Jumat, 07 September 2012

Bro.,It's4U'lanjutan'_Maka Hilanglah Hafalannya

Posted by Nis |



Bismillah....,
Puji syukur senantiasa tercurah hanya kepada Allah SWT.

Masih membahas buku ‘Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan’ karya Salim A. Fillah, benar-benar joss.. Seriuss..!!! Antum harus baca.! Saya bukan bagian pemasaran-nya buku ini, tapi ikhlas saya mempromosikannya, dikarenakan ilmunya yang sangat luar biasa penting kita terapkan sebagai generasi Muhammad SAW yang sudah seharusnya berakhlak dengan akhlak sebagaimana yang beliau SAW contohkan. Hhhemm ambil nafas dulu..

Dibawah ini, saya salinkan sub bab berikutnya yang masih dari bab 4. Tulisan saya yang sebelumnya juga pernah membahas tentang ini, coba di cek. Baca satu-satu ya, tulisan saya... he..he..

Ilmu yang seperti ini sangat bermanfaat untuk dijadikan perisai dari panah-panah syaithan yang sangat beracun. Check it out...!

--------------------
Maka Hilanglah Hafalannya


“Dari Jarir ibn ‘Abdillah, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan yang tiba-tiba. Beliau bersabda: Palingkan segera pandanganmu!” (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)

Apa yang salah dari melihat tak sengaja, kemudian segera dipalingkan. Mungkin tidak ada. Tetapi pengalaman Imam Al-Bukhari menjadi pelajaran bahwa sekecil apapun larangan Allah didekati, akan ada efek yang terasa. Diriwayatkan bahwa ketika beliau menghafal hadits-hadits yang sedang diteliti, tanpa sengaja beliau melihat betis seorang wanita yang terbuka. Dan, -catat ini-, serta merta empat puluh hadits yang sedang beliau hafal itu hilang dari memori!

Ah, hafalan kita kan sedikit. Aduhai, itu bukan alasan untuk menipu diri. Poros nilai yang kita bicarakan bukan soal sedikit banyaknya hafalan, hilang atau tidak karena memandang. Bukan itu. Nilai yang kita bicarakan adalah pandangan dan konsekuensi ketaqwaan yang mengikutinya.

Esensi ketaqwaan kepada Allah telah mengajarkan kepada salah seorang pelayan Rasulullah untuk melarikan diri ketakutan setelah melihat seorang wanita Anshar mandi. Betapa malu ia kepada Allah dan RasulNya, sampai ia tak bisa menunjukkan muka kepada Rasulullah, mengisi malamnya dengan tangis pilu di tengah gurun selama 40 hari. “Aku dapati, seperti semut-semut yang merayap di sekujur kulit dan tulangku..”, katanya menggambarkan dosa yang ia rasakan. Demikian Syaikh Muhammad Assaf mengisahkannya kepada kita dalam Berkas-Berkas Cahaya Kenabian.

Demikian juga kisah berikut ini menjadi pelajaran, dengarlah...

“Akan datang kepada kita..”, kata ‘Utsman bin ‘Affan di majelisnya suatu ketika, “..seorang laki-laki yang di matanya ada bekas zina!”. Setelah ditunggu, datanglah laki-laki itu yang dengan jujur mengakui, ia baru saja berpapasan dengan seorang muslimah yang ia kagumi kecantikannya. (Aduh kita pasti jadi malu kalau ketemu ‘Utsman!)

Mari belajar dari sisi lain kisah ini. Selain ungkapan ‘bekas zina’ yang kita dengar, ada sisi pribadi ‘Utsman yang menarik. Bagaimana ia tahu ada bekas zina? “Bukan, bukan wahyu..,” kata ‘Utsman, “..hanya firasat seorang mukmin!”

Menyelami kehidupan pribadi ‘Utsman bin ‘Affan, adalah mengarungi lautan pelajaran tentang sikapnya yang sangat menjaga kesucian diri. Kejernihan bashirah, kebeningan mata hati, dan kepekaan terhadap ma’shiat yang berkait dengan kesucian anggota badan adalah produk dari kesucian diri itu. Bukankah ia –seperti kata Rasulullah-, manusia yang malaikat pun malu kepadanya.

Anda ingin tahu bagaimana ‘Utsman menjaga ‘aurat diri? Mandinya ‘utsman tidak dilakukan kecuali dalam rumah yang terkunci rapat, tertutup semua lubangnya, di kamar yang paling terlindung dan terkunci, dalam sebuah bilik rapat di kamar itu, dan dipasang selubung kain yang tinggi. Itupun, ‘Utsman masih tak bisa menegakkan punggung karena rasa malu.




Salam untukmu pemilik dua cahaya, menantu ganda Rasulullah. Tampaknya engkaulah contoh termanis tentang menjaga pandangan dan menjaga diri, sesuatu yang telah kau rasakan manisnya dalam hati. Dan Iblis pun tak bisa merentang busur...

“Pandangan adalah anak panah beracun dari anak panah Iblis. Siapapun yang menghindarkannya karena takut kepada Allah, Allah akan mengaruniakan keimanan, yang ia temui rasa manisnya di dalam hati.” (HR Al Hakim)

--------------------
Yak, salah satu inti dari tulisan di atas adalah membahas tentang 'nilai dari sebuah pandangan dan konsekuensi ketakwaan yang mengikutinya'

Sedikit di sini saya akan menambahkan;

Pacaran. Adakah pacaran islami.?? Hemmm.... mana ada.????!! Dan perlu digaris bawahi, bahwa pacaran itu bukanlah status, tapi sikap dan perilaku yang mengarah kepada yang biasa dilakukan orang-orang yang pacaran, ya itulah pacaran. Nama lainnya adalah pacaran terselubung, atau pacaran yang tersamar, atau pacaran tapi tidak kelihatan, de-el-el, terserah mau dikasih nama apa. Tapi tetaplah itu disebut pacaran. Para aktivis dakwah, kadang tanpa disadari, atau sebenarnya sadar tapi dengan sengaja tidak menyadarkan diri, mereka bisa saja terjebak jenis virus ini.

Kalau ditanya, “kamu pacaran ya, sama akhwat/ikhwan itu...?” Maka dengan PD dan merasa benar, akan dijawab, “Enggak..!” Padahal dibalik kesehariannya, ada sms-annya, cara saling pandangnya, telfon2nya, perhatian2nya.. yang semua itu menjurus kepada perasaan2 tak semestinya. Meski pun tidak pernah secara langsung ada kata-kata “pacaran yuk..” Namun jika aktivitasnya seperti orang pacaran,.???? Ya itu tadi yang namanya ‘pacaran tanpa status’. Semoga kita selamat dari hal-hal semacam ini... amiinn.
-------------------

 “Telah tertulis atas anak Adam nasibnya dari zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tidak bisa tidak. Maka kedua mata, zinanya adalah memandang. Kedua telinga, zinanya berupa menyimakdengarkan. Lisan, zinanya berkata. Tangan, zinanya menyentuh. Kaki, zinanya berjalan. Dan zinanya hati adalah ingin dan angan-angan. Maka akan dibenarkan hal ini oleh kemaluan, atau didustakannya.”
(HR Muslim, dari Abu Hurairah)

Wallahu a’lam...





-----Al-Mahfuzh, 07 Sept 2012-----
10;32

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger