Kamis, 06 September 2012

Hikmah_di'Kalung Anisa(ceritaAnak)

Posted by Nis |


Bismillah...
Segala puji untuk Allah SWT, atas segala nikmat-Nya..

Nyamannya suasana di rumah, dan hangat berbincang dengan Ibu tercinta yang selalu menjadi kerinduan di tengah kesibukan kuliah dan berorganisasi di Kota Jogja, hari ini(5 Sept '12) alhamdulillah terobati. Sekedar ingin mencari inspirasi, buku2 lama yang ada di lemari menjadi target kali ini. Ketemu lah sebuah majalah ‘Yatim’ (Majalah Donatur Yatim Mandiri, Edisi Maret 2010). Di halaman terakhir majalah tersebut, kategori cerita (cerita anak), cukup menarik untuk dibaca dan diambil hikmahnya. Sebuah cerita yang berjudul ‘Kalung Anisa’. Seperti apakah ceritanya.?? Mari kita simak...

-------------------

KALUNG ANISA


Di sore hari yang cerah, Anisa, anak manis berumur 5 tahun, bersama ibunya berbelanja di supermarket. Ketika sedang asyik menemani sang ibu, Anisa melihat kalung mutiara putih berkilauan. Kalung itu tergantung dalam sebuah kotak berwarna pink yang sangat atraktif.

Kalung itu nampak begitu indah sekali, sehingga Anisa pun sangat ingin memiliki kalung itu. Tapi, dia tahu, pasti ibunya akan keberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket, dia sudah berjanji tidak akan meminta apa pun selain yang sudah disetujui.

Dan, tadi, ibunya sudah menyetujui membelikan kaos kaki berrenda yang cantik. Namun, karena kalung itu sangat indah, Anisa memberanikan diri bertanya.

“Bunda, bolehkah Anisa memiliki kalung ini? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi...”

Sang Bunda segera mengambil kalung dari tangan Anisa. Dibaliknya tertera harga Rp.15.000,-. Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas. Sebenarnya, dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten.

“Oke... Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi, kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju?”

Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya.

“terima kasih..., Ibu.”

Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik ibunya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak dan membuat lehernya menjadi hijau.

Setiap malam sebelum tidur, ayah Anisa membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, sang ayah bertanya.

“Anisa..., Anisa sayang enggak sama Ayah?”

“Tentu dong, Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah!”

“Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu...”

“Yah... jangan dong Ayah! Ayah boleh ambil ‘Si Ratu’ boneka kuda dari nenek! Itu kesayanganku juga”

“Yaa, sudahlah sayang, nggak apa-apa!” Ayah mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.

Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, ayah bertanya lagi.

“Anisa, Anisa sayang nggak sih sama Ayah?”

“Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah?”

“Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu.”

“Jangan, Ayah, tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini,” kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain.

Beberapa malam kemudian, ketika ayah masuk ke kamarnya, Anisa sedang duduk di atas tempat tidurnya. Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Air mata membasahi pipinya.

“Ada apa, Anisa? Kenapa, Anisa?”

Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya.

“Kalau Ayah mau, ambillah kalung Anisa.”

Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa. Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih, sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Anisa.

“Ini untuk Anisa. Sama bukan? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau.”

Ya..., ternyata sang ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.

----------------------

Bagus bukan.? Hikmah apa yang bisa diambil dari cerita di atas.?

Dari saya;
-         Kebahagiaan yang kita rasakan di dunia ini bukanlah kebahagiaan yang hakiki, jika kita rela memberikan kebahagiaan dunia ini untuk Allah, pastilah Allah akan menggantinya dengan kebahagiaan yang sebenarnya. Yaitu kebahagiaan kehidupan akhirat.

-         Harta yang kita miliki, sebenarnya bukanlah milik kita seorang. Jika kita ikhlas mengeluarkannya untuk Allah, pastilah Allah akan menggantinya dengan simpanan harta yang lebih mulia. Yang bisa menyelamatkan kita dari pedihnya hari pembalasan.

-         Cinta nafsu dan segala keindahan palsunya, itu salah satu bentuk ujian. Jika kita bisa menahan, mengembalikannya kepada Allah, maka tiada cinta yang lebih mulia dan lebih indah dari cinta Allah SWT.

-          Apa lagi ya...


Mau menambahkan.???
Saya persilahkan...


Wallahu a’lam...





-----Perpus Pusat UII, 06 Sept 2012-----
11;35

2 komentar:

Harun A. Aziz mengatakan...

cara mendewasakan si putri mungil "KEREN"
^^

Nis mengatakan...

h'emm bisa dicontoh...
:D

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger