Bismillah...
Segala puji teruntuk Allah
SWT, penguasa seluruh alam...
Suatu
pagi, tepatnya adalah hari Rabu, 21
November 2012. Di my sweet room,
“Rin, pinjem buku rin,.”, mumpung
Riniwati belum berangkat ke Solo.
Rini, “Buku apa mbak.?”.
Saya,
“Apa aja deh,.”.
Rini,
“O, ada mbak. Judulnya ‘Misteri Malam
Pertama’”
Saya,
“Hwahh.??! Gak mau ah,! Jangan yang
itu... yang lain na...?”
Rini,
“Ih, itu bagus mbak...”
Saya,
“Jangan yang materi2 berat kaya’
gitu... Yang cerita2 kek...”
Rini,
“Iii, itu isinya bukan kaya’ gitu mbak... Isinya tu hikmah-hikmah...” #Riniwati mencoba meyakinkan.
Saya,
“Aah,,, gak mau ah.. yang laen aja...” #ngeyel
Rini,
“Iii,h, itu aja... sini tak tunjukin... dilihat dulu..!!!” #ngotot
Saya,
“Mana..??”
#Turun
ke lantai bawah, ke kamar Riniwati.
Rini,
“Nih..! Tuh.. lihat...!” Riniwati menyodorkan sebuah buku, memperlihatkan
judul2 babnya.
Saya,
“O... iya...”. #Pas bukunya dibuka di halaman yang berjudul ‘Pelajaran Menarik’
Jadi-lah,,.
Ambil bukunya, masukin tas, pamitan,
selanjutnya... go to magang...
Judul
Buku : Misteri Malam Pertama
Pengarang : Abdul Muthalib Hamid Utsman
Penerbit : Garailmu
Setelah
ditelusuri dengan seksama, ternyata memang buku tersebut berisi kisah-kisah
atau peristiwa2 yang pernah terjadi bertepatan dengan malam pertama. Bukan
tentang hal2 yang gimana2 gitu...!
Lebih tentang cerita-cerita dan kisah dari beberapa daerah di penjuru dunia,
yang benar-benar terjadi menurut pengalaman sang penulis. Tak lupa, sedikit
ulasan mengenai materi pernikahan. Beberapa judul uraian atau bisa dibilang
babnya, diantaranya adalah: Hikmah Pernikahan; Al-Qur’an al-karim Mensyariatkan
Nikah; Adab Seorang Istri; Menikah dengan Modal Dua Dirham; Pemuda yang Mencari
Perempuan Tercantik; Sebuah Kisah Menarik; Istri Menyediakan Istri Bagi
Suaminya; dan masih banyak lagi. Totalnya ada 95 judul uraian dalam buku
tersebut.
Nah,
saya akan membagikan salah satu kisah dalam buku tersebut, yang sekiranya dapat
kita ambil hikmah dan pelajaran darinya. Dengan judul dan uraiannya seperti di
bawah ini....
Silakan
disimak... :D
------------------------
Laki-Laki itu Menjaga Dirinya dari
Sebiji Terong, Maka Allah Mengaruniakan Seorang Istri
Syeikh
Ali Ath Thanthawi dalam Mudzakkirah-nya
berkata, “Aku akan menceritaka kepada kalian dua kisah menarik tentang
perampokan. Insya Allah enak untuk dinikmati.”
Di
Damaskus ada sebuah masjid besar bernama Masjid Jami’ at-taubah. Masjid ini
penuh dengan berkah, yang di dalamnya ada persaudaraan dan keindahan. Dinamakan
Jami’ at-Taubah, karena dahulunya tempat itu adalah sebuah rumah yang sering
dipakai untuk berbuat kemaksiatan. Pada abad ke tujuh Hijriah, seorang raja
membeli rumah tersebut kemudian menghancurkan bangunan itu dan membangun
kembali menjadi sebuah masjid.
Tujuh
puluh tahun yang lalu, di Damaskus itu ada seorang syekh murabbi, alim, dan amil, bernama Syekh Salim as-Sayuthi. Semua
penduduk wilayah itu sangat menghormati dan mempercayai syekh ini. Penduduk
setempat menjadikan syek ini sebagai rujukan dalam urusan agama dan dunia,
serta menjadikannya teladan dalam kafakiran, keagungan, dan kemuliaan diri.
Syekh ini, dahulu tinggal di salah satu ruangan di dalam masjid.
Pada
suatu ketika, ada lelaki belum memakan apa pun selama dua hari, karena dia
tidak memiliki makanan untuk dimakan atau uang untuk membeli makanan. Pada hari
ketiga, dia merasa dirinya hampir mati karena kelaparan. Dia pun mulai berpikir
mengenai apa yang harus dikerjakannya. Dia pun mulai berpikir mengenai apa yang
harus dikerjakannya. Dia melihat dirinya telah berada dalam tingkatan mudharat,
sehingga dirinya diperbolehkan memakan bangkai atau mencuri sebagai solusi bagi
rasa laparnya.
Kisah ini adalah kisah nyata. Aku mengenal sendiri
orang-orang yang ada dalam cerita ini dan mengetahui peristiwanya dengan
detail. Aku akan menceritakan perbuatan laki-laki ini, tetapi aku tidak
menghukumi perbuatannya, apakah itu baik atau buruk, apakah boleh atau
dilarang.
Masjid
itu berada di sebuah wilayah kuno. Rumah-rumah di sana letaknya saling
berdekatan dan atapnya saling menyambung antara satu dengan yang lainnya.
Seseorang bisa menjelajahi seluruh wilayah itu dari permulaan dengan berjalan
di atas atap. Lelaki itu lalu naik ke atap masjid dan pindah ke rumah
berikutnya. Sekilas, dia melihat ada beberapa orang permpuan, maka dia menundukkan
pandangan dan menjauh. Kemudian, dia melihat di samping rumah yang dia hinggapi
itu ada sebuah rumah kosong dan dia mencium ada bau masakan dari dalam rumah
itu. Mencium bau masakan tersebut, rasa laparnya langsung menyerang
menjadi-jadi.
Rumah
itu hanya bertingkat satu. Lelaki itu lalu meloncat dengan dua lompatan
sehingga sampai di ruangan tengah. Ketika berada di rumah itu, dia lalu
bergegas menuju dapur. Dia membuka tutup panci dan mendapati beberapa terong
rebus di dalamnya. Dia langsung mengambil sebiji terong itu. Karena sangat
kelaparan, dia tidak mempedulikan lagi terong yang suhunya panas itu. Namun,
baru saja dia memakan satu gigitan dan belum sempat menelannya, akal dan
agamanya menyadarkannya. Dia kemudian mengucap kepada dirinya sendiri, “Aku
berlindung kepada Allah Swt. Aku adalah seorang penuntut ilmu yang tinggal di
masjid, tetapi aku mendobrak rumah dan mencuri barang di dalamnya?”
Dia
menganggap perbuatannya itu kesalahan besar. Dia menyesal, meminta ampun, dan
mengembalikan terong itu. Dia kembali ke tempat semula dan turun di masjid,
kemudian duduk di dalam halaqah
Syekh. Tatkala pelajaran sudah selesai dan orang-orang telah kembali ke rumah
masing-masing –aku tegaskan lagi, bahwa ini adalah kisah nyata—datanglah
seorang perempuan yang memakai cadar. Pada waktu itu memang tidak ada perempuan
yang tidak bercadar. Perempuan itu kemudian berbicara kepada Syekh tentang
suatu persoalan, yang sebenarnya telah didengar oleh laki-laki tadi pada saat
memanjat atap. Syekh itu memandang ke sekeliling dan tidak melihat selain
lelaki itu. Syekh kemudian memanggil lelaki tersebut dan berkata, “Apakah
engkau ingin menikah?” Lelaki itu diam. Syekh itu kembali mengulang
perkataannya, “Apakah engkau ingin menikah?” Lelaki itu berkata, “Wahai tuanku,
untuk membeli roti kering saja aku ini tidak memiliki sepeser pun uang, maka
dengan apa aku akan menikah?”
Syekh
itu berkata, “Sesungguhnya perempuan itu memberitahukanku bahwa suaminya telah
meninggal dan dia adalah perempuan asing di negeri ini. Dia tidak memiliki
seorang keluarga pun kecuali pamannya yang sudah tua dan fakir. Perempuan itu
datang bersamanya.” Beliau menunjuk seorang tua yang duduk bersandar di sebuah
tiang halaqah. “Perempuan itu
mewarisi rumah dan mata pencaharian suaminya. Dia menginginkan ada seorang
laki-laki menikahinya berdasarkan hukum Allah dan sunnah Rasulullah Saw.,
sehingga dia tidak tinggal sendirian. Laki-laki yang diinginkannya itu
diharapkan bisa melindunginya dari berbagai bentuk kejahatan dan terhindar dari
anak-anak haram. Maka, apakah engkau mau menikah dengannya?” Lelaki itu
menjawab, “Ya.” Syekh itu kemudian bertanya kepada perempuan itu, “Apakah
engkau menerimanya sebagai suami?” Perempuan itu berkata, “Ya.”
Syekh
itu kemudian memanggil paman perempuan tersebut dan dua orang lain sebagai
saksi. Dia kemudian melangsungkan akad nikah dan membayarkan mahar muridnya.
Syekh itu berkata kepada muridnya tersebut, “Peganglah tangan istrimu.” Lelaki
itu kemudian memegang tangan istrinya. Perempuan itu pun memegang tangan
suaminya dan menuntunnya menuju rumahnya. Tatkala perempuan itu memasuki
rumahnya, dia membuka wajahnya. Lelaki itu sungguh terpesona melihat wajah
istrinya yang masih muda dan cantik, serta melihat besar dan indahnya rumah
yang dimasukinya.
Perempuan
itu kemudian bertanya kepada suaminya, “Apakah engkau ingin makan?” Suaminya
menjawab, “Ya”. Perempuan itu lalu ke dapur dan membuka tutup pancinya. Ketika
melihat biji terong di dalam panci tersebut, perempuan itu berkata, “Aneh!
Siapakah yang memasuki rumah dan menggigitnya?” Suaminya itu kemudian menangis
dan menceritakan kisahnya tesebut. Perempuan itu lalu berkata, “Ini adalah buah
amanah. Engkau telah menjaga dirimu dari sebiji terong yang haram. Maka, Allah
Swt., memberimu seluruh rumah ini dan pemiliknya dengan halal.
------------------------------------------
MasyaAllah.....
Salah
satu pelajaran yang bisa kita ambil yaitu;
-
-> Ketika Allah SWT memberikan suatu ujian
kepada hamba-Nya, sebenarnya itu adalah cara-Nya untuk menambahkan nikmat
kepada hamba tersebut. Jika kita bisa bersabar dan lulus dari ujian itu, Allah
telah menyiapkah hadiah yang luar biasa, yang bahkan tidak kita sangka-sangka.
So.?!
Antum-antum
yang merasa sedang menjalani masanya ujian kehidupan,. Mari bersama-sama kita
tunggu,. hadiah apa yang sudah Allah SWT persiapkan ya,,??
Tapi
untuk itu, tentu butuh kesabaran yang tidak sedikit. Seperti kata-kata bijak,
‘sebesar apa pengorbananmu, sebesar itu pula nanti yang akan didapat’.
"Bersabarlah dengan sabar yang baik." (QS. al-Muzzamil: 05)
Sesungguhnya
Allah SWT Maha Menepati janji..,
Wallahu a'lam..
-----al-Mahfudz, 28 Nov'12-----
ba'da ashar
0 komentar:
Posting Komentar