Selasa, 07 Juli 2015

Pikiran Tenang setelah 'Misuh-Misuh'

Posted by Nis |



Bismillah,
Segala puji kepunyaan Allah Ta’ala.

Baiklah, saya beri gambaran terlebih dahulu sodara-sodara. Ini mungkin sesuatu yang sama-sama kita sukai, atau mungkin ada yang hanya menyukai salah satunya saja tanpa dicampur. Tapi dengan keduanya ini, kita akan mendapatkan tingkat kenyang yang lebih daripada hanya menikmati satu diantaranya. Favorit banget dah ini pokoknya. Kasih saosnya dikit aja,, sambelnya banyakan, daun bawang jangan lupa,, kecap dikit no problem,, siap dinikmati.., ehhhhmmm mak nyosss..... inilah Mie ayam-Bakso........ (miso)

Krik..krik...

Ya,ya,, okke... Jadi, Misuh ini adalah dari bahasa Jawa, yang artinya adalah kurang lebih sebagai berikut; Misuh =mencaci =mengumpat =berkata2 jelek dan kasar kepada seseorang atau lebih (-termasuk di dalamnya adalah mendoakan keburukan).

Ceritanya, sekitar 10 bulan yang lalu, ketika awal2 saya menjalani pekerjaan di perusahaan yang sekarang ini di Jakarta, saya mendapat panggilan test dan interview dari sebuah perusahaan di Bekasi. Waktu itu hati saya masih labil (hmm??), saya amat sangat pengin buanget bekerja di wilayah Bekasi. Alasan? –yaitu karena suasana Bekasi itu bagi saya lumayan nyaman, aman, tenteram, sejahtera, dsb. Berasa kayak Jogja lah intinya,, mungkin karena sudah 9 bulan sebelumnya bekerja di daerah sana, terus ceritanya krasan, jadi pengennya disitu lagi. Selain itu? –karena di Bekasi saya ada teman2 yang nantinya bisa maen bareng, jalan bareng, dll. So, ndak akan kesepian. Alasan lainnya.? –nah ini krusial banget yaw,, karena disana UMR nya lebih tinggi dari Jakarta. Ahhahay... yah namanya cari nafkah, pastinya ada pertimbangan ke situ nya juga lah...

Panggilan pertama, saya merasa agak ragu, jadi ketika ditelpon untuk datang di hari yang sudah ditentukan, saya bilang ‘ndak bisa’. Lalu, amat sangat di luar perkiraan, dengan rela hati si embak HRD yang nelpon saya itu menawarkan untuk reschedule alias dijadwalkan ulang. Dengan kegalauan tingkat tinggi, antara kakak yang melarang,, dengan naluri jiwa –halahh- yang kepengin banget. Pokoknya setelah proses yang panjang dan waktu yang bisa dibilang cukup lama, ahirnya saya putuskan untuk memenuhi panggilan interview tersebut.


Sungguh, setiap usaha memang memerlukan pengorbanan. Kalo’ ndak berkorban, ndak asek itu namanya. Saya pun bolos kerja, badahal masih terhitung karyawan baru, ke Bekasi tanpa tahu alamatnya sebelumnya, berbekal informasi dari teman mengenai patokan2nya, beserta kemauan dan kemantapan hati, sudah cukup untuk saya bisa cusss ke alamat tujuan. Dan tentunya, tanpa sepengetahuan kakak saya yaw..

Naik kereta sekitar satu jam lebih, turun di stasiun lemah abang, naik angkot jurusan Lippo Cikarang, sambung lagi dengan ojek. Walla....!!! Sampailah saya di depan PT yang saya tuju. Ndak terlalu heran dengan kenampakannya, PT-PT di Bekasi memang rata2 adalah tempat untuk produksi, beda dengan di Jakarta yang banyak sebagai Kantor Distribusi, Kantor Cabang, atau sebagai Kantor Pusat seperti yang saya tempati saat ini.

Dua orang satpam mempersilahkan saya, tak lupa saya mengisi buku kunjungan yang sudah dihadapkan ke saya. Tidak lama setelah pak satpam konfirmasi by phone ke dalam, dijemput lah saya oleh HRD yang menelpon saya waktu itu, bisa saya simpulkan bahwa beliau itu masih muda, yahh... paling hanya beberapa tahun di atas saya. Hhemm. Beneran yaw..! (-penting gituh.?!). hehe..

Di dalam, saya disuruh menunggu terlebih dahulu. Lumayan lama sih. Hanya duduk dan melihat2 orang bekerja lalu lalang, saya jadi tegang alias tertekan mental saya. Telapak tangan mulai terasa dingin, jantung deg2 an, kurang pede, cemas. Ndak karuan lah pokoknya. Yang pernah test interview kerja seperti saya, mungkin tahu bagaimana rasanya. Kebanyakan staff perempuan di sana mengenakan seragam celana, dan kemeja lengan pendek, yang berjilbab rata2 dirangkap menggunakan manset. Di pikiran saya langsung terbesit tanya, ‘pakai rok, boleh tidak ya.???’. Terus, seragam kemeja lengan panjang,, ada tak ya...


Di tengah rupa2 kegalauan seperti itu, saya memutuskan misuh2 di dalam hati. Yang ahirrnya itu bisa membuat saya berangsur2 menjadi tenang, rileks, bisa kembali mengumpulkan kekuatan agar nanti dalam interview saya dapat menjawab pertanyaan2 dengan jelas, tegas, dan meyakinkan _ceilah.

Eitss,,, sodara2 wajib tahu nih tentang bagaimana misuh2 saya itu dan kepada siapakah saya misuh2.??. Jadi, waktu itu,, saya ngumpat alias misuhi si Abu Lahab.


1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. 
2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. 
3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. 
4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. 
5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.

Komat-kamit, lirih melafalkan, melagukannya,, berulang2 kali, berulang2 kali, dan berulang2 kali. Sambil gemess membayangkan si Abu Lahab yang tidak henti2 nya suka menghalangi dakwah nabi,, apalagi istrinya.. iiiiiiiihhhhhhhhhh sampai sekarat pun masih saja menghina nabi dengan syair2nya. Hhemmmmh. Sebab imajinasi saya itulah, sedikit terlupakan beban mental interview saya.. Alhamdulillah.....

Diceritakan, dahulu itu sebenarnya Abu Lahab sempat merasa kasihan dan ingin menghentikan perbuatan jahatnya kepada Rasulullah. Namun istrinya malah marah2, dan mengomporinya agar terus membenci dan memerangi Rasulullah. Ternyata begitu cintanya Abu Lahab kepada istrinya itu, sehingga membutakan mata hatinya kepada kebenaran.

Maka benarlah janji Allah Ta’ala,, -orang yang mencintai sesuatu lebih dari cintanya kepada Allah, kelak di neraka ia akan disiksa menggunakan apa yang dicintainya itu-. Maka Abu Lahab dibakar, dan istrinya sendirilah yang membawakan kayu bakar untuk membakarnya. Na’udzubillah mindzalik...

Hayooooo hati2 ya sodara2.... kita yang masih suka cinta berlebihan kepada benda2 dunia (misal; cinta kepada pasangan, kepada anak, kepada pekerjaan, kepada harta+benda yang fana, de-el-el),, jangan sampai mengalahkan cinta kita kepada yang menciptakan cinta itu sendiri. Yaitu, yang tercinta.... Allah Ta’ala.

Terus cerita interview nya tadi gimana.?? Jadi, saatnya yang ditunggu pun tiba, di sebuah ruang meeting, saya disuguhi dua-carik kertas, yaitu satu adalah lembar soal, satunya adalah lembar untuk jawaban. Saya amat sangat terperanjat dengan soal2 yang tertera di kertas di hadapan saya itu. Diluar perkiraan sama sekali. Biasanya, tes tertulis untuk kerja itu berupa tes psikologi,, logika2, begitu2. Lah kog itu malah mirip ujian semester waktu kuliah dulu., -plaaakkk(tepok jidat). Yang masih saya ingat, soalnya itu ada yang begini bunyinya; -apa yang dimaksud dengan akun nominal,? Jelaskan! ,, -apa yang dimaksud akun riil.? Jelaskan!,, -sebutkan macam2 laporan keuangan!,, dan lain sebagainya. Dengan usaha ekstra keras mengingat materi pelajaran akuntansi, dan sedikit lupa2 ingat sehingga mengakibatkan jawabannya ada yang sedikit ngawur dan diluar akal pikiran –gubrakkk.!-,,  alhamdulillah semua soal sudah terjawab.

Lepas itu, dibawalah kertas soal beserta jawaban saya tersebut oleh HRD, kali ini HRD-nya ibu2, bisa disimpulkan bahwa beliau adalah HRD utamanya alias senior alias atasan dari HRD yang embak2 tadi. Sembari beliau menanyakan di mana saya tinggal, naek apa kesitu, dan... ada rencana menikah dalam waktu dekat.???  -ouwh-


Tak lama, saya pun diajak untuk bertemu langsung dengan Kepala staf keuangan di PT tersebut, yang nantinya akan menjadi atasan saya. Beliau seorang Bapak2, jadi sengaja saya tidak bersalaman dan langsung saja duduk. Deg-degan banget. Diawali dengan pertanyaan standar umumnya interview kerja, di perusahaan apa sebelumnya, berapa lama, apa yang dikerjakan, dan alasan mengapa keluar. Alhamdulillah saya bisa menjawabnya dengan cukup meyakinkan –horreee-. Nah, selanjutnya inih yang sangat tidak saya duga pula sebelumnya, seperti tadi waktu test tertulis. Begini kalimat Bapaknya; ‘ini,, kamu selesai kuliah, D3, hanya 2 tahun.! Cepat ya.?! -Hasil belajar kamu ini saya pengen tahu- menurut kamu, akuntansi itu apa sih.?’ ---guraaakkkss.com-. Oke lah, saya bisa jawab,, lha ternyata disambung lagi dengan pertanyaan2 macam ujian pendadaran, alias ujian lisannya Tugas Akhir. Mak nyoossss dah. Tapi alhamdulillah,, bisa saya jawab –sebisanya,,,wkwkwk-. Saya hanya mbatin,, ‘kalau tahu test-nya model begini,, tadi malem sinau dulu dah.’ –geleng2-.

Belum kelar yaw... Pertanyaan klimaks yang sangat huhh buanget, membukitkan bahwa Bapaknya memang cerdas. Yaitu; ‘menurut kamu,, kamu itu orangnya teliti gak sih.?’ Hayoo,, apa coba jawabannya..? Dan pula menyangkut gaji, tanpa sengaja saya malah cari gara2 dengan mengatakan bahwa orientasi saya bukanlah gaji. Ditembak lah saya, ‘terus kalau orientasi kamu bukan gaji, lalu apa,? Coba saya pengen tahu.!’. yesss,,,!!! Seru banget lah pokoknya interview kala itu. Bisa dibilang, itu adalah interview paling berkesan bagi saya. Cesss..

Selang dua hari, saya dipanggil lagi untuk nego gaji. Bertemu langsung dengan yang punya PT. Selesai, saya pulang,, dan.... galau lagi. #ckckckckck. Singkatnya, saya pun mencoba untuk masuk, bekerja hari pertama. Tanpa saya resign dulu dari perusahaan yang (saat ini masih),, itu saya pun masih karyawan baru. Bolos,, mencoba-coba. Satu hari itu, saya masih dihinggapi keragu-raguan. Hingga terpikir dalam benak saya,,, saya sudah mendapatkan yang sangat saya inginkan,, saya idam2kan,, yang menurut saya adalah terbaik buat saya.. tapi... ‘bukankah yang terbaik menurut manusia, belum tentu terbaik menurut Allah.?!’

Ada begitu banyak alasan yang menghalangi saya untuk tidak mengambil pekerjaan tersebut. Di sisi lain, hasrat dan keinginan saya begitu besar untuk mengambilnya,, setelah perjuangan untuk mendapatkannya sangatlah mak nyosss. Tahu tak sodara-sodara... masuk hari pertama kerja itu, ndak mungkin dong saya berangkat pagi itu juga dari Jakarta. Mustahal untuk bisa sampai tepat waktu. Ostomatis, sore hari sebelumnya saya berangkat ke Bekasi, lepas pulang kerja. Pertanyaannya adalah... mau nginep dimana coba.??? Kalau di wisma-nya teman2 kerja waktu di Bank dulu itu, ndak bisa,, kejauhan soalnya. Badahal hanya mereka teman2 yang saya kenal. Mateng dah..


Kluyar-kluyur sendirian waktu itu di daerah Tambun, Bekasi. Magrib pun tiba. Ahirrnya,, seperti biasa, 'tempat yang paling aman adalah rumah Allah'. Saya beranikan diri bertanya kepada bapak2 tukang becak, 'Pak, disini ada mesjid ndak ya pak, yang bisa untuk nginep.? bla...blaa...'. Si Bapak pun menjawab, 'Oh, ada neng,, ayok bapak anter.' Alhamdulillah..... Sampailah saya di depan masjid bercat Hijau cantik, ada seorang Bapak yang sedang merapikan terpal, karena kebetulan waktu itu tepat sekali habis perayaan Idul Adha. Bau hewan2 surga masih semerbak beraroma. Bapak tukang becak tadi menjelaskan kepada Bapak tersebut yang adalah pengurus masjidnya. Saya pun diijinkan, diantarkan ke wilayah hijab putri dan diberikan arahan. Alahmdulillah,,, dapat tempat untuk bermalam. Saya pun mengucapkan terimakasih dari lubuk hati terdalam kepada Bapak becak tadi, dan juga kepada Bapak marbot. #Mungkin ada yang membatin,, 'nih ahwat berani banget si, kluyuran tanpa tujuan sendirian,, dll'. Ndak apa2,, silakan berpendapat,, tapi ya.. -saya mah gitu orangnya.... :D apapun yang saya perbuat, insyaAllah saya bisa mempertanggungjawabkannya. Karena saya yakin, ketika apapun yang dilakukan itu diiringi dengan senantiasa ingat, dan tawakkal hanya kepada Allah,, maka Allah akan menunjukkan jalan. InsyaAllah..

Hari pertama kerja berjalan dengan lancar. Hingga saya kembali lagi ke masjid dan berpikir ulang. Memohon petunjuk kepada Allah Ta'ala. Menimbang manfaat dan madharatnya. Apakah saya harus mengikuti keinginan besar saya untuk mempertahankannya, ataukah merelakannya begitu saja. Galau tingkat tinggi bangettt,,, akutttt. Sampai pada kesimpulan dan hasil pertimbangan yang sangatlah rumit dan begitu mendalam. Saya putuskan, malam itu juga saya pulang ke Jakarta. Alhamdulillah masih ada kereta(KRL) Bekasi-Jakarta. Ke esokan harinya, saya kembali masuk ke perusahaan yang sekarang (PT. Sentraco Garmindo). Dan,,berlanjut hingga saat ini. Keputusan saya malam itu sama sekali tidak membuat saya menyesal,, namun kewajiban dan keharusan saya adalah mensyukurinya. Tidak salah sama sekali. Memang, sesuatu yang dilakukan tidak dengan mengedepankan hawa nafsu, akan terasa lebih nikmat dan barokah hasilnya. insyaAllah.. Berat memang awalnya,, tapi manisnya lebih lama terasa setelahnya. InsyaAllah...


---------------------------------------------------------

Dari uraian panjang lebar di atas,, sedikit saya simpulkan.. bahwa;
1.   Misuh yang bermanfaat, disini adalah misuhi Abu Lahab –baca- QS. Al-lahab #saya hanya mengkiaskannya saja. Misuh yang tidak baik dan tidak bermanfaat, jangan sampai dijadikan kebiasaan. Hindari.!!
2.  Dengan membaca ayat Al-Qur’an,, tidak hanya Al-Lahab saja,,, namun surat/ayat mana pun dalam Al-Qur’an, bisa menenangkan hati dan pikiran. Bagaimana tidak,,, bukankah, -hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang--. Dan membaca ayat Al-Qur’an itu termasuk kategori dalam mengingat Allah. Dan alangkah baiknya dalam bertindak, dalam setiap perilaku kita,, diiringi dengan senantiasa mengingat Allah. Selalu merasa diawasi oleh Allah. Maka kehidupan kita ini insyaAllah akan selalu dalam ke-barokah-an, selalu.
3.   Tanamkan dalam hati dan pikiran, bahwa hanya kepada Allah lah kita berpasrah. Karena memang hanya Allah yang berkuasa atas apa2 yang menimpa manusia.
4.   Selalu ingat juga,, -sesuatu yang baik menurut manusia, belum tentu baik menurut Allah-. Tidak perlu menuruti nafsu, cukup serahkan semua sekehendak Allah,, karena hanya Dia yang tahu mana terbaik untuk diri kita. Yang penting, Bismillah.!!
5. Ojo seneng Misuh lan Ngrasani.!





Semoga bermanfaat sebagai pengingat kita semua. Akhiru da’wana, ‘anil hamdulillahirobbil’alamiin.






 -----meja kerja, 07 Juli 2015-----
wayah ngabuburit

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger