Bismillah,
Segala
puji kepunyaan Allah Ta’ala.
Baiklah, saya beri gambaran terlebih dahulu
sodara-sodara. Ini mungkin sesuatu yang sama-sama kita sukai, atau mungkin ada
yang hanya menyukai salah satunya saja tanpa dicampur. Tapi dengan keduanya
ini, kita akan mendapatkan tingkat kenyang yang lebih daripada hanya menikmati
satu diantaranya. Favorit banget dah ini pokoknya. Kasih saosnya dikit aja,,
sambelnya banyakan, daun bawang jangan lupa,, kecap dikit no problem,, siap dinikmati.., ehhhhmmm mak nyosss..... inilah Mie
ayam-Bakso........ (miso)
Krik..krik...
Ya,ya,, okke... Jadi, Misuh ini adalah dari
bahasa Jawa, yang artinya adalah kurang lebih sebagai berikut; Misuh =mencaci
=mengumpat =berkata2 jelek dan kasar kepada seseorang atau lebih (-termasuk di
dalamnya adalah mendoakan keburukan).
Ceritanya, sekitar 10 bulan yang lalu, ketika
awal2 saya menjalani pekerjaan di perusahaan yang sekarang ini di Jakarta, saya
mendapat panggilan test dan interview dari sebuah perusahaan di Bekasi. Waktu
itu hati saya masih labil (hmm??), saya amat sangat pengin buanget bekerja di
wilayah Bekasi. Alasan? –yaitu karena suasana Bekasi itu bagi saya lumayan
nyaman, aman, tenteram, sejahtera, dsb. Berasa kayak Jogja lah intinya,,
mungkin karena sudah 9 bulan sebelumnya bekerja di daerah sana, terus ceritanya
krasan, jadi pengennya disitu lagi. Selain itu? –karena di Bekasi saya ada
teman2 yang nantinya bisa maen bareng, jalan bareng, dll. So, ndak akan kesepian. Alasan lainnya.? –nah ini krusial banget
yaw,, karena disana UMR nya lebih tinggi dari Jakarta. Ahhahay... yah namanya
cari nafkah, pastinya ada pertimbangan ke situ nya juga lah...
Panggilan pertama, saya merasa agak ragu, jadi
ketika ditelpon untuk datang di hari yang sudah ditentukan, saya bilang ‘ndak
bisa’. Lalu, amat sangat di luar perkiraan, dengan rela hati si embak HRD yang
nelpon saya itu menawarkan untuk reschedule
alias dijadwalkan ulang. Dengan kegalauan tingkat tinggi, antara kakak yang
melarang,, dengan naluri jiwa –halahh- yang kepengin banget. Pokoknya setelah
proses yang panjang dan waktu yang bisa dibilang cukup lama, ahirnya saya
putuskan untuk memenuhi panggilan interview tersebut.
Sungguh, setiap usaha memang memerlukan
pengorbanan. Kalo’ ndak berkorban, ndak asek itu namanya. Saya pun bolos kerja,
badahal masih terhitung karyawan baru, ke Bekasi tanpa tahu alamatnya
sebelumnya, berbekal informasi dari teman mengenai patokan2nya, beserta kemauan
dan kemantapan hati, sudah cukup untuk saya bisa cusss ke alamat tujuan. Dan
tentunya, tanpa sepengetahuan kakak saya yaw..
Naik kereta sekitar satu jam lebih, turun di
stasiun lemah abang, naik angkot jurusan Lippo Cikarang, sambung lagi dengan
ojek. Walla....!!! Sampailah saya di depan PT yang saya tuju. Ndak terlalu
heran dengan kenampakannya, PT-PT di Bekasi memang rata2 adalah tempat untuk
produksi, beda dengan di Jakarta yang banyak sebagai Kantor Distribusi, Kantor
Cabang, atau sebagai Kantor Pusat seperti yang saya tempati saat ini.
Dua orang satpam mempersilahkan saya, tak lupa saya
mengisi buku kunjungan yang sudah dihadapkan ke saya. Tidak lama setelah pak
satpam konfirmasi by phone ke dalam,
dijemput lah saya oleh HRD yang menelpon saya waktu itu, bisa saya simpulkan
bahwa beliau itu masih muda, yahh... paling hanya beberapa tahun di atas saya.
Hhemm. Beneran yaw..! (-penting gituh.?!). hehe..
Di dalam, saya disuruh menunggu terlebih dahulu.
Lumayan lama sih. Hanya duduk dan
melihat2 orang bekerja lalu lalang, saya jadi tegang alias tertekan mental
saya. Telapak tangan mulai terasa dingin, jantung deg2 an, kurang pede, cemas.
Ndak karuan lah pokoknya. Yang pernah test interview kerja seperti saya,
mungkin tahu bagaimana rasanya. Kebanyakan staff perempuan di sana mengenakan
seragam celana, dan kemeja lengan pendek, yang berjilbab rata2 dirangkap
menggunakan manset. Di pikiran saya langsung terbesit tanya, ‘pakai rok, boleh
tidak ya.???’. Terus, seragam kemeja lengan panjang,, ada tak ya...
Di tengah rupa2 kegalauan seperti itu, saya
memutuskan misuh2 di dalam hati. Yang ahirrnya itu bisa membuat saya berangsur2
menjadi tenang, rileks, bisa kembali mengumpulkan kekuatan agar nanti dalam
interview saya dapat menjawab pertanyaan2 dengan jelas, tegas, dan meyakinkan
_ceilah.
Eitss,,, sodara2 wajib tahu nih tentang
bagaimana misuh2 saya itu dan kepada siapakah saya misuh2.??. Jadi, waktu itu,, saya ngumpat alias misuhi
si Abu Lahab.
1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia
akan binasa.
2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang
ia usahakan.
3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.
5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.
Komat-kamit, lirih melafalkan, melagukannya,,
berulang2 kali, berulang2 kali, dan berulang2 kali. Sambil gemess membayangkan
si Abu Lahab yang tidak henti2 nya suka menghalangi dakwah nabi,, apalagi
istrinya.. iiiiiiiihhhhhhhhhh sampai sekarat pun masih saja menghina nabi
dengan syair2nya. Hhemmmmh. Sebab imajinasi saya itulah, sedikit terlupakan
beban mental interview saya.. Alhamdulillah.....
Diceritakan, dahulu itu sebenarnya Abu Lahab
sempat merasa kasihan dan ingin menghentikan perbuatan jahatnya kepada
Rasulullah. Namun istrinya malah marah2, dan mengomporinya agar terus membenci
dan memerangi Rasulullah. Ternyata begitu cintanya Abu Lahab kepada istrinya
itu, sehingga membutakan mata hatinya kepada kebenaran.
Maka benarlah janji Allah Ta’ala,, -orang yang
mencintai sesuatu lebih dari cintanya kepada Allah, kelak di neraka ia akan
disiksa menggunakan apa yang dicintainya itu-. Maka Abu Lahab dibakar, dan
istrinya sendirilah yang membawakan kayu bakar untuk membakarnya. Na’udzubillah
mindzalik...
Hayooooo hati2 ya sodara2.... kita yang masih
suka cinta berlebihan kepada benda2 dunia (misal; cinta kepada pasangan, kepada anak, kepada pekerjaan, kepada harta+benda yang fana, de-el-el),, jangan sampai mengalahkan cinta
kita kepada yang menciptakan cinta itu sendiri. Yaitu, yang tercinta.... Allah
Ta’ala.
Terus cerita interview nya tadi gimana.?? Jadi,
saatnya yang ditunggu pun tiba, di sebuah ruang meeting, saya disuguhi
dua-carik kertas, yaitu satu adalah lembar soal, satunya adalah lembar untuk
jawaban. Saya amat sangat terperanjat dengan soal2 yang tertera di kertas di
hadapan saya itu. Diluar perkiraan sama sekali. Biasanya, tes tertulis untuk
kerja itu berupa tes psikologi,, logika2, begitu2. Lah kog itu malah mirip
ujian semester waktu kuliah dulu., -plaaakkk(tepok jidat). Yang masih saya
ingat, soalnya itu ada yang begini bunyinya; -apa yang dimaksud dengan akun
nominal,? Jelaskan! ,, -apa yang dimaksud akun riil.? Jelaskan!,, -sebutkan
macam2 laporan keuangan!,, dan lain sebagainya. Dengan usaha ekstra keras
mengingat materi pelajaran akuntansi, dan sedikit lupa2 ingat sehingga
mengakibatkan jawabannya ada yang sedikit ngawur dan diluar akal pikiran
–gubrakkk.!-,, alhamdulillah semua soal
sudah terjawab.
Lepas itu, dibawalah kertas soal beserta jawaban
saya tersebut oleh HRD, kali ini HRD-nya ibu2, bisa disimpulkan bahwa beliau
adalah HRD utamanya alias senior alias atasan dari HRD yang embak2 tadi. Sembari
beliau menanyakan di mana saya tinggal, naek apa kesitu, dan... ada rencana
menikah dalam waktu dekat.??? -ouwh-
Tak lama, saya pun diajak untuk bertemu langsung
dengan Kepala staf keuangan di PT tersebut, yang nantinya akan menjadi atasan
saya. Beliau seorang Bapak2, jadi sengaja saya tidak bersalaman dan langsung
saja duduk. Deg-degan banget. Diawali dengan pertanyaan standar umumnya
interview kerja, di perusahaan apa sebelumnya, berapa lama, apa yang
dikerjakan, dan alasan mengapa keluar. Alhamdulillah saya bisa menjawabnya
dengan cukup meyakinkan –horreee-. Nah, selanjutnya inih yang sangat tidak saya
duga pula sebelumnya, seperti tadi waktu test tertulis. Begini kalimat
Bapaknya; ‘ini,, kamu selesai kuliah, D3, hanya 2 tahun.! Cepat ya.?! -Hasil
belajar kamu ini saya pengen tahu- menurut kamu, akuntansi itu apa sih.?’
---guraaakkkss.com-. Oke lah, saya bisa jawab,, lha ternyata disambung lagi
dengan pertanyaan2 macam ujian pendadaran, alias ujian lisannya Tugas Akhir.
Mak nyoossss dah. Tapi alhamdulillah,, bisa saya jawab –sebisanya,,,wkwkwk-.
Saya hanya mbatin,, ‘kalau tahu
test-nya model begini,, tadi malem sinau
dulu dah.’ –geleng2-.
Belum kelar yaw... Pertanyaan klimaks yang
sangat huhh buanget, membukitkan bahwa Bapaknya memang cerdas. Yaitu; ‘menurut
kamu,, kamu itu orangnya teliti gak
sih.?’ Hayoo,, apa coba jawabannya..? Dan pula menyangkut gaji, tanpa sengaja
saya malah cari gara2 dengan mengatakan bahwa orientasi saya bukanlah gaji.
Ditembak lah saya, ‘terus kalau orientasi kamu bukan gaji, lalu apa,? Coba saya
pengen tahu.!’. yesss,,,!!! Seru banget lah pokoknya interview kala itu. Bisa
dibilang, itu adalah interview paling berkesan bagi saya. Cesss..
Selang dua hari, saya dipanggil lagi untuk nego
gaji. Bertemu langsung dengan yang punya PT. Selesai, saya pulang,, dan....
galau lagi. #ckckckckck. Singkatnya, saya pun mencoba untuk masuk, bekerja hari
pertama. Tanpa saya resign dulu dari perusahaan yang (saat ini masih),, itu
saya pun masih karyawan baru. Bolos,, mencoba-coba. Satu hari itu, saya masih
dihinggapi keragu-raguan. Hingga terpikir dalam benak saya,,, saya sudah
mendapatkan yang sangat saya inginkan,, saya idam2kan,, yang menurut saya
adalah terbaik buat saya.. tapi...
‘bukankah yang terbaik menurut manusia,
belum tentu terbaik menurut Allah.?!’
Ada begitu banyak alasan yang menghalangi saya untuk tidak mengambil pekerjaan tersebut. Di sisi lain, hasrat dan keinginan saya begitu besar untuk mengambilnya,, setelah perjuangan untuk mendapatkannya sangatlah mak nyosss. Tahu tak sodara-sodara... masuk hari pertama kerja itu, ndak mungkin dong saya berangkat pagi itu juga dari Jakarta. Mustahal untuk bisa sampai tepat waktu. Ostomatis, sore hari sebelumnya saya berangkat ke Bekasi, lepas pulang kerja. Pertanyaannya adalah... mau nginep dimana coba.??? Kalau di wisma-nya teman2 kerja waktu di Bank dulu itu, ndak bisa,, kejauhan soalnya. Badahal hanya mereka teman2 yang saya kenal. Mateng dah..
Kluyar-kluyur sendirian waktu itu di daerah Tambun, Bekasi. Magrib pun tiba. Ahirrnya,, seperti biasa, 'tempat yang paling aman adalah rumah Allah'. Saya beranikan diri bertanya kepada bapak2 tukang becak, 'Pak, disini ada mesjid ndak ya pak, yang bisa untuk nginep.? bla...blaa...'. Si Bapak pun menjawab, 'Oh, ada neng,, ayok bapak anter.' Alhamdulillah..... Sampailah saya di depan masjid bercat Hijau cantik, ada seorang Bapak yang sedang merapikan terpal, karena kebetulan waktu itu tepat sekali habis perayaan Idul Adha. Bau hewan2 surga masih semerbak beraroma. Bapak tukang becak tadi menjelaskan kepada Bapak tersebut yang adalah pengurus masjidnya. Saya pun diijinkan, diantarkan ke wilayah hijab putri dan diberikan arahan. Alahmdulillah,,, dapat tempat untuk bermalam. Saya pun mengucapkan terimakasih dari lubuk hati terdalam kepada Bapak becak tadi, dan juga kepada Bapak marbot. #Mungkin ada yang membatin,, 'nih ahwat berani banget si, kluyuran tanpa tujuan sendirian,, dll'. Ndak apa2,, silakan berpendapat,, tapi ya.. -saya mah gitu orangnya.... :D apapun yang saya perbuat, insyaAllah saya bisa mempertanggungjawabkannya. Karena saya yakin, ketika apapun yang dilakukan itu diiringi dengan senantiasa ingat, dan tawakkal hanya kepada Allah,, maka Allah akan menunjukkan jalan. InsyaAllah..
Ada begitu banyak alasan yang menghalangi saya untuk tidak mengambil pekerjaan tersebut. Di sisi lain, hasrat dan keinginan saya begitu besar untuk mengambilnya,, setelah perjuangan untuk mendapatkannya sangatlah mak nyosss. Tahu tak sodara-sodara... masuk hari pertama kerja itu, ndak mungkin dong saya berangkat pagi itu juga dari Jakarta. Mustahal untuk bisa sampai tepat waktu. Ostomatis, sore hari sebelumnya saya berangkat ke Bekasi, lepas pulang kerja. Pertanyaannya adalah... mau nginep dimana coba.??? Kalau di wisma-nya teman2 kerja waktu di Bank dulu itu, ndak bisa,, kejauhan soalnya. Badahal hanya mereka teman2 yang saya kenal. Mateng dah..
Kluyar-kluyur sendirian waktu itu di daerah Tambun, Bekasi. Magrib pun tiba. Ahirrnya,, seperti biasa, 'tempat yang paling aman adalah rumah Allah'. Saya beranikan diri bertanya kepada bapak2 tukang becak, 'Pak, disini ada mesjid ndak ya pak, yang bisa untuk nginep.? bla...blaa...'. Si Bapak pun menjawab, 'Oh, ada neng,, ayok bapak anter.' Alhamdulillah..... Sampailah saya di depan masjid bercat Hijau cantik, ada seorang Bapak yang sedang merapikan terpal, karena kebetulan waktu itu tepat sekali habis perayaan Idul Adha. Bau hewan2 surga masih semerbak beraroma. Bapak tukang becak tadi menjelaskan kepada Bapak tersebut yang adalah pengurus masjidnya. Saya pun diijinkan, diantarkan ke wilayah hijab putri dan diberikan arahan. Alahmdulillah,,, dapat tempat untuk bermalam. Saya pun mengucapkan terimakasih dari lubuk hati terdalam kepada Bapak becak tadi, dan juga kepada Bapak marbot. #Mungkin ada yang membatin,, 'nih ahwat berani banget si, kluyuran tanpa tujuan sendirian,, dll'. Ndak apa2,, silakan berpendapat,, tapi ya.. -saya mah gitu orangnya.... :D apapun yang saya perbuat, insyaAllah saya bisa mempertanggungjawabkannya. Karena saya yakin, ketika apapun yang dilakukan itu diiringi dengan senantiasa ingat, dan tawakkal hanya kepada Allah,, maka Allah akan menunjukkan jalan. InsyaAllah..
Hari pertama kerja berjalan dengan lancar. Hingga saya kembali lagi ke masjid dan berpikir ulang. Memohon petunjuk kepada Allah Ta'ala. Menimbang manfaat dan madharatnya. Apakah saya harus mengikuti keinginan besar saya untuk mempertahankannya, ataukah merelakannya begitu saja. Galau tingkat tinggi bangettt,,, akutttt. Sampai pada kesimpulan dan hasil pertimbangan yang sangatlah rumit dan begitu mendalam. Saya putuskan, malam itu juga saya pulang ke
Jakarta. Alhamdulillah masih ada kereta(KRL) Bekasi-Jakarta. Ke esokan harinya,
saya kembali masuk ke perusahaan yang sekarang (PT. Sentraco Garmindo). Dan,,berlanjut
hingga saat ini. Keputusan saya malam itu sama sekali tidak membuat saya
menyesal,, namun kewajiban dan keharusan saya adalah mensyukurinya. Tidak salah
sama sekali. Memang, sesuatu yang dilakukan tidak dengan mengedepankan hawa
nafsu, akan terasa lebih nikmat dan barokah hasilnya. insyaAllah.. Berat memang
awalnya,, tapi manisnya lebih lama terasa setelahnya. InsyaAllah...
---------------------------------------------------------
Dari uraian panjang lebar di atas,, sedikit saya
simpulkan.. bahwa;
1. Misuh yang bermanfaat,
disini adalah misuhi Abu Lahab –baca- QS. Al-lahab #saya hanya mengkiaskannya saja. Misuh yang tidak baik dan tidak bermanfaat, jangan sampai dijadikan kebiasaan. Hindari.!!
2. Dengan membaca ayat
Al-Qur’an,, tidak hanya Al-Lahab saja,,, namun surat/ayat mana pun dalam Al-Qur’an,
bisa menenangkan hati dan pikiran. Bagaimana tidak,,, bukankah, -hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi
tenang--. Dan membaca ayat Al-Qur’an itu termasuk kategori dalam mengingat
Allah. Dan alangkah baiknya dalam bertindak, dalam setiap perilaku kita,,
diiringi dengan senantiasa mengingat Allah. Selalu merasa diawasi oleh Allah. Maka
kehidupan kita ini insyaAllah akan selalu dalam ke-barokah-an, selalu.
3. Tanamkan dalam hati dan
pikiran, bahwa hanya kepada Allah lah kita berpasrah. Karena memang hanya Allah
yang berkuasa atas apa2 yang menimpa manusia.
4. Selalu ingat juga,,
-sesuatu yang baik menurut manusia, belum tentu baik menurut Allah-. Tidak perlu
menuruti nafsu, cukup serahkan semua sekehendak Allah,, karena hanya Dia yang
tahu mana terbaik untuk diri kita. Yang penting, Bismillah.!!
5. Ojo seneng Misuh lan Ngrasani.!
Semoga bermanfaat sebagai pengingat kita semua. Akhiru
da’wana, ‘anil hamdulillahirobbil’alamiin.
-----meja kerja, 07 Juli 2015-----
wayah ngabuburit
0 komentar:
Posting Komentar