Kamis, 09 April 2020

KEUTAMAAN MENANGIS KARENA TAKUT KEPADA ALLAH TA'ALA

Posted by Nis |

Bismillah.,



Diriwayatkan bahwa suatu ketika ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah, laki-laki itu berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana caranya agar aku selamat dari api neraka?” Rasulullah bersabda, “Dengan air matamu.” Laki-laki tersebut kembali bertanya, “Bagaimana aku bisa selamat dari neraka hanya dengan air mataku?” Rasul bersabda, “Teteskan ai matamu karena takut kepada Allah. Karena Allah tidak akan menyiksa (pemilik) mata yang menangis karena takut kepada-Nya.”[1]








Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: Rasulullah  bersabda,  “Setetes air mata yang terjatuh dari mata seorang mukmin karena rasa takut kepada Allah lebih baik daripada seluruh dunia seisinya. Sungguh, itu lebih baik baginya daripada beribadah selama satu tahun. Sungguh, merenungkan keagungan dan kekuasaan Allah barang sejenak lebih baik daripada berpuasa dan mendirikan Qiyamul Lail selama enam puluh hari enam puluh malam. Ketahuilah bahwa Allah memiliki sekelompok malaikat yang senatiasa memanggil manusia berusia empat puluh tahun, ‘Wahai anak manuisa, sungguh waktu memanen telah dekat.’ Para malaikat itu berkata kepada mereka yang berusia lima puluh tahun, ‘Kemarilah untuk menghitung amal.’ Para malaikat berkata kepada mereka yang berusia enam puluh tahun, ‘Apa yang telah engkau dahulukan, dan apa yang telah engkau tinggalkan?’ Para malaikat berkata kepada mereka yang berusia tujuh puluh tahun, ‘Apa lagi yang engkau lihat?’ Seandainya saja makhluk itu tidak diciptakan, jika mereka telah diciptakan seharusnya mereka tahu dan sadar mengapa dan untuk apa mereka diciptakan? Ketahuilah bahwa Hari Kiamat telah datang kepada kalian! Maka senantiasalah besiap siaga![2]




Sumber kitab: Air Mata Taubat – Ibnul Jauzi
Penerbit : Al Qowam







[1] Hadits dhaif jiddan. HR. Khatib, Tarikh Baghdad, VIII/362; Mundziri, At-Targhib wat Tarhib, IV/230; dikuatkan dengan riwayat yang bersumber dari Ibnu Abi Dunia dan Ashbahani.
[2] HR. Abu Nu’aim, Hilyatul Auliya’, IV/33; diambil dari perkataan Wahab bin Munabih.

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger