Senin, 17 September 2012

Tentang 'HAJI'_kajian

Posted by Nis |



Bismillah..,
Puji syukur atas nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

Masa-masa akhir liburan telah usai. Hari ini adalah hari pertama menapaki kampus untuk mendapatkan sebongkah ilmu yang diharapkan bisa bermanfaat. Agenda-agenda liburan kemarin telah berlalu, dan terakhir adalah malam tadi kita (TMUA) bersilaturahim ke rumah Mas Me’t (Rahmat Hidayat) dalam rangka memenuhi undangan acara Pamitah Haji, terkait Ibunda beliau yang insyaAllah akan berangkat ke tanah suci pada tahun ini.

Acara diselenggarakan di Masjid dekat rumah mas Me’t, dimulai ba’da isya’, sekitar jam 20.30. Acara berlangsung hikmat, dengan acara intinya adalah materi pengajian yang disampaikan oleh Bpk Ikhsan siapaa gitu.. (lupa namanya). Materi yang disampaikan adalah terkait dengan ibadah haji.

Nah, dari materi kajian ini akan saya bagikan ilmu yang saya dapatkan yang masih tersisa di memori otak.
---------------
Tiga panggilan Allah SWT
Allah SWT memanggil kita, berseru kepada kita untuk mendatanginya hanya dalam 3 urusan.

1)     Panggilan untuk Shalat (_Azan)
Amir bin Abdullah bin Zubair terbaring lemah di pembaringannya. Desah nafasnya hanya menunggu waktu ajal menjemput saja. Keluarganya berkumpul di sekitarnya sambil menangis menatap kondisinya yang kritis. Amir begitu lemah dan tubuhnya sudah tidak bisa digerakkan. Ketika itu terdengarlah suara azan maghrib berkumandang, dia berkata kepada orang-orang di sekitarnya : "Tuntunlah aku!" Mereka bertanya: “Ke mana?”.  Amir berkata: “Ke masjid”.  Mereka berkata: “Dalam kondisimu seperti ini?”.  Amir pun menjawab: “Mahasuci Allah, aku mendengar panggilan untuk menunaikan shalat dan aku tidak memenuhinya? Bimbinglah tanganku dan boponglah aku”. Maka ia pun dibopong kemasjid dan ikut shalat berjamaah satu rakaat bersama imam, kemudian menghembuskan nafas terakhir dalam sujudnya. (Mauqif fii Az-Zuhd wa Ar-Roqoiq, Abdul Rahman Bakr, Hal 10)

Ketika azan berkumandang, pada hakekatnya Allah SWT tengah memanggil umat muslim untuk datang, menghadap kepada-Nya. Shalat adalah sarana berkomunikasi antara Allah SWT dan hamba-Nya.

Diriwayatkan dari Amiril Mukminin Ali Bin Abi Thalib, Aku telah mendengar Rosulullah SAW bersabda : “ Allah telah membagi surah Alfatihah (yang dibaca ketika shalat) di antara-Ku dan hamba-KU sebagian surah itu untuk-Ku dan sebagian yang lain untuk hamba-KU. Dan bagi hamba-Ku ( Aku mengabulkan) segala yang dia minta :

Bila Hamba-KU membaca : “ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang “
Allah menjawab : “ Hamba-Ku memulai menyebut dengan nama-Ku dan wajib atasku untuk menyempurnakan urusan-urusannya dan Aku memberkahi keadannya. “

Bila hamba-KU membaca : “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam..”
Allah menjawab : “ Hambaku memujiKU dan ia sudah mengetahui bahwa nikmat-nikmat yang berada pada dirinya berasal dari sisi-Ku dan semua petaka yang aku hindarkan dari padanya itu juga berasal dari-Ku. Maka atas limpahan rahmat-KU. Aku bersaksi pada kalian akan melipat gandakan padanya nikmat-nikmat dunia dan nikmat-nikmat akhirat serta menghindarkan dirinya dari petaka akhirat sebagaimana aku menghindarkan darinya petaka dunia.”

Bila hamba-KU membaca : “Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
Allah menjawab : “Hamba-Ku bersaksi kepada-Ku bahwa AKU zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan Aku bersaksi pada kalian;AKU akan menyempurnakan nimat-KU menjadi miliknya, dan AKU akan menganugrahkan pemberian-KU sebagai kesempurnaannya.”

Bila Hamba-KU membaca : “ Yang menguasai hari pembalasan “
Allah menjawab : “ Aku bersaksi pada kalian sebagaimana ia mengakui bahwa AKU sebagai Penguasa hari kemudian, maka AKU memudahkan kelak diHari kiamat hisabnya dan AKU mengabulkan seluruh kebajikannya dan AKUmemaafkan seluruh perbuatan salahnya “

Bila Hamba-KU membaca : “ Hanya Engkalah yang kami sembah”
Allah menjawab : “ Benar Hamba-KU, hanya kepada-KU ia menyembah, Aku bersaksi pada kalian, sungguh aku akan memberi pahala atas ibadahnya dengan suatu pahala yang dapat menutupi seluruh amal perbuatan salahnya dalam beribadah pada-KU. “

Bila hamba-KU membaca : “ Dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan “
Allah menjawab : “ Benar hamba-Ku, hanya kepada-Ku ia meminta pertolongan dan kepada-Ku ia berlindung. Aku bersaksi pada kalian sungguh AKU akan menolongnya didalam urusannya dan memudahkan dalam kesulitannya dan Aku akan menolongnya ketika ia berada dihari yang mencekam “

Bila hamba-KU membaca : “ Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugrahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula (jalan) mereka yang sesat. “
Allah menjawab : “ Semua permohonan hamba-Ku (akan kupenuhi). Dan baginya segala yang dia minta dan AKU pasti mengabulkan seluruh cita-citanya dan AKU lindungi dia dari segala yang dia takuti”
(Dikutip dari tafsir As-sofi, Jilid I hal 75, Al-Bihar juz 89 hal.226)

2)      Panggilan untuk ber-Haji - Umrah
Ketika Nabi Ibrahim As., diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyeru kepada manusia agar melaksanakan haji, dirasakan sangat sulit ketika itu. Dimana kota Mekkah waktu itu masih berupa padang pasir yang tandus, berhawa suaangattt panass, tidak ada air ataupun bahan-bahan makanan. Sehingga orang-orang merasa berat untuk menempuh perjalanan ke sana. Beda halnya jika dipanggil ke Tawangmangu, Kaliurang, atau Kopeng yang merupakan daerah berhawa sejuk, tidak kekurangan air, bahan makanan melimpah (_ada buah, sayuran, dan lainnya). Orang-orang akan merasa santai saja menjalani perjalanan.

“Dan berserulah kepada manusia untuk menunaikan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus (menggambarkan jauh dan sukarnya yang ditempuh  jemaah haji) yang datang dari segenap penjuru yang jauh’ (QS al-Hajj 27)

Itulah makna ‘menenuhi panggilan Nabi Ibrahim’, yang pada hakikatnya memenuhi panggilan Allah. Hal itu tampak dalam niat haji/umrah; Labbaikallahumma hajjan (Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji). Labbaikallahumma ‘umratan (Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berumrah). Labbaikallahumma hajjan wa umratan (Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji dan berumrah).

3)     Panggilan Maut
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. Al-Ankabuut; 059)

Ketika panggilan yang satu ini datang, maka tidak akan ada yang bisa menghalangi, dan harus dipenuhi. Tidak bisa lagi melarikan diri, apalagi bersembunyi, maut akan menjemput. Untuk menjawabnya adalah dengan amal2 shaleh ketika di dunia.


Sempurnanya Ibadah Manusia
Kesempurnaan ibadah manusia di muka bumi ini ada pada 3 hal juga;

1)     Nikah
Ehhemmm... dengan menikah, berarti telah melaksanakan separuh ‘dien.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,  ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نَصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي
Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)

Mengapa dikatakan menikah adalah separuh agama.? Karena di dalam pernikahan itu mengandung sebagian besar dari ajaran Islam. Seperti;
-         Persaudaraan. Dengan menikah, maka akan menyatukan 2 keluarga yang berbeda sehingga menjadi ikatan persaudaraan

-         Kasih sayang. Jelas, di dalam pernikahan itu ada kasih sayang, antara suami-istri, dengan anak-anak, saudara, dll.

-         Sabar. Dalam kehidupan rumah tangga, pastilah harus ada sifat sabar dari masing-masing pasangan. Dikarenakan sifat manusia yang pasti bisa membuat satu kekhilafan. Juga dalam menghadapi kekuarangan masing-masing, haruslah dengan sifat sabar.

-         Infak/Sadaqah. Sebaik-baik sadaqah adalah harta/nafkah yang diberikan untuk keluarga.

-         De-el-el..

2)     Haji
Dengan berhaji berarti telah sempurna-lah rukun islam kita. Setelah Syahadad, Shalat, Puasa, dan Zakat kita kerjakan, sebagai penyempurnanya adalah ber-Haji ke tanah suci.

Ibadah Haji diwajibkan dengan firman Allah SWT (yang artinya): “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup (mampu) mengedakan perjalanan ke Baitullah“ (QS.Ali ‘Imraan 97). Yang dimaksud dengan kemampuan ialah bila seseorang memiliki apa yang diperlukannya dalam perjalanan untuk menunaikan haji, berangkat dan kembali, berupa kesehatan tubuh, bekal, kendaraan dan yang semacam itu disamping nafkah untuk isteri dan anak-anaknya dan siapa yang ditanggungnya sampai dia kembali ke tanah airnya.

3)     Akhlak
Akhlak yang mulia merupakan bagian dari takwa. Tidak sempurna takwa seseorang kecuali dengannya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran: 133-134)

Disebutkan dalam ayat di atas, bahwa menahan amarah, memberikan maaf, dan perbuatan kebajikan itu adalah bagian dari ketakwaan kepada Allah SWT. Yangmana sifat-sifat tersebut adalah bagian dari akhlak.

Sebagai contoh;
-         Seorang ikhwan, shalat hanya dengan mengenakan celana pendek, tidak mengenakan baju. Apakah shalatnya sah.? Ya. Tapi akhlaknya buruk. Bagaimanalah kita menghadap Allah seperti itu.??

-         Seseorang menjamu tamu dengan sebaik-baik hidangan. Tapi..., mukanya masam. Hemmm... akhlaknya kurang.

-         De-es-be.
--------------
Demikian tadi yang dapat saya sampaikan, wa akhiru da’wana, alhamdulillahirobbil ‘alamiin.

Wallahu a’lam.





-----Perpus Pusat UII, 17 Sept 2012-----
12;01 




0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger