Rabu, 13 Februari 2013

Kajian_Ta'aruf #jilid 2

Posted by Nis |

  
Bismillah...
Wa alhamdulillah... 

Kita akan lanjutkan bahasan tentang ta’aruf kita yang sempat terpotong di Kajian_Ta'aruf #Jilid 1 kemarin. Sebelumnya sudah kita bahas mengenai pasti-nya janji Allah SWT, dan sebagai seorang mukmin kita wajib meyakininya. Dan berkhusnuzh-zhon itu adalah wajib.! Kepada Allah, kepada takdir-Nya, kepada sesama. Terkadang kita terbiasa berfikir menggunakan sudut pandang yang negatif, cenderung menyesali yang sudah terjadi. Misal, kita diberikan oleh Allah fisik yang tidak se-cantik / se-ganteng si Fulan. Jika berfikirnya negatif, “Ah....,bakalan ada yang mau sama aku gak ya.., fisik-ku seperti ini,. Selama ini aja gak pernah ada yang bilang suka, bahkan gak pernah ada yang mau untuk sekedar goda-goda-in, suit-suiiit gitu aja gak ada yang mau... bakalan dapat suami gak ya entar.... (hiks...hiks...)”. Haiiiih.... plisss deh,. Istighfar sodara-sodara... tidak boleh berfikiran seperti itu. 

Berfikir-lah yang positif, “Hemmhhh.., terima kasih ya Allah, Kau berikan kesempurnaan fisik kepada hamba-Mu ini. Jari-jari yang lengkap, dua tangan – dua kaki yang sangat bermanfaat, lisan yang bisa berucap dengan jelas, akal yang masih bisa berfikir dengan waras.. sungguh buaannyaaaknya nikmat yang Engkau berikan. Yah, meskipun wajah ini tidak se-cantik si A,dan body ini juga tidak se-sexy si B,  tapi setidaknya akhlak dan ilmu pengetahuan-ku tak kalah cantik dan menarik sepertinya. Pun tidak pernah ada yang suka kepadaku sampai sekarang, hamba tahu ini adalah bentuk penjagaan-Mu terhadapku. Untuk menjaga kesucian cinta-ku, untuk menjaga kesucian hatiku.., Engkau yang lebih tahu apa-apa yang baik untuk-ku ya Allah... Betapa cinta-nya Engkau pada diri ini, betapa protektifnya Engkau terhadap hamba-Mu ini.., memang-lah... mungkin hamba-Mu ini termasuk golongan manusia special yang Engkau ciptakan di bumi ini...(Pe-De)...  alhamdulillah.... terima kasih ya Allah....” :D


Yak, seperti itu pula, ketika Allah menguji kita dengan sesuatu.., “ya Allah, dari sekian hamba-Mu di dunia ini, mengapa Engkau memilih hamba untuk menjalani ujian seberat dan se-sulit ini ya Allah.., mengapa ya Allah..?? apa salah hamba.???” Hemmmtttt.,,, ckckckck,. Sama-sama berfikir, sama-sama mengeluarkan energi, berpikir-lah selalu yang baik... “Hemmm,, Allah tidak akan menguji hamba-Nya, kecuali hamba-Nya mampu atas ujian itu. Dan Kau memberikan ujian ini kepada-ku, pasti aku mampu untuk mengatasinya., Kuatkanlah kesabaran-ku ya Allah..., jalan penyelesaian itu pasti ada. Cemunguddd...”. berfikir seperti ini bermanfaat untuk mengurangi rasa berat akan adanya suatu masalah. Coba-lah... :D

Khusnuzh-zhon..., Khusnuzh-zhon..., Khusnuzh-zhon....., Allah membersamai persangkaan hamba-Nya.

Jadi, bahasan inti-nya mana.?????? (sabar... sabarrr...)

Ini dia, tahapan-tahapan Ta’aruf..,;
1.    Persiapan Diri, meliputi;

a.    Persiapan Iman.
Ingat, lelaki yang baik itu untuk wanita yang baik, dibalik juga boleh, wanita yang baik itu untuk lelaki yang baik. Lawannya dari itu adalah, pezina laki-laki untuk pezina perempuan, dibalik juga sama saja, wanita pezina itu untuk laki-laki pezina juga. Ada yang berpikiran, “Ah, gak juga. Itu ada, wanita sholihah tapi suaminya suka mabuk-mabukan. Yang itu juga, laki-nya Ustadz, eh istrinya jadi renternir..”. Ya, memangnya kita tahu, siapa nanti yang bakalan jadi jodoh kita.? Ingat-lah untuk selalu berupaya agar takdir baik itu sentiasa meliputi hidup kita. Sudah lupa.?? Baca lagi, Kajian_Tentang Takdir. Jadi, karena kita tidak tahu jodoh kita kelak seperti apa, kewajiban kita-lah untuk berusaha, agar nantinya mendapatkan jodoh yang terbaik. Caranya.??? Hemm,. Contoh sederhana,. Jika kita seringnya datang ke pengajian-pengajian, maka jodohnya ya  paling jama’ah pengajian juga. Atau jika kita seringnya datang ke diskotik-diskotik, ya jodohnya gak jauh-jauhlah dari lingkungan yang seperti itu. Dan sudah ditetapkan hukumnya, yang baik untuk yang baik, yang buruk untuk yang buruk (bukan masalah rupa lho ini.!). Berarti, kalo’ pengin dapat jodoh yang baik, kita juga harus baik, kalo’ mau yang buruk,. Jangan deh... :D
Jadi, persiapkan dulu iman kita dengan sebaik-baiknya, semoga nanti jodoh kita juga baik imannya seperti kita... amiiiin.

b.    Persiapan mental.
Penting ini.! Untuk membentuk satu rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah, dari sekarang sudah harus persiapan untuk kelak menjadi seorang istri, atau pun suami. Banyak mencari ilmu-ilmu terkait ke-rumahtanggaan. Contohnya dengan banyak membaca buku, misalnya ‘Agar Suami Semakin Cinta’, ‘Agar Rumah Tangga Se-Indah Surga’, dll,. ya,. Sejenis yang begitu-begitu lah.. (maap, penulis sendiri agak belum paham :D). Persiapan mental ini penting lho., jangan sampai nanti sudah menikah tapi mental-nya masih seperti anak-anak, atau malah kaya’ bayi umur 7 bulan,. :D

c.     Pekerjaan.
Ini khususon untuk para ikhwan. Karena dalam rumah tangga, yang berkewajiban mencari nafkah dan menjadi kepala keluarga adalah suami. Tidak masalah pekerjaan apa pun, yang penting hasilnya barokah, cukup-lah.

2.    Persiapan Informasi
Perlu diingat.! Ketika ta’aruf, harus ada 4F. Yaitu, 1.FOKUS, 2.FOKUS, 3.FOKUS, 4.FOKUS. Jadi, ketika memutuskan untuk menjalani ta’aruf, jangan lagi masih mikirin skripsi, mikirin kerjaan, mikirin ikan asin #hloh.??, mikirin hal-hal lain yang kemungkinan bisa menjadi penghambat.

Informasi di sini menyangkut si objek-nya sendiri, dan keluarganya. Kadang ada yang ta’aruf itu sudah ada yang diincar. Misalkan akhwat Z, ketika sudah mantap ingin menikah, dan menempuh jalan ta’aruf, cari tahu dulu, apakah si Z’ itu sudah siap untuk menikah atau belum. Atau masih ingin fokus kuliah dulu, orientasinya masih terpusat pada kuliahnya. Jangan, ketika diajak ta’aruf, ujung-ujungnya disuruh nunggu dia selesai kuliah dulu-lah, nunggu skripsinya selesai-lah, de-se-te. Kalau memang seperti itu, ya sudah, cari lagi yang lain, yang benar-benar sudah siap untuk membina rumah tangga. Jadi, cari informasinya dulu. Pokoknya informasi-informasi yang sekiranya penting untuk diketahui dalam masa-masa ta’aruf. Contohnya.???? Ehhhmmmm..,, seperti....,, ehhhmmm.... wah, yang nulis belum berpengalaman je... he... :D

Hemm.., Sudah dikatakan mencapai ending ta’aruf jika sudah mengetahui hal-hal berikut ini;
1.    Tahu tentang budaya keluarga. Misalkan kebiasaan dalam keluarganya seperti apa, latar belakang keluarga, de-es-be.
2.    Tahu proyeksi ke depan. Misalkan, besok kalau sudah menikah mau tinggal di mana, di Jogja, di Kaliurang, atau di Bantul, (sami mawon), atau mau tinggal di rumah mertua, de-es-te.
3.    Tahu eksistensi karir ke depan. Misalkan yang akhwat nanti boleh tetap bekerja atau tidak, si suami disarankan untuk pindah kerja, de-es-te.
4.    Tahu karakter masing-masing. Nah, untuk mengetahui karakter ini kan nanti dua orang yang ta’aruf ini dipertemukan. Silahkan ngobrol, tanya jawab yang diperlukan untuk bisa saling mengenal karakter calon pasangannya. Tentu ngobrolnya tidak berdua aja, di bawah pohon, sambil mancing lho ya..! Harus ada yang menemani baik dari pihak laki maupun wanita-nya. Contoh pertanyaannya..????  Hhhemmmm ..... :D
Misalkan saja; “Sudah pernah ngajar TPA belum.?”, kalo’ jawabannya ‘sudah’ berarti bisa diketahui orang tersebut bisa mengaji, senang dengan anak-anak, sabar (mengahadapi anak2 biasanya memang butuh kesabaran.,) de-es-te.., Terserah deh apa-pun pertanyaannya, yang penting jangan terlalu vulgar, seperti, “Kamu orangnya pemarah gak sih.?” Hadeehh...

Menurut para ulama, masa ta’aruf itu tidak boleh lebih dari 4 – 5 bulan. Jika sudah benar-benar siap untuk menikah, namun ketika ta’aruf ternyata masih disuruh nunggu setahun, dua tahun, bertahun-tahun,. Jangan mau..! Why..? Karena, akibatnya bisa tidak baik. Nanti pada saat masa penantian yang belum jelas, ternyata datang yang lebih baik, malah jadi bikin bingung kan.. Dan akibat buruk lainnya bisa jadi mengotori hati. So, hati-hati..!


Satu yang perlu diingat dan penting..! Mengenai kapan saat yang tepat untuk ta’aruf itu.?

Jika memang sudah benar-benar niat dalam hati yang kuat untuk menikah, silahkan memulai untuk ta’aruf. Tapi jika belum ada niat yang benar-benar jelas, jangan coba-coba.!!

Maksudnya niat yang jelas.? Ya, jika memang sudah menentukan waktu, misalkan bulan ‘ini’ saya akan menikah. Sudah mempersiapkan berbagai hal-nya, tinggal mencari ‘orangnya’. Itulah yang disebut ‘benar-benar niat’. Berbeda dengan kalo’ ‘baru kepikiran pengin nikah’.

Bedakan antara niat dengan pengin...!

Ada pertanyaan lagi, “gimana kalo’ kita sudah terlanjur suka dengan seseorang, merasa sudah ‘klop’, terus penginnya nikah sama dia, kalo’ gak sama dia pokoknya gak.!?”. 

Hemmm.,,, kalo’ seperti itu, perlu dikoreksi lagi, apakah niat di hati itu benar-benar karena Allah, atau ada keikutsertaan nafsu di dalamnya. Jika memang niatnya karena Allah, tentunya dikembalikan lagi kepada Allah. Karena kita tidak tahu apakah dia jodoh kita. Karena hanya Allah yang paling mengetahui yang terbaik bagi kita. Boleh saja kita berdo’a, “Ya Allah, kumohon, jodohkan aku dengan Manies (contoh) ya Allah., Tolooong ya Allah, kalo’ do’a2-ku yanga lain tidak Engkau kabulkan gak apa-apa. Asalkan permintaanku yang satu ini Engkau kabulkan ya Allah....”. dengan redaksi yang lain, “Ya Allah,. Hanya kepada-Mu hamba meminta, dan hanya kepada-Mu hamba mohon pertolongan. Semoga Manis (contoh) menjadi jodohku ya Allah,. Kalaupun dia bukan jodohku atau aku bukan jodohnya, tolong jodohkanlah kami ya Allah ...”. 
 
Hemmmtt,. Masa’ sih kita mau men-dikte Allah..??!!!, Memerintah-Nya.??! Hwaahh... Berani-beraninya.!! Tidak meminta pertimbangan-Nya, sementara Dia yang paling tahu mana yang terbaik bagi kita,.. Bisa saja Allah mengabulkan permintaan kita itu, tapi tidak menjamin setelah kita menikah dengannya lantas akan menjadi keluarga yang bahagia, tentram, penuh dengan kebarokahan. Dikarenakan kita meminta atas dasar nafsu belaka. Semoga Allah menjaga kita dari hal-hal yang demikian.. amiin.


Dan alangkah lebih sopan, sebagai seorang hamba, kita meminta, “Ya Allah.., Ya Rohman,.. Ya Karim..., hamba mohon, pilihkan-lah untuk hamba, jodoh yang terbaik menurut pandangan-Mu.., yang bisa membimbing keluarga kami kelak menuju surga-Mu.... jadikanlah keluarga hamba nantinya sebagai keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah... amiiin.”

Keren bukan.? Allah sendiri yang memilihkan jodoh terbaik-Nya untuk kita. Dan selalu pegang  prinsip, ‘sesuatu yang kita pandang baik, belum tentu itu baik untuk kita.., dan sesuatu yang kita pandang ‘kurang baik’, bisa jadi itu adalah yang terbaik di mata Allah untuk kita’.

Cukup mempercayakan semuanya, menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah SWT. Maka sesungguhya Allah itu membersamai persangkaan hamba-Nya. Khusnuzh-zhon.!

Hweissshhh,.. sepertinya sudah panjang lebar di sini membahasa tentang ta’aruf, tapi rasanya masih kurang buaaannyaaaakk yang perlu dibahas yah..?

Hhhemmmm,... ini tadi adalah apa yang saya dapatkan dari kajian kemarin. Semoga bermanfaat bagi kita semua,.. amiiiin.

Bagi yang sudah meniatkan untuk menikah, yang sedang menjalani maupun yang baru akan memulai untuk ta’aruf, semoga dimudahkan, dilancarkan, dan nantinya diberikan yang terbaik oleh Allah Ta'aalaa, amiiiiin.


Hamazah...!! + ma’an najah...!! + cemunguuudd kaka’....!!!
:D

Akhiru da’wana
Walhamdulillahirobbil ‘alamiin.

Kajian Umum di Masjid Mardliyah, UGM
07 Februari 2013, 07;30 WIB - selesai
Oleh; Ustadz Awan Abdillah
_dengan beberapa tambahan dari penulis




-----Masjid Ulil Albab, 13 Februari 2013----
Isya'.. 
with Rini


0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger