Sabtu, 08 September 2012

Hwaooowwww_Sensasi Akad'nikah'

Posted by Nis |



Bismillah...
Segala puji teruntuk Allah SWT, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang..,


“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismusendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” (Ar-Ruum; 21)

Pada kesempatan ini, saya akan sampaikan masih dari buku ‘Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan’. Langsung ke bab 7, sub bab ‘Dinginnya Keringat Saat Akad’. Di bagian inilah yang paling mak clesss menurut saya pribadi. Tentang suasana, nuansa yang teramat sangat sakral, sangat mendebarkan, yang hanya sekali untuk se-umur hidup (..amiiin.), yang dengan ini kita membuka sebuah gerbang dari sisi lain kehidupan, yang hanya dalam beberapa menit ini berlangsung akan mengubah kehidupan kita puluhan tahun ke depan.

Seperti apakah itu..?? Coba kita simak bersama bagaimana Ustadz Salim A.Fillah menguraikannya;

--------------------
Dinginnya Keringat Saat Akad


“Jika seorang hamba menikah, maka telah menjadi sempurnalah setengah agamanya. Maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah pada sebagian lainnya.” (HR Al-Hakim dan Ath-Thabrani dari Anas bin Malik. Al-Albani meng-hasan-kannya.)

Di sinilah indahnya sensasi itu. Ketika seseorang telah mengambil dari kita sebuah perjanjian berat. Al-Qur’an menyebutnya mitsaaqan ghaliizhaa, frasa yang hanya tiga kali muncul dalam redaksi 30 juznya.

Sensasi itu menghadirkan perwujudan menakjubkan. Bahwa dua mitsaaqan ghaliizhaa yang lain adalah perjanjian besar Allah dengan Bani Israil sampai-sampai Ia mengangkat gunung Thursina ke atas mereka, dan juga perjanjian agung antara Allah dan Rasul-RasulNya.

Serta-merta gambaran gunung yang siap ditimpakan itu datang, sosok-sosok manusia besar itu membayang, dan gemetarlah ucapan “Saya terima nikahnya Fulanah binti Fulan...”. Erat tangan calon mertua menggenggam saat qabul diucapkan. Matanya seakan berkata, kini engkau telah kuikat, kubelit, kucencang, dan kupanggulkan Thursina ke pundakmu (sruuuuut....hiks... *terharu saya). Lalu siapa yang tak berkeringat dingin kalau begitu?

“....Dan mereka (isteri-isteri kalian) telah mengambil dari kalian mitsaaqan ghaliizhaa (perjanjian yang berat).” (An-Nisa’; 21)

Saya –mungkin juga anda- tak pernah menyangka bahwa ayat ini memberikan banyak makna dari satu kata di dalamnya. Kata yang menggambarkan sebuah cakupan luas tentang kehadiran mitsaaqan ghaliizhaa, dalam hidup rumah tangga yang membentang. Penjelasan penulis tafsir Zhilal, Sayyid Quthb, akan menambah nikmatnya sensasi yang ditimbulkan keringat dingin kita ini, insyaallah.

“...padahal sebagian kalian telah afdha (bercampur) dengan sebagian yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isteri kalian( telah mengambil dari kalian mitsaaqan ghaliizhaa (perjanjian yang berat).” (An-Nisa’; 21)

Sayyid Quthb ketika mentafsir Surah An-Nisa’ ayat 21 menguraikan dengan indah kata afdha (bercampur) yang ada di dalamnya. “Kata ini..”, jelas beliau, “dibiarkan secara umum memberikan semua maknanya, menyampaikan semua naungannya, dan menuangkan semua inspirasinya. Tidak berhenti pada batas jasad dan pelampiasannya, tetapi meliputi berbagai emosi, perasaan, suasana batin, persepsi, rahasia, cita-cita, dan kesepakatan.”

“Kata itu...”, sambung Sayyid, “dibiarkan melukiskan puluhan gambaran tentang kehidupan bersama di waktu-waktu malam dan siang hari.” Subhanallah, indah sekali.

Mari kita tambah sedikit. Ustadz Fauzil ‘Adhim dalam Menuju Pernikahan Barakah menuliskan sebuah khutbah nikah yang indah dan penuh makna sebagai berikut:

“Dahulu anda adalah manusia bebas yang boleh pergi sesuka anda. Tetapi sejak pagi ini, bila anda belum pulang setelah larut malam, di rumah anda ada seorang wanita yang tak bisa tidur karena mencemaskan anda. Kini, bila berhari-hari anda tidak pulang tanpa berita, di kamar anda ada seorang perempuan lembut yang akan membasahi bantalnya dengan linangan air mata. Dahulu, bila anda mendapat mushibah, anda hanya akan mendapat ucapan, “Turut berduka cita” dari sahabat-sahabat anda. Tetapi kini, seorang isteri akan bersedia mengorbankan apa saja agar anda meraih kembali kebahagiaan anda. Anda sekarang mempunyai kekasih yang diciptakan Allah untuk berbagi suka dan duka dengan anda.” (MasyaAllah..... mak clesss..... meleleh..)
--------------------
Hwaaaah.... terbayang lagi saat-saat saya menunggui proses akad salah dua orang yang sekarang tersemat gelar ‘alumni’ Takmir Masjid Ulil Albab. Siapakah mereka...??? He...he,,,

Dua orang terdakwa(yang akan dinikahkan) sudah siap, para undangan dan saksi yang dipercaya sudah menempatkan diri di kursi masing-masing(termasuk saya dan teman2). Orang-orang yang lalu lalang sedikit mengganggu pandangan saya ketika itu. Tapi ada kamera takmir yang alhamdulillah menjadi perantara saya untuk bisa dengan jelas mengabadikan moment2 itu, tak hanya di memori kamera, tapi  memori otak juga..(he...).

Suasana begitu ‘sesuatu’ banget, saat pak penghulu memberikan do’a untuk kedua mempelai. Mas Ovide (eh, keceplosan..), sang mempelai pria menunduk, begitu menghayati. Para hadirin mengangkat tangan, meng-aminkan do’a, turut mengharapkan kebahagiaan dua orang yang menjadi sebab kedatangan mereka. Yang saya lihat di depan saya, di kedalaman tunduknya, tetesan2 air mata mengiringi kesungguhan akan janjinya yang baru saja beliau ikrarkan. Dalam ikrar ijab qabul barusan, dengan menjabat tangan ayah mertua, “saya terima nikahnya....” seolah mewakili sebuah janji; “Ayah.., terima kasih telah merawat dengan baik, dengan penuh cinta kasih, wanita saya ini. Wahai ayah, hari ini saya menjemputnya, untuk menjadi pendamping hidup saya. Yang akan saya berikan kebahagiaan sepanjang hidupnya. Yang tidak akan pernah saya sakiti hatinya. Yang akan saya curahkan kepadanya cinta, kasih, dan sayang saya seperti atau bahkan melebihi yang sudah ayah berikan padanya. Doakan saya ayah.., agar terasa ringan saya pikul tanggung jawab dan amanah yang ayah letakkan di pundak saya. Doakan agar saya bisa menjadi imam yang baik, seperti yang ia harapkan. Doakan kami dapat menyambung keturuan ayah dengan keturunan-keturunan sholeh-sholehah. Doakan kami agar diberikan oleh Allah, kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan penuh rohmah... ayah..percayalah padaku untuk menjaganya...

Sementara kakak dari mempelai putri juga tersapu haru, seolah berkata.. ‘mas Ovide...saya percayakan ade’ perempuan saya (satu-satunya), pelita dalam keluarga, kepadamu. Tolong jagalah ia, bahagiakanlah ia, jangan sampai satu tetes pun airmata kesedihan membasahi pipinya(karna kalau sampai itu terjadi, bersiap-siaplah berhadapan dengan saya). Bimbinglah ia dengan penuh cinta. Do’aku menyertai kalian berdua, ade’ku.. 

Mak grujugg... suasana haru membuat butiran-butiran mutiara derass berjatuhan...      

Wiss.. yen ngene iki wis gak isoh nglanjutke...
Hemmmmhhhhh.....
--------------------
Akhirnya, ungkapan ustadz Fauzil Adhzim dalam Kupinang Engkau Dengan Hamdalah (yang sangatt mak clesssssssssss) di bawah ini menjadi penutup;

Menikah merupakan sunnah yang diagungkan oleh Allah. Al-Qur’an menyebut pernikahan sebagai mitsaqan-ghalizha (perjanjian yang sangat berat). Mitsaqanghalizha adalah nama dari perjanjian yang paling kuat dihadapan Allah. Hanya tiga kali Al-Qur’an menyebut mitsaqan-ghalizha. Hanya untuk tiga perjanjian Allah memberi nama mitsaqan-ghalizha. Dua perjanjian berkenaan dengan tauhid, yaitu perjanjian Allah dengan Bani Israel yang untuk itu Allah mengangkat bukit Thursina ketika mengambil sumpah. Sedang yang lain adalah perjanjian Allah dengan para Nabi ulul-azmi, Nabi yang paling utama di antara para Nabi. Dan, pernikahan termasuk perjanjian yang oleh Allah digolongkan sebagai mitsaqan-ghalizha. Allah menjadi saksi ketika seseorang melakukan akad nikah. 

Wallahua’lam bishawab.





-----Al-Mahfuzh, 08 Sept 2012----- 
Ashar

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger