Kamis, 29 November 2012

Kisah_Hidayah'Taubat

Posted by Nis |



Bismillah,..
Segala puji untuk-Mu, ya Allah…


Pagi yang sedikit mendung, jam 08.15-an, memasuki area perpustakaan. Risik bangett, padahal perpus buka-nya jam 08.00. Memasuki pintu computerisasi presensi, #hweis..perpus modern gitu lhoh., Mengucapkan salam berikut senyuman kepada 2 orang Bapak yang biasa jaga di bagian tersebut, “Pak, Bapak yang biasanya itu sudah pindah ya Pak.?”. Bapaknya, “Yang mana,?”. Saya tidak tahu namanya, dengan isyarat, Bapaknya tahu yang saya maksud. Beliau bilang, “O.., di atas sekarang,. Sudah naik pangkat.. bla..bla..” Senyam-senyum, ngobrol sebentar dengan 2 Bapak tersebut, kemudian naik lift ke lt.UG. The destination is.. buku panduan tentang Zahir, belajar untuk ujian lusa.

Keluar dari lift, terlihat seorang Bapak yang tadi saya tanyakan kepada Bapak-Bapak yang di bawah. Masuk, menyapa Bapaknya.., “Bapak,. Sekarang di sini ya.??”. Bapaknya,. “iya… kamu gak ke sini-sini..” #kalo’ ke perpus, tujuan utama biasanya adalah untuk nongkrong di e-library-nya.. he..he.. jadinya, jarang ke bagian pinjam-meminjam buku.

Muter-muter mengelilingi rak-rak, tidak menemukan buku yang dimaksud. Akhirnya mencari di computer data base-nya, dan ternyata bukunya ada di lantai satu. Naik ke lantai satu. Seorang Bapak memperhatikan saya sejak keluar dari lift, o…h ternyata Bapaknya yang sebelumnya di lantai UG yang sekarang diganti dengan Bapak yang di Bagian pintu masuk. “Wah, Bapak sekarang di sini ya.,?”, ekspresi agak terkejut. Pantas saja… tadi saya mikir waktu di lantai UG, ‘Bapaknya yang biasanya kemana ya.?’. “Naik Pangkat mbak..,” Bapaknya petugas e-library yang kebetulan juga ada di situ. Bapaknya satu lagi menambahi.. tapi kurang jelas saya dengar karena konsentrasi saya sudah terpusat dengan buku yang saya cari.

Muter lagi ke rak-rak, eh tidak sengaja nemu buku yang judulnya ILTIZAM, comot ah… langsung teringat dengan salah satu nasyid haroki favorit yang judulnya itu juga, oleh grup nasyid Rabbani. Pengen dengar seperti apa lagunya,? Silakan download Rabbani_Iltizam.

Ketemu juga bukunya, dengan bantuan dari Bapaknya tadi. Di bagian peminjaman, Bapak satu lagi yang cukup ramah, menerbitkan senyumnya. Melihat KTM saya, “Nis xxx..#sebut nama saya,. Ko’ kaya nama Kristen.,?” Tidak terima, saya,. “Hemmmm, bukan Pak… itu sebenarnya dari kata –manis- dan –xxx-…”. Bapaknya,. “O… nama Ibu.? #saya mengangguk,. Yang manis Ibunya…”. Saya, “Hwee,.. anaknya lebih manis Pak…” Bla…bla…bala… sedikit canda-canda dengan Bapaknya,. Kemudian pamit.

--he…he… begitulah, sebagai seorang perpusers,.. jadi akrab dengan Bapak-Bapak para petugas perpus. Ko’ cuman sama Bapak2-nya, sama pegawai Ibu’2-nya.?? #sedikit :D.

Dalam Shahih Muslim (54) disebutkan: Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan tidak dikatakan beriman sebelum kalian saling mencintai. Salah satu bentuk kecintaan adalah menebar salam antar sesama muslim.”

-----
Heiwhs.., buku ‘ILTIZAM’ tadi sejenak mengalihkan dunia saya,#halah.., sedikit membuat saya mengabaikan sejenak dua buku materi kuliah yang  menjadi tujuan utama saya tadi.
Berikut, saya bagikan, ringkasan bagian ‘Latar Belakang’nya yang berupa cerita berhikmah.
------

Judul Buku  : ‘ILTIZAM’ The Moslem Reborn, Kisah Pertobatan dan Peleburan Dosa Anak Manusia
Pengarang    : Muhammad Husain Ya’qu, 2004
Diterjemahkan oleh: Ahmad Fadhil

----------------------

Ini adalah kisah pemuda biasa. Sebutlah namanya Bagus. Dia adalah seorang pemuda biasa yang tumbuh di dalam kondisi biasa, dididik orang tuanya juga secara biasa.
Pada salah satu putaran masa remajanya, dia merasa kenakalan-kenakalannya telah melewati batas. Di tengah kegelapan dia menoleh ke kiri dan ke kanan. Namun yang terlihat hanyalah kegelapan dan kegelapan. Yang terlihat hanya maksiat dan dosa dimana-mana.

Perkembangan alami kenakalan Bagus bersama teman-temannya dimulai dari menghisap rokok, mencampur rokok dengan ganja, menghisap ganja saja, lalu heroin, lalu dia pun dengan mudah sampai kepada botol minuman keras di tengah hingar-bingar musik di klub-klub malam yang memamerkan tubuh-tubuh setengah telanjang sebagai hiburan live.

Pada suatu momen yang tidak biasa, setelah pesta yang heboh hingga tengah malam bersama teman-temannya, Bagus memilih berjalan sendirian berjalan kaki. Dia melangkah seperti orang linglung, luntang-lantung tanpa tujuan.

Bagus yang sedang sengsara itu sesungguhnya sedang mencari-cari sesuatu, tapi dia tidak dapat menjelaskannya. Dia menginginkan sesuatu tapi tidak dapat membayangkannya. Yang dia inginkan tidak tergambar jelas di benaknya. Ingin menangis, tapi tak kuasa. Ingin menemukan orang yang mau mendengarkan keluh kesahnya, tapi tak tahu siapa harus dia datangi. #Galau mode on.,

Bagus yang saat itu bertekad untuk tidak pulang ke rumah, terus berjalan melangkahkan kakinya. Sampai terdengar-lah kumandang adzan subuh. Hatinya tergetar dan seluruh anggota tubuhnya gemetar sampai-sampai dia takut terjatuh. Maka, dia berlari. Sekonyong-konyong dia bertabrakan dengan seseorang sehingga mereka berdua jatuh tersungkur ke tanah.

Ketika keduanya tersadar dari kagetnya, kemudian berdiri, mereka saling pandang. Di kepala masing-masing terbesit pelbagai pikiran dan dugaan.

Karena lidahnya kelu, Bagus berkata di dalam hatinya, “Siapakah dia? Cahaya apa yang kulihat di wajahnya? Apa ini malaikat dari surga?”

Sedangkan orang tua itu membisikkan ta’awudz di dalam hatinya, “A’udzubillaahi minasy syaithaanir rajiim. Siapa ini? Orang apa setan?” Dia mengucek-ngucek matanya, lalu menajamkan pandangan, “Apa aku masih di Indonesia? Apa aku tidak sedang bermimpi buruk?”

“Ya Allah.!! Wanginya sangat harum. Mungkin seperti ini wangi surga.”
A’udzubillah. Baunya sangat busuk. Apa dia baru keluar dari sepiteng?”
“Ya Allah!! Bajunya sangat indah, seolah dia memakai baju dari cahaya.”
A’udzubillah. Ini anak laki-laki atau perempuan? Dia memakai baju apa? Pakaiannya seperti gembel.”

Orang tua itu memandang kepala Bagus. Mata Bagus hitam. Kedua bibirnya hitam. Anehnya, hidungnya juga hitam. Dia melihat rambut Bagus yang acak-acakan. Saking terkejut, heran, dan bingung, orang tua itu mundur satu langkah seperti hendak melarikan diri.

Bagus akhirnya mengenal orang tua itu adalah Ustadz Hasan, imam masjid kampungnya.

Kemudian Bagus diajak oleh Ustadz Hasan bersama-sama ke masjid. Sampai di masjid, timbul-lah perang batin di dalam hati Bagus. ‘Pantas-kah orang sepertinya memasuki masjid’?. Pada akhirnya Bagus tidak jadi melangkahkah kakinya ke dalam masjid, malah melarikan diri dengan pikiran2 kacaunya.

Siang itu, berlanjutlah perang batin Bagus. Di dalam kamar, merenungkan perjalanan hidupnya sampai saat itu. Teringat dengan kehidupan yang dijalaninya selama ini, dan kejadian-kejadian masa lalu. Tiba-tiba pemuda itu gemetaran dan melonjak berdiri. Dia dikejutkan oleh bayangan kecelakaan mengerikan yang merenggut nyawa dua orang temannya, hingga tubuhnya menjadi berkeping-keping. Terlihat lagi gambaran Sarah, temannya, yang mati tiba-tiba karena kelebihan dosis. Dia mati begitu saja, seolah tanpa sebab apa-apa. Bayangkan, dia mati ketika sedang tidur. Lalu teringat pula dengan Bambang, teman yang paling akrab dengannya. Kini menghabiskan hari-harinya di rumah sakit jiwa, tanpa bisa mengingat apa pun lagi.

Dari situlah, pintu hidayah itu terbuka. Sambil terisak, Bagus berkata kepada dirinya sendiri dalam hatinya, “Apa lagi yang ku tunggu? Akankah aku mengalami nasib seperti mereka, atau lebih buruk lagi? Akankah aku terus melangkah di jalan ini hingga menemui nasib seperti yang menimpa mereka?”

Tak seperti biasa, malam ini Bagus merasa seperti orang asing di antara teman-teman satu geng-nya, yang diberinama ‘lowo’. Kawanan manusia-manusia yang menghabiskan malam dengan penuh hura-hura dan pesta pora. Sekonyong-konyong, Bagus berdiri dan berkata, “Aku mau pergi”. Setan-setan dalm rupa manusia di sekitarnya terkejut dan berusaha menahannya, “Ada apa, Gus? Kamu aneh malam ini. Baru jam dua nih. Ada apa sih?”.

Sampai di rumah, keinginan untuk berubah itu benar-benar dilakoninya. Dimulai dengan merubah penampilan. Kini, Bagus punky telah berubah menjadi Bagus santri, mengenakan baju koko. Bagus kemudian mendatangi Ustadz Hasan, untuk benar-benar merealisasikan kesadarannya tentang agamanya. Kembali ke dalam rengkuhan cinta Allah swt. Bagus kini telah insyaf.

Setelah melewati tahun komitmern pada Islam, setelah sekian lama bertobat, terkadang Bagus mendapati dirinya berada di puncak iltizam, puncak komitmen, dan keterikatan pada ajaran Islam, puncak kekhusyukan, kekhidmatan dan ketakutan kepada Allah, serta puncak kelembutan hari yang membuat air mata tobat mengucur deras dari matanya. Tapi, pada waktu yang lain, dia mendapati dirinya tiba-tiba bisa terdampar di lembah hasrat dan syahwat, terjerumus di jurang dosa dan maksiat. Pada kondisi ini, dia merasa kealpaan menutupi wajahnya dan membuatnya sulit melakukan ketaatan. Hatinya keras dan membatu.

Di situlah Bagus menyadari bahwa dia telah memakai baju yang indah, suci, dan rapi. Menghiasi penampilannya. Tapi limbah yang diminumnya pada masa lalunya yang gelap masih menggelapkan hatinya. Lumpur itu masih mengalir dari waktu ke waktu, mengotori hatinya, dan membuat pundaknya seolah memikul beban yang sangat berat.
Itulah jelaga, kerak, dan karat dari dosa-dosa yang terakumulasi selama bertahun-tahun yang belum sempat benar-benar dibersihkannya. Tilas-tilas dari kenangan masa lalu yang gelap, yang menjelma hidup kembali oleh satu kata yang melintas begitu saja ke telinganya di jalan atau satu pandangan yang melewati pandangannya di suatu tempat.

Pemuda kita pun menyadari bahwa dirinya harus benar-benar segera terbebas dari kotoran-kotoran yang bau itu, dari kerak-kerak dosa.

Ada buku untuk sekadar dicicipi.
Ada buku yang dapat ditelan dengan cepat.
Ada buku, tidak banyak jumlahnya, yang harus dikunyah terlebih dulu baru bisa dicerna.
Buku yang sekarang berada di tangan Anda ini termasuk jenis yang terakhir.

--------------------

Masih ingat-kah, ketika jiwa berada di puncak taubat, tubuh bergetar merasakan dahsyatnya pesona shalat. Saat tetesan air mata penghapus dosa menghujan di wajah. Dan di saat hati ini dipenuhi oleh bunga-bunga ketakwaan. Itulah sebaik-baik nikmat yang Allah berikan.

“Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki,.” (QS an-Nur; 35)

Semoga bermanfaat....
:D


Wallahu a’lam...





-----Perpus Pusat UII, 29 Nov'12-----
ba'da ashar

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger