Bismillah..,
Puji syukur atas
nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Masa-masa
akhir liburan telah usai. Hari ini adalah hari pertama menapaki kampus untuk
mendapatkan sebongkah ilmu yang diharapkan bisa bermanfaat. Agenda-agenda
liburan kemarin telah berlalu, dan terakhir adalah malam tadi kita (TMUA)
bersilaturahim ke rumah Mas Me’t (Rahmat Hidayat) dalam rangka memenuhi
undangan acara Pamitah Haji, terkait Ibunda beliau yang insyaAllah akan
berangkat ke tanah suci pada tahun ini.
Acara
diselenggarakan di Masjid dekat rumah mas Me’t, dimulai ba’da isya’, sekitar
jam 20.30. Acara berlangsung hikmat, dengan acara intinya adalah materi
pengajian yang disampaikan oleh Bpk Ikhsan siapaa gitu.. (lupa namanya). Materi yang disampaikan adalah terkait
dengan ibadah haji.
Nah, dari materi kajian ini akan saya bagikan
ilmu yang saya dapatkan yang masih tersisa di memori otak.
---------------
Tiga panggilan Allah SWT
Allah
SWT memanggil kita, berseru kepada kita untuk mendatanginya hanya dalam 3
urusan.
1) Panggilan
untuk Shalat (_Azan)
Amir
bin Abdullah bin Zubair terbaring lemah di pembaringannya. Desah nafasnya hanya
menunggu waktu ajal menjemput saja. Keluarganya berkumpul di sekitarnya sambil
menangis menatap kondisinya yang kritis. Amir begitu lemah dan tubuhnya sudah
tidak bisa digerakkan. Ketika itu terdengarlah suara azan maghrib berkumandang,
dia berkata kepada orang-orang di sekitarnya : "Tuntunlah aku!"
Mereka bertanya: “Ke mana?”. Amir
berkata: “Ke masjid”. Mereka berkata: “Dalam
kondisimu seperti ini?”. Amir pun
menjawab: “Mahasuci Allah, aku mendengar panggilan untuk menunaikan shalat dan
aku tidak memenuhinya? Bimbinglah tanganku dan boponglah aku”. Maka ia pun
dibopong kemasjid dan ikut shalat berjamaah satu rakaat bersama imam, kemudian
menghembuskan nafas terakhir dalam sujudnya. (Mauqif fii Az-Zuhd wa Ar-Roqoiq, Abdul Rahman Bakr, Hal 10)
Ketika azan
berkumandang, pada hakekatnya Allah SWT tengah memanggil umat muslim untuk
datang, menghadap kepada-Nya. Shalat adalah sarana berkomunikasi antara Allah
SWT dan hamba-Nya.
Diriwayatkan
dari Amiril Mukminin Ali Bin Abi Thalib, Aku telah mendengar Rosulullah
SAW bersabda : “ Allah telah membagi
surah Alfatihah (yang dibaca ketika shalat) di antara-Ku dan hamba-KU sebagian
surah itu untuk-Ku dan sebagian yang lain untuk hamba-KU. Dan bagi hamba-Ku (
Aku mengabulkan) segala yang dia minta :
Bila Hamba-KU membaca : “ Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang “
Allah menjawab : “ Hamba-Ku memulai
menyebut dengan nama-Ku dan wajib atasku untuk menyempurnakan urusan-urusannya
dan Aku memberkahi keadannya. “
Bila hamba-KU membaca : “Segala puji
bagi Allah, Tuhan semesta alam..”
Allah menjawab : “ Hambaku memujiKU
dan ia sudah mengetahui bahwa nikmat-nikmat yang berada pada dirinya berasal
dari sisi-Ku dan semua petaka yang aku hindarkan dari padanya itu juga berasal
dari-Ku. Maka atas limpahan rahmat-KU. Aku bersaksi pada kalian akan melipat
gandakan padanya nikmat-nikmat dunia dan nikmat-nikmat akhirat serta
menghindarkan dirinya dari petaka akhirat sebagaimana aku menghindarkan darinya
petaka dunia.”
Bila hamba-KU membaca : “Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang”
Allah
menjawab : “Hamba-Ku bersaksi kepada-Ku bahwa AKU zat yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang dan Aku bersaksi pada kalian;AKU akan menyempurnakan nimat-KU
menjadi miliknya, dan AKU akan menganugrahkan pemberian-KU sebagai
kesempurnaannya.”
Bila
Hamba-KU membaca : “ Yang menguasai hari pembalasan “
Allah menjawab : “ Aku bersaksi pada
kalian sebagaimana ia mengakui bahwa AKU sebagai Penguasa hari kemudian, maka
AKU memudahkan kelak diHari kiamat hisabnya dan AKU mengabulkan seluruh
kebajikannya dan AKUmemaafkan seluruh perbuatan salahnya “
Bila
Hamba-KU membaca : “ Hanya Engkalah yang kami sembah”
Allah menjawab : “ Benar Hamba-KU,
hanya kepada-KU ia menyembah, Aku bersaksi pada kalian, sungguh aku akan
memberi pahala atas ibadahnya dengan suatu pahala yang dapat menutupi seluruh
amal perbuatan salahnya dalam beribadah pada-KU. “
Bila hamba-KU membaca : “ Dan hanya
kepada Engkaulah kami mohon pertolongan “
Allah menjawab : “ Benar hamba-Ku,
hanya kepada-Ku ia meminta pertolongan dan kepada-Ku ia berlindung. Aku
bersaksi pada kalian sungguh AKU akan menolongnya didalam urusannya dan
memudahkan dalam kesulitannya dan Aku akan menolongnya ketika ia berada dihari
yang mencekam “
Bila hamba-KU membaca : “ Tunjukilah
kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugrahkan
nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula (jalan)
mereka yang sesat. “
Allah menjawab : “ Semua permohonan
hamba-Ku (akan kupenuhi). Dan baginya segala yang dia minta dan AKU pasti
mengabulkan seluruh cita-citanya dan AKU lindungi dia dari segala yang dia
takuti”
(Dikutip dari
tafsir As-sofi, Jilid I hal 75, Al-Bihar juz 89 hal.226)
2) Panggilan untuk ber-Haji - Umrah
Ketika
Nabi Ibrahim As., diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyeru kepada manusia
agar melaksanakan haji, dirasakan sangat sulit ketika itu. Dimana kota Mekkah
waktu itu masih berupa padang pasir yang tandus, berhawa suaangattt panass, tidak
ada air ataupun bahan-bahan makanan. Sehingga orang-orang merasa berat untuk
menempuh perjalanan ke sana. Beda halnya jika dipanggil ke Tawangmangu,
Kaliurang, atau Kopeng yang merupakan daerah berhawa sejuk, tidak kekurangan
air, bahan makanan melimpah (_ada buah, sayuran, dan lainnya). Orang-orang akan
merasa santai saja menjalani perjalanan.
“Dan
berserulah kepada manusia untuk menunaikan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus (menggambarkan
jauh dan sukarnya yang ditempuh jemaah haji) yang datang dari segenap
penjuru yang jauh’ (QS al-Hajj 27)
Itulah
makna ‘menenuhi panggilan Nabi Ibrahim’, yang pada hakikatnya memenuhi
panggilan Allah. Hal itu tampak dalam niat haji/umrah; Labbaikallahumma hajjan (Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk
berhaji). Labbaikallahumma ‘umratan
(Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berumrah). Labbaikallahumma hajjan wa umratan (Aku penuhi panggilan-Mu ya
Allah untuk berhaji dan berumrah).
3) Panggilan
Maut
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu
dikembalikan. (QS. Al-Ankabuut; 059)
Ketika panggilan
yang satu ini datang, maka tidak akan ada yang bisa menghalangi, dan harus
dipenuhi. Tidak bisa lagi melarikan diri, apalagi bersembunyi, maut akan
menjemput. Untuk menjawabnya adalah dengan amal2 shaleh ketika di dunia.
Sempurnanya Ibadah Manusia
Kesempurnaan
ibadah manusia di muka bumi ini ada pada 3 hal juga;
1) Nikah
Ehhemmm... dengan
menikah, berarti telah melaksanakan separuh ‘dien.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ
كَمَّلَ نَصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي
“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh
agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.”
(HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam As
Silsilah Ash Shahihah no. 625)
Mengapa
dikatakan menikah adalah separuh agama.? Karena di dalam pernikahan itu
mengandung sebagian besar dari ajaran Islam. Seperti;
-
Persaudaraan. Dengan menikah, maka akan
menyatukan 2 keluarga yang berbeda sehingga menjadi ikatan persaudaraan
-
Kasih sayang. Jelas, di dalam pernikahan itu ada
kasih sayang, antara suami-istri, dengan anak-anak, saudara, dll.
-
Sabar. Dalam kehidupan rumah tangga,
pastilah harus ada sifat sabar dari masing-masing pasangan. Dikarenakan sifat
manusia yang pasti bisa membuat satu kekhilafan. Juga dalam menghadapi
kekuarangan masing-masing, haruslah dengan sifat sabar.
-
Infak/Sadaqah. Sebaik-baik sadaqah adalah harta/nafkah
yang diberikan untuk keluarga.
-
De-el-el..
2) Haji
Dengan
berhaji berarti telah sempurna-lah
rukun islam kita. Setelah Syahadad, Shalat, Puasa, dan Zakat kita kerjakan,
sebagai penyempurnanya adalah ber-Haji ke tanah suci.
Ibadah
Haji diwajibkan dengan firman Allah SWT (yang artinya): “Mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup (mampu)
mengedakan perjalanan ke Baitullah“ (QS.Ali ‘Imraan 97). Yang dimaksud dengan kemampuan ialah bila
seseorang memiliki apa yang diperlukannya dalam perjalanan untuk menunaikan
haji, berangkat dan kembali, berupa kesehatan tubuh, bekal, kendaraan dan yang
semacam itu disamping nafkah untuk isteri dan anak-anaknya dan siapa yang
ditanggungnya sampai dia kembali ke tanah airnya.
3) Akhlak
Akhlak yang mulia merupakan bagian dari takwa.
Tidak sempurna takwa seseorang kecuali dengannya. Allah 'Azza wa Jalla
berfirman, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."
(QS. Ali Imran: 133-134)
Disebutkan dalam ayat di atas, bahwa menahan
amarah, memberikan maaf, dan perbuatan kebajikan itu adalah bagian dari
ketakwaan kepada Allah SWT. Yangmana sifat-sifat tersebut adalah bagian dari
akhlak.
Sebagai contoh;
-
Seorang ikhwan, shalat hanya dengan mengenakan
celana pendek, tidak mengenakan baju. Apakah shalatnya sah.? Ya. Tapi akhlaknya
buruk. Bagaimanalah kita menghadap
Allah seperti itu.??
-
Seseorang menjamu tamu dengan sebaik-baik hidangan.
Tapi..., mukanya masam. Hemmm... akhlaknya kurang.
-
De-es-be.
--------------
Demikian tadi yang dapat saya
sampaikan, wa akhiru da’wana, alhamdulillahirobbil ‘alamiin.
Wallahu a’lam.
-----Perpus Pusat UII, 17 Sept 2012-----
12;01
0 komentar:
Posting Komentar