sesat, hanya saja ada beberapa pendapatnya yang menyimpang.
  1. Bagaimanakah agar bisa menyelaraskan hati, ucapan dan perbuatan.?
JAWAB: Ilmu yang sudah didapat, usahakan untuk diamalkan. Amal yang paling baik adalah yang sedikit tapi kontinyu…
# Maksiat, jika sudah pergi maka yang tertinggal adalah dosa,. Amal sholeh, jika sudah pergi maka yang tertinggal adalah pahala….
pascakata:
semoga kita selalu diberikan ketetapan iman dalam hati kita hingga datangnya hari kiamat.. amiin......

jadi ingat kata pak Ustadz Memeds, yang mana beliau selalu mengingatkan kita agar tidak lupa untuk senantiasa berdo'a .. “Allahumma yaa muqallibal quluubi sabbit qalbii ‘ala diinika”...

Jumat, 18 November 2011

INTISARI ULIL (akhlak tidur)

Posted by Nis |


-->
Ulil Albab, 17 Nov 2011
Ustd. Okrizal Eka Putra

AKHLAK TIDUR:

- Bersuci (wudhu) sebelum tidur ->dianggap dzikir kepada Allah swt, didoakan para malaikat
- - Jangan biasakan tidur di kasur yg empuk., hal ini dapat menyebabkan lalai dari shalat malam, kelak akan menjadikan penyesalan di hari akhir jika melihat apa yang disediakan Allah bagi orang yang berdiri (shalat) di malam hari.
- - Usahakan posisi ketika tidur, kaki jangan sampai ke kiblat
- - Hati-hati, jangan tidur ba’da subuh ->sesungguhnya ia menjauhkan rezeki.,
- Dan jangan tidur ba’da ashar, ->menyebabkan gila
- Atau tidur sebelum shalat isya’ -> itu akan menyebabkan pikun
- Jika bermimpi indah, maka ucapkan ‘Alhamdulillah’
- Jika bermimpi buruk, ucapkan ta’awudt kemudian meludah ke kiri 3x, lalu ganti posisi tidur.
- Mimpi buruk jangan diceritakan kepada orang lain ->sesungguhnya itu dari syaiton

PELAJARAN HADITS:
- Nanti di hari akhir, manusia dikumpulkan dlm satu tempat, maka berserulah malaikat, ‘mana orang yang suka shalat malam.? Berdirilah.!’,. maka berdirilah manusia, namun mereka sedikit. Bagi mereka MASUK SURGA TANPA HISAB.
- Banyak tidur di malam hari, maka kelak akan menjadi orang fakir di hari kiamat.

Tidur sunnah: tidur beberapa menit sebelum dzuhur.

MENGAPA PUASA ITU SEHAT;
- Lambung bekerja memproses makanan dan menyalurkannya ke seluruh tubuh membutuhkan waktu 6jam. Ketika sahur, lambung selesai bekerja mengolah makanan sahur kita sekitar pukul 12an siang, lalu apa kerja lambung setelah itu.? 1. Membangun sel-sel baru, 2. Membuang racun, 3. LUPA (kata ustadznya),. Nah, jika tidak puasa, lambung tidak akan sempat melakukan 3 pekerjaan penting tersebut.


TANYA-JAWAB;
1. Apakah sendawa itu membatalkan wudhu.?
Jawab: TIDAK
2. Masuk surga tanpa hisab, bagaimana dg dosa2 yg pernah dilakukan., apakah hilang begitu saja.?
Jawab: jika kita berbuat kebaikan yang itu mendapatkan ridho dari Allah swt, maka akan menghapus dosa-dosa yg lain. Sepertihalnya seorang pelacur, dia masuk surga hanya karena menolong anjing yg sedang kehausan, dimana perbuatannya itu mendapatkan keridhoan Allah swt.

Sebenarnya msih ada beberapa pertanyaan lagi, tapi dikarenakan keterbatasan otak saya untuk mengingat, jadi sekarang msih dalam proses mengingat-ingat lagi... afwan,.

Kamis, 10 Maret 2011

Tak usah bersedihh....

Posted by Nis |


Meredam Duka Saat Menghadapi Musibah



Musibah merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup kita. Silih berganti datang, bagaikan sapuan kuas warna-warni yang mengisi lukisan kehidupan. Begitulah adanya musibah, dan begitulah sunnatullah yang berlaku, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya:
”Sungguh, Kami pasti akan mengujimu dengan sebagian dari rasa takut, lapar, serta kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan..”(Al-Baqarah:155).
 
Namun, bukanlah sikap yang bijak jika kita menyikapi setiap musibah yang datang dengan cara-cara jahiliyah, menangis meraung-raung, memaki diri dan orang lain, atau bahkan sumpah serapah yang tak sopan dan tak perlu. Sebab, semua itu tidak akan mengurangi kadar musibah, dan justru menambah berat beban perasaan kita sendiri. Apalagi jika disertai ‘tuduhan’ dan persangkaan buruk terhadap kehendak Allah.

Musibah juga kerap kali membuat s
eseorang begitu frustrasi, seakan dunia sudah berakhir, dan tak jarang berakhir dengan usaha bunuh diri, wal iyadzu billah. Stres dan depresi yang melanda, jika tak diiringi benteng iman yang kokoh, memang bisa melahirkan atraksi bunuh diri. Beberapa artis barat, yang notabene berlimpah materi, berakhir mengenaskan seperti ini.

Sebagai seorang muslim, yang merupakan taman tarbiyah bagi generasi penerus, sikap seperti itu tentunya perlu dibuang jauh-jauh dari kamus kehidupan. Maka, sabar menjadi perisai yang ampuh ketika menghadapi musibah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

”…Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’ (Sesungguhnya kita milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kita kembali). Mereka itulah yang rnmendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Al-Baqarah: 155-157)

Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah, seorang ulama yang karya-karyanya banyak berbicara masalah hati, membahas lebih jauh terapi penghilang duka lara dalam buku beliau. Buku rnyang oleh penerbit dan penerjemahnya diberi judul ‘Meredam Duka Saat Menghadapi Musibah‘ ini banyak memberikan kiat dan terapi agar kita terhibur dan tidak larut dalam kesedihan yang panjang.

Hal pertama yang patut kita sadari, sebagai terapi yang paling mujarab, adalah bahwa kita adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah, sebagaimana yang ditunjukkan dalam ayat di atas. Keyakinan tersebut mempunyai dua prinsip agung, yang jika seorang hamba benar-benar memahami kedua prinsip tersebut, maka ia akan terhibur dari musibah yang menimpanya. Ibnul Qoyyim menjabarkan dua prinsip tersebut sebagai berikut,

Pertama, bahwa seorang hamba beserta keluarga dan hartanya benar-benar merupakan milik Allah subhanahu wa ta’ala. Milik Allah itu telah diserahkan kepada hamba sebagai pinjaman, maka jika Allah mengambil kembali pinjaman itu darinya, kedudukannya seperti pemberi pinjaman yang mengambil barang yang dipinjam. Keluarga dan hartanya itu selalu berada di antara dua ketiadaan, yaitu ketiadaan sebelumnya dan ketiadaan sesudahnya. Kepemilikan hamba terhadapnya hanyalah kesenangan yang dipinjamkan dalam jangka waktu sementara. Hamba bukanlah yang mengadakannya dari ketiadaan, sehingga tidak bisa menjadi pemiliknya secara hakiki. Hamba juga tidak bisa menjaganya dari berbagai bencana setelah ia ada. Juga tidak bisa mengekalkan keberadaannya.

Jadi, seorang hamba sama sekali tidak memiliki pengaruh terhadapnya, tidak memiliki secara hakiki. Bahkan, ia hanya dapat menggunakannya dalam batas wewenang seperti seorang budak yang diperintah dan dilarang, bukan sesuka hatinya seperti wewenang seorang pemilik. Karena itu, seorang hamba tidak boleh melakukan tindakan terhadapnya kecuali sesuai dengan perintah Pemilik yang hakiki.

Kedua, tempat kembali seorang hamba adalah Allah, tuannya yang sejati. Ia pasti meninggalkan dunia di belakangnya dan menghadap kepada Rabbnya seorang diri, sebagaimana ketika pertama kali ia diciptakan-Nya, tanpa ditemani oleh keluarga, harta, atau kerabat, melainkan hanya ditemani oleh amal kebajikan dan amal kejahatan. Bila demikian asal muasal seorang hamba, apa yang ditinggalkannya dan akhir hidupnya, bagaimana ia bisa bergembira dengan sesuatu yang ada atau berduka atas sesuatu yang tiada? Jadi, berpikir tentang asal muasal dan akhir kehidupan, merupakan terapi paling mujarab terhadap penyakit ini.

Pemahaman lain yang perlu kita yakini adalah bahwa apa pun yang ditakdirkan menimpa kita, tidak mungkin untuk dihindari, sebaliknya apa pun yang tidak ditakdirkan terluput dari kita, tidak mungkin menimpa kita. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

”Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
(Al-Hadid: 22-23).

Selasa, 08 Maret 2011

Shahabat Nabi

Posted by Nis |


Amru Bin Ash Radhiyallahu Anhu

MediaMuslim.InfoAmru bin Ash lahir setengah abad sebelum hijrah. Beliau salah seorang Arab yang cerdik dan jenius. Lantang dan fasih berbicara. Memiliki daya pikir yang luar biasa dan memiliki pandangan yang jauh. Ayahnya (Ash bin Wail) seorang tokoh dan penguasa Arab zaman Jahiliah. Amru bin Ash meninggalkan kenangan yang mengagumkan dan menarik perhatian dunia selama kurun waktu yang sangat panjang.

Pada saat sebagian kaum Muslimin hijrah ke Habasyah atas izin Nabi, bangsa Quraisy tidak mendapatkan orang yang pantas untuk merayu Najasyi, raja Habasyah ketika itu, untuk mengembalikan kaum muhajirin kecuali Amru bin Ash. Bangsa Quraisy memilihnya karena mengetahui kecerdikan dan eratnya hubungan antara mereka berdua. Tetapi setelah mendengarkan kata-kata Amru bin Ash dan kaum muhajirin Muslim, hati Najasyi malah menjadi yakin dan tenang, lalu memeluk Islam

Memeluk IslamKetika hendak pulang dari Habasyah, Amru bin Ash diajak oleh Najasyi untuk memeluk Islam setelah disampaikan betapa besar karunia Allah yang diberikan kepada bangsa Arab dengan‎ diutusnya Nabi Muhammad kepada mereka. Nasihat yang disampaikan oleh raja yang besar seperti Najasyi itu ternyata masuk ke dalam hati Amru bin Ash. Dia pun mulai tertarik kepada Islam, akhirnya hatinya dibuka oleh Allah untuk menerima petunjuk pada tahun ke 8 H.

Amru bin Ash bertekad untuk menemui Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam di Madinah. Di tengah jalan dia bertemu dengan Khalid bin Walid dan Usman bin Thalhah, ternyata tujuan mereka adalah sama.
Setibanya mereka bertiga di hadapan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, Khalid bin Walid dan Usman bin Thalhah langsung menyampaikan janji setia kepada Nabi, sedang Amru malah memegangi tangan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam hingga membuat beliau mengatakan, “Kenapa kamu ini wahai Amru?” Dia menjawab, “Saya akan menyampaikan janji setia asal Allah mengampuni dosa-dosaku yang telah lewat.” Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Islam dan Hijrah menghapus hal-hal yang telah lalu.” Dia pun menyampaikan sumpah suci.
Setelah Nabi tahu kecerdikan, kejeniusan dan keberaniannya, dia ditugasi untuk menjadi panglima dalam perang Zatus Salasil.

Perjuangannya di jalan Alloh ‘Azza wa Jalla
Pada masa Abu Bakar Sidik, Amru bin Ash mempunyai peran besar dalam meredam pemberontakan kaum murtad. Sedang pada masa Umar bin Khatab Amru bin Assh berhasil menaklukan Palestina dan Mesir. Tidak perlu dijelaskan lagi tentunya betapa penting dua penaklukan itu. Penaklukan Palestina telah memberikan keamanan daerah pantai Syuria kepada kaum Muslimin. Penaklukan Mesir adalah pintu gerbang Islam menuju Afrika, negeri-negeri Arab Magribi dan Spanyol di kemudian hari.

Kata-kata mutiara yang pernah dia ucapkanLaki-laki ada tiga: Sempurna, setengah laki-laki dan bukan laki-laki sama sekali. Yang sempurna adalah laki-laki yang agama dan akalnya disempurnakan oleh Alloh ‘Azza wa Jalla. Orang ini apabila hendak mengambil keputusan selalu meminta pertimbangan kepada para ahli. Dengan begitu dia selalu benar dalam semua tindakannya. Adapun yang setengah adalah laki-laki yang agama dan akalnya tidak disempurnakan oleh Alloh ‘Azza wa Jalla. Orang ini apabila mengambil keputusan tidak meminta pertimbangan kepada siapa pun, malah mengatakan, “Siapa yang pantas saya ikuti dan saya pakai pendapatnya?” Tindakannya kadang-kadang benar dan kadang-kadang salah. Adapun yang bukan laki-laki sama sekali adalah orang yang tidak mempunyai agama dan daya pikir sama sekali. Orang ini akan selalu salah dalam semua tindakannya. Dia mengatakan, “Saya akan meminta pertimbangan kepada siapa saja, termasuk pembantuku.”

Di hari-hari senjanya dia pernah mengatakan, “Dulu saya pernah berada dalam tiga keadaan: Kekafiran. Jika saya mati saat itu pasti masuk neraka. Setelah menyampaikan sumah suci kepada Rasululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam. saya menjadi orang yang paling pemalu di hadapan Rasululloh shallallaahu ‘alaihi wa sallam, hingga saya belum pernah memandang beliau dengan sepenuh pandangan. Jika saya mati saat itu orang-orang pasti mengatakan, “Selamat untukmu Amru bin Ash! Masuk Islam dan mati dalam kebaikan.”

WafatnyaAmru bin Ash wafat pada tahun ke 43 H. dalam umur dan perjalanan hidup yang panjang.

Jumat, 04 Maret 2011

mengingatkan sebuah cerita

Posted by Nis |

Danau



Tiga ekor beruang kecil tampak berkumpul di depan ibu mereka. Beruang kakak beradik ini begitu asyik mendengarkan kata-kata wasiat yang disampaikan induk beruang yang mulai tampak tua.

”Anak-anakku, kini saatnya untuk kalian belajar tentang hidup. Tapi, ibu tidak bisa lagi menemani kalian. Ibu yakin, kalian sudah bisa membedakan, mana yang baik dan yang buruk,” jelas induk beruang di hadapan ketiga anaknya.

”Kira-kira, kemana kami bisa belajar tentang hidup, Bu?” tanya salah satu anak beruang.

”Kalian bisa pergi ke lembah hijau yang bersebelahan dengan hutan ini. Tapi...,” suara induk beruang terhenti.

”Tapi apa, Bu?” sergah si sulung kemudian.

”Kalian harus hati-hati, di sana ada danau yang punya pengaruh buruk. Jangan sekali-kali merasa nyaman di sana,” ungkap sang induk begitu serius.

Selepas perpisahan, ketiganya pun berangkat. Dari kejauhan, sang induk hanya mampu melambaikan tangan demi memunculkan kemandirian tiga puteranya.

Berbagai hal di perjalanan mereka alami. Mulai dari bertemu penghuni-penghuni hutan yang baik, hingga yang sangat sangar. Inilah mungkin yang dimaksud sang induk sebagai belajar tentang hidup.

Perjalanan mereka pun terhenti ketika sebuah danau membentang di hadapan mereka. Airnya begitu jernih, ikan-ikan segar melompat-lompat dari balik permukaan air danau. Tapi anehnya, hampir tak satu pun hewan darat yang berada di tepian danau.

Dan sontak saja, ketiga beruang cilik ini pun merasa haus. Genangan air danau yang tampak begitu segar, kian menghentak rasa dahaga mereka. Ketiganya pun menghambur ke arah tepian danau dan langsung mencicipi air yang tampak begitu segar. Kian dicicipi, rasa dahaga kian besar. Dan, dahaga pun berubah menjadi lapar yang luar biasa.

Tiba-tiba salah satu dari mereka seperti menyadari sesuatu. ”Hei tunggu. Bukankah ini danau buruk yang dimaksud ibu?” teriak si bungsu kepada dua kakaknya yang tampak sudah berada di tengah danau sambil memangsa ikan-ikan yang ada.

Si bungsu pun beranjak menjauh dari air danau. Teriakannya berkali-kali seperti tak terdengar kedua kakaknya. Tapi, si bungsu tak mau menyerah. Hingga, di luar dugaannya, kedua kakaknya tampak beringas. Mereka melempari si bungsu dengan sampah ikan yang sudah mereka makan.

Si bungsu pun tertegun ketika dari kejauhan, ia menangkap warna merah menyala dari sorot mata kakak-kakaknya. Sontak, ia pun berlari secepat yang ia bisa.
**
Allah yang Maha Sayang, melebihi sayangnya seorang ibu kepada anak-anaknya, kerap mengingatkan kita melalui ayat-ayat Alquran tentang ’danau’ indah yang punya pengaruh sangat buruk untuk manusia.
’Danau’ indah itu bisa menenggelamkan kesadaran bahwa hidup ini hanya perhentian sejenak. ’Danau’ indah itu juga mampu membolak-balikkan mata batin kita hingga yang baik menjadi buruk, yang buruk menjadi baik, dan yang mestinya disayang menjadi harus dibuang.
’Danau’ yang tampak indah itu adalah perhiasan dunia yang mungkin selalu membuat kita nyaman.
(muhammadnuh@eramuslim.com)

Kamis, 20 Januari 2011

Posted by Nis |

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِينَ

"Wahai Tuhan kami, kami telah mezhalimi diri kami sendiri. Apabila Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, tentu kami termasuk orang yang merugi."




"Bukankah Engkau telah mendengar dengan kekuatan-Mu

wahai Tuhan yang menjadi kekuatan atas do'a orang yang lemah

yang ditimpa musibah, yang tenggelam dalam lautan kebingungan

penuh dengan keprihatinan.

Aku berseru dengan penuh rendah diri setiap hari

dalam kesungguhan berdo'a kepada-Mu.

Sungguh terasa sempit bagiku dunia ini, sementara penduduk dunia

tidak mengetahui obatku, maka ambillah tanganku,

karena aku benar-benar memohon keselamatan dengan ampunan-Mu.

Aku datang kepada-Mu dengan diiringi cucuran air mata.

Oleh karena itu, kasihanilah tangisku ini karena malu kepada-Mu.

Aku terlalu banyak noda dan dosa kepada-Mu,

aku sekarang berada dalam kebingungan,

sedangkan Engkau adalah Dzat Pembebas kebingungan.

Aku sakit sedangkan Engkau adalah obat penawar sakitku.

Ya Allah, bangkitkan diriku ini dengan penuh harapan.

Aku katakan kepada-Mu, wahai Tuhanku, aku senantiasa berharap

agar Engkau mau memenuhi harapanku.

Balasan yang layak untukku tiada lain Engkau menyiksaku.

Akan Tetapi, aku berlindung dengan anugerah-Mu yang baik.

Wahai tumpuan harapanku

Engkau telah mengistimewakan junjunganku (Muhammad SAW)

dengan pemberian maaf atas diriku, karena aku sekarang

berada di tengah musibah yang menimpaku."

Selasa, 11 Januari 2011

surat Umar bin Khattab kepada SUngai Nil,...

Posted by Nis |

Hai Nil, Mengalirlah!



Mesir jatuh ke dalam pelukan Islam. Amru bin ‘Ash r.a. ditetapkan Khalifah Umar bin Khaththab sebagai Gubernur di sana. Suatu hari di hari pertama di bulan dalam sistem penanggalan masyarakat setempat, orang-orang datang menemui Amru bin ‘Ash.
Juru bicara mereka berkata, “Wahai Amirul mukminin, Sungai Nil di tempat kami punya kebiasaan tidak mau mengalirkan air kecuali permintaannya dipenuhi.”
“Apa permintaannya?” tanya Amru bin ‘Ash.
“Kalau sudah tanggal 11 bulan ini, kami biasa mencari seorang anak gadis. Setelah kami menjadikan kedua orang tuanya senang dan ridha, maka kami menyuruh gadis itu berdandan dan berhias seelok mungkin. Lalu kami melemparnya ke Sungai Nil sebagai tumbal,” papar mereka.
Amru bin ‘Ash memotong, “perbuatan itu dilarang oleh Islam dan Islam melenyapkan ajaran buruk sebelumnya.”
Karena tidak ada solusi, para penduduk Mesir yang menetap di sekitar Sungai Nil memutuskan untuk menetap sementara seperti biasa. Bila air Sungai Nil tidak mengalir, mereka berencana pindah ke wilayah lain.

Melihat keadaan itu, Amru bin ‘Ash berkirim surat kepada Khalifah Umar bin Khaththab di Madinah. Amru melaporkan peristiwa yang dihadapinya dan meminta nasihat kepada Umar apa yang mesti ia lakukan.
Umar membalas surat Amru. Dalam suratnya Umar menulis, “Tindakanmu benar. Islam memang menghapus kebiasaan buruk sebelumnya. Aku telah mengirim kertas khusus untuk engkau lempar ke Sungai Nil.”

Surat Umar sampai ke tangan Amru. Amru membaca isi surat khusus yang ditulis Umar untuk Sungai Nil.
“Dari hamba Allah, Umar Amirul Mukminin untuk Nil penduduk Mesir. Amma ba’du. Jika engkau mengalir karena kemauanmu, janganlah engkau mengalir. Tetapi bila engkau mengalir karena diperintah oleh Allah, maka aku meminta kepada Allah Yang Mahaesa lagi Maha Perkasa agar menjadikanmu mengalir.”
Kertas itu dilempar Amru bin ‘Ash ke Sungai Nil sehari sebelum hari raya Nasrani. Saat itu penduduk Mesir tengah bersiap-siap pindah ke negeri lain karena Sungai Nil yang menjadi sumber penghidupan mereka berhenti mengalirkan air.

Setelah surat Umar dilempar, keesokan harinya, di pagi hari di hari raya Nasrani, air Sungai Nil telah mengalir dengan ketinggian 7 meter lebih hanya dalam waktu semalam. Sejak itu adat buruk masyarakat Mesir melempar tumbal seorang gadis hidup-hidup ke tengah Sungai Nil berhenti.
Peristiwa ini tercatat dalam Tafsir Ibnu Katsir (3/480), Tafsir Al-Qurthubi (13/70-71), Tafsir Fakhrur Razi (21/74-75), Tarikh Al-Khulafa karya Asy-Syuyuti, Thabaqat Asy-Syafi’iyah Al-Kubra karya As-Subkiy, dan kitab-kitab masyhur lainnya.
Prev: Thifan Po Khan....Sebuah Kungfu Islam Pecahan dari Shaolin .."Hiaaat "
Next: Mutiara Hadist 1 : Mata Yang Tidak Akan Disentuh Api Neraka

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger