Sabtu, 21 April 2012

bertambah IMAN

Posted by Nis |


SEBAB-SEBAB BERTAMBAHNYA IMAN

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan bertambahnya iman seseorang, yaitu;
1.            Ilmu
Yakni ilmu yang dapat menyebabkan bertambahnya pengetahuan dan keyakinan, seperti apa yang dikatakan oleh Jundub bin Abdullah bin ‘Umar dan lainnya:
“Berilah kami ilmu tentang keimanan, berilah kami ilmu tentang Al-Qur’an, maka iman kami pasti akan bertambah” (Syarah Qasidah Ibnul Qayyim, jilid II halaman 141)
Jadi yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah:
-          Ilmu yang berkaitan  dengan Allah, asma-asma-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan2-Nya, dan nikmat2-Nya.
-          Ilmu yang berkaitan dengan Rasulullah SAW, akhlak2 yang beliau contohkan, manhaj hidup serta syari’atnya, serta perjalanan hidupnya dan masalah ibadahnya, perjuangannya, dan muamalahnya.
-          Ilmu yang berkaitan dengan Kitabullah berikut dengan apa yang dikandungnya, yang berupa berita2, contoh2, hukum, I’tibar (pengajaran), dan garis2 pembeda.

2.            Amal Perbuatan
Yang dimaksud dengan amal di sini adalah memperbanyak amalan2 shaleh serta memperdalam ketaatan sehingga menambah keyakinan dan memperkokoh keimanan, serta memperkecil amalan2 jelek dan menghindari hal-hal yang dapat menjerumuskan ke dalam nafsu syahwat serta kemaksiatan2 lain yang dapat melemahkan iman.
Barangsiapa yang I’tirafnya hanya sebatas pengakuan luar tanpa diikuti dengan mentaati apa2 yang diketahuinya dan beradaptasi dengan ketentuan serta kewajiban yang terkandung di dalamnya, maka baginya termasuk lemah iman. Oleh karena itu dengan kemampuan yang ada, seseorang harus berusaha untuk memperkokoh imannya dengan meningkatkan ketaatannya. Jadi keimanan itu hanya akan sempurna.

3.            Dzikir dan Fikir
Yang dimaksud dengan dzikir adalah mengingat Allah beserta sifat2-Nya, apa2 yang menyangkut keagungan-Nya dan kebesaran-Nya, dan membaca kalam-Nya serta ayat2-Nya, sehingga hati sang pengingat selalu kontak dengan Khalik-Nya. Kemudian, selain itu juga harus berusaha memperkecil segala hal yang membawa dampak kealpaan atau kelalaian kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Umar bin Khattab ra., tak henti-hentinya menyeru kepada para sahabatnya agar selalu berdzikir kepada Allah SWT untuk menambah kualitas imannya.
Diriwayatkan dari Abu Ja’fat dari Kakekknya ‘Umar bin Khubaib dan dia menerimannya dari Rasulullah SAW, kisahnya:
“Rasulullah SAW bersabda: ‘Iman itu bertambah dan berkurang’, lalu ia bertanya kepada beliau: ‘Apa gerangan ya Rasulullah yang dapat menambahnya dan menguranginya?, Rasulullah SAW menjawab: ‘Jika kita mengingat Allah dan memuji-Nya, mensucikan-Nya, maka di situlah iman akan bertambah kualitasnya; dan jika ia melupakan atau lalai kepada-Nya maka di situlah iman kita menjadi berkurang’. Dan adalah Abdullah bin Rawahah memegang tangan salah seorang sahabatnya seraya berkata; “Bangkitlah sejenak bersama kami, marilah duduk-duduk di majlis dzikir’. (Syarah Qasidah Ibnul Qayyim, jilid II halaman 140-141)

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
 “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (Ali ‘Imran: 191)
Adapun yang disebut dengan “fikir” adalah suatu aktivitas yang mengacu kepada renungan terhadap ciptaan Allah SWT dengan memikirkan yang ada pada ciptaan2-Ny, serta memandang kepada tanda-tanda-Nya, dan mukjizat-Nya. Sehingga dari aktivitas yang demikian itu akan didapat (buah) iman kepada Allah SWT, yaitu merasakan keaguangan-Nya, kekuasaan-Nya, keagungan sifat2-nya, serta keagungan perbuatan2-Nya. Cara pandang yang demikian itulah yang disebut dengan “tafkir” dan “i’tibar”.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal (ulil albab)”. (Ali Imran: 190)

Mereka itulah ulil albab, yaitu hamba yang selalu mengingat Allah baik ketika dalam keadaan berdiri, duduk, bahkan berbaring sekalipun, dan mereka selalu bertasbih mensucikan-Nya serta memohon dijauhkan dari siksa api neraka.

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
“Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta”. (Al-Furqan: 73)
Sedangkan terhadap orang yang tidak dapat menangkap makna dari alam dan fenomenanya, Allah SWT mengumpamakan mereka seperti dalam ayat berikut:
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka alam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)”. (Al-Baqarah: 17-18)


____________________




YANG MENGUATKAN
YANG MEMBATALKAN IMAN
KAJIAN RINCI DUA KALIMAH SYAHADAH
Dr. Muhammad Na’im Yasin


-----Perpus Pusat UII, 21 April 2012-----
11.32 WIB 

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger