Rabu, 05 Desember 2012

Love'in'_friendship3

Posted by Nis |



Bismillah.,
Segala puji milik Allah SWT semata...


Malam berlalu,
Tapi tak mampu kupejamkan mata dirundung rindu kepada mereka
Yang wajahnya mengingatkanku akan surga
Wahai fajar terbitlah segera,
Agar sempat kukatakan pada mereka
“aku mencintai kalian karena Allah”
-‘Umar ibn Al-Khaththab-

“Injak kepalaku ini hai Bilal.!,. Demi Allah, kumohon injaklah.!”
Abu Dzar al-Ghiffari meletakkan kepalanya di tanah berdebu. Dilumurkannya pasir ke wajahnya dan dia menunggu penuh harap terompah Bilal ibn Rabah segera mendarat di pelipisnya.

“Kumohon Bilal Saudaraku,” rintihnya, “Injaklah wajahku. Demi Allah aku berharap dengannya Allah akan mengampuniku dan menghapus sifat jahiliah dari jiwaku.” Abu Dzar ingin sekali menangis. Isi hatinya bergumul campur aduk. Dia menyesal. Dia sedih. Dia takut. Dia marah pada dirinya sendiri. Dia merasa begitu lemah berhadapan dengan hawa nafsunya. Maka dengan kepala bersaput debu yang disujudkan dan wajah belepotan pasir yang disuguhkan, dia mengerang lagi, “Kumohon, injaklah kepalaku!”
Sayang, Bilal terus menggeleng dengan mata berkaca-kaca.


Peristiwa itu memang bermula dari kesalahan Abu Dzar pada Bilal. Dia merasa Bilal tak mengerjakan sebuah amanah dengan utuh, bahkan seakan membuat alasan untuk membenarkan dirinya sendiri. Abu Dzar kecewa dan, sayang, dia tak dapat menahan diri. Dari lisannya terlontar kata-kata kasar. Abu Dzar sempat berteriak melengking, “Hai anak budak hitam!”.

Rasulullah yang mendengar hardikan Abu Dzar pada Bilal itu memerah wajahnya. Dengan bergegas bagai petir menyambar, beliau menghampiri dan menegur Abu Dzar, “Engkau!” sabdanya dengan telunjuk mengarah ke wajah Abu Dzar, “Sungguh dalam dirimu masih terdapat jahiliah!”

Maka Abu Dzar yang dikejutkan hakikat dan disergap rasa bersalah itu serta-merta bersujud dan memohon Bilal menginjak kepalanya. Berulang-ulang dia memohon. Tapi Bilal tetap tegak mematung. Dia marah, tapi juga haru. “Aku memaafkan Abu Dzar, Ya Rasulullah,” kata Bilal. “Dan biarlah urusan ini tersimpan di sisi Allah, menjadi kebaikan bagiku kelak.”

Hati Abu Dzar rasanya perih mendengar itu. Alangkah lebih ringan andai semua bisa ditebusnya di dunia. Alangkah tak nyaman menelusuri sisa umur dengan rasa bersalah yang tak terlupakan. Demikianlah Abu Dzar, shahabat Rasulullah yang mulia. Adapun kita, dengan segala kelemahan dan kealpaan dalam menjaga hubungan dengan sesama, mungkin tak hanya satu jari yang harus ditelunjukkan ke wajah kita. Lalu sebuah kesadaran menyentak, “Engkau! Dalam dirimu masih terdapat jahiliah!”  ___Dalam Dekapan Ukhuwah,. Salim A. Fillah.

---------

Renungan bersama,..
Terkadang, terhadap orang yang kita cintai, dengan begitu lembut, dengan begitu halus, perkataan atupun perbuatan kita lakukan. Namun tanpa kita sadari, yang lembut dan halus itu menjadi sembilu yang mengiris perih hati saudara kita. Tanpa kita sadari,. Tanpa kita maksudkan,. Kita telah menorehkan luka menganga di dalam dadanya.

Seringnya sebuah sayatan terbungkus dalam canda dan senyuman. Dalam canda, kita memojokkannya. Dalam canda, tanpa sadar, kita mencemoohnya. Dalam canda, tanpa sadar, kita membuka rahasianya yang sudah dipercayakannya. Dalam canda, tanpa sadar, kita menghinanya. Dalam canda, tanpa sadar, kita memfitnahnya. Dalam canda, terbalut tawa, kita menancapkan paku ke dinding hatinya. Yang apabila dinding itu terbuat dari air, maka akan hilang begitu saja. Namun apabila dinding itu terbuat dari tembok, niscaya bekasnya tak kan hilang selamanya. Dan jika kesadaran itu tak kunjung tiba, penuhlah hati teman kita dengan bekas-bekas paku yang kita tancapkan, ‘tanpa kita menyadarinya’.

Ketika kita mengucapkannya –yang bermaksud candaan kepadanya di depan orang2 ramai, dia hanya akan ikut tersenyum, ikut tertawa. Sementara hatinya bersuara, menyayat, “sahabatku, ku mohon hentikan..! Tidak sadarkah kau tengah menyakiti hatiku.?! Tidak sadarkah kau tengah melukai perasaanku.?!”

Pernahkah coba kita renungkan sejenak, “Tadi itu dia tersinggung gak ya, dengan kata-kataku.. Tadi itu dia suka gak ya, aku bicara mengenainya seperti itu.. Tadi itu bercandaanku kelewatan gak ya..”


Sabda Rasulullah SAW;
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian mengucapkan sepatah kata yang diridhai Allah, yang tidak dia sangka akan mencapai apa yang dicapainya, lalu Allah menuliskan keridhaan-Nya baginya dikarenakan kata itu hingga hari bertemu dengan-Nya. Dan, sesungguhnya salah seorang dari kalian mengucapkan sepatah kata yang dimurkai Allah, yang tidak dia sangka akan mencapai apa yang dicapainya, lalu Allah menuliskan kemurkaan-Nya baginya dikarenakan kata itu hingga hari bertemu dengan-Nya.”
(HR. at-Thirmidzi)

Wallahu a’alam...








-----Perpus Pusat UII, 05 Des'12-----
'ashar

4 komentar:

Syourin Aez mengatakan...

Maaf-kan saya ya Mbak Nis... :)

Nis mengatakan...

wani piro..????

nangis sikik..!
:D

setiap manusia tidak ada yg luput dari hilaf dan dosa., mbak juga minta maap Vi'...

Unknown mengatakan...

hikkksss....

#sesi maap2an..
mj juga mnta maap ya mbak2...maafin kata2ku yg sering melukai hati kawan2..

Nis mengatakan...

yak., emje si cubitan maut.,
mbak minta maap juga ya.,,

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger