Bismillah...,
Pujian dan sanjungan teruntuk-Mu ya Allah..
Hujan,.
Tetesmu adalah sumber kehidupan..,
Dengan-mu tersebar Rahmat Tuhan...
Membawa keberkahan..
------
“Udan panas dhedhe.. mbok tuo gondhol we-we..” Jaman saya kecil dulu, terkadang di siang hari yang panas ada air menitik dari langit. Hujan. Tidak terlalu deras, rintik-rintik saja dan tidak berlangsung lama seperti hujan yang biasanya. Hanya beberapa menit. Di saat seperti itulah, saya dan teman2 kemudian meneriakkan senandung “Udan panas dhede... mbok tuo gondhol we-we...”. Kalo’ diartikan secara apa adanya ke dalam bahasa Indonesia menjadi; hujan panas berjemur.... nenek diculik We-We (salah satu nama hantu, di daerah saya). He..he... lucu.. jadi pengin ketawa... Ada juga yang menyebutkan dengan istilah, ‘wah srengEngE-nE ngelak..’(wah, mataharinya haus..). itu-lah, saat siang-siang yang panas, tidak sedikitpun guratan hitam di awan, tapi tiba-tiba hujan.
Hujan airmata. Yang ini beda lagi. Hujan airmata adalah
istilah yang digunakan ketika ada yang nangis berjama’ah. Hemm, seperti di
berita-berita itu hlo.. ‘hujan airmata
mengiringi pemakaman korban mutilasi yang ditemukan tidak jauh dari lokasi
penambangan yang berada di dekat perkampungan warga yang dihuni oleh masyarakat
yang memiliki hewan ternak yang salah satunya ada yang.. #sudah-sudah,. Ini berita
ge-je-be..
Hujan abu... Hemmm yang ini adalah jenis hujan spesial bagi
para warga masyarakat yang bermukim di wilayah yang dekat dengan gunung berapi
yang masih aktif. Salah satunya adalah wilayah Gunung Merapi, yaitu Jogja dan
sekitarnya. Khususon daerah Kaliurang, seperti kejadian beberapa waktu lalu
ketika gunung Merapi batuk-batuk. Yang menyebabkan saya dan teman-teman
mahasiswa UII lainnya harus mengungsi. Jadi, hujan abu ini diakibatkan oleh
letusan gunung berapi yang memuntahkan laharnya, kemudian menyebabkan
terbakarnya pohon-pohon yang hidup di area pegunungan tersebut, termasuk juga
rumah-rumah warga yang dapat jatah kiriman lahar panasnya, kemudian terbakar,
jadi abu, abu ditiup angin, sampailah ke rumah-rumah yang dijangkau angin
tersebut. Jadi lah ia, Hujan Abu. Hemmhhh.. puanjang bangettt..!
Siang ini, tidak terlalu mendung, turun hujan, lumayan
deras. Suara jatuhnya air ke atas genting dan dedaunan pohon-pohon belakang
asrama terdengar merdu. Bergabung menjadi sebuah alunan melodi seperti
permainan sebuah orkestra. Dinginnya menyapa, tetesannya terlihat berirama. Damainyaa.....
Menyimak hujan dari balik jendela kamar. MasyaAllah.....
“Do’a ketika turun
hujan, apa Nis.??”, tanya seorang dosen siang itu, saat hujan turun,
setelah saya berbasah-basah masuk ruang kelas. “Allahumma Shoyyiban nafi’a, pak..” jawab-ku. “Kalo’ do’a setelah
hujan berhenti.?”, tanya beliau lagi. Saya, “Eh, ada kah pak.?, kurang tahu e, pak.. gimana do’anya pak.?”.
Beliau, “Ada,.. ehmm (beliau berpikir
keras banget, akhirnya..) pokoknya ada.,! tapi saya lupa sekarang.. apa ya...
besok-lah insyaAllah..”. Besoknya beliau benar memberitahukan do’anya, tapi
saya tidak ingat gimana lafalnya.. :D
Hujan adalah satu bentuk nikmat yang diberikan oleh Allah. Dan
tugas kita adalah mensyukurinya. Setidaknya dengan membaca do’a, agar hujannya
tidak menjadi bencana, akan tetapi bermanfaat bagi makhluk2-Nya..
Diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ : اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
"Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam apabila melihat hujan beliau berdoa: ALLAHUMMA SHAYYIBAN
NAAFI'A (Ya Allah, -jadikan hujan ini- hujan yang membawa manfaat
-kebaikan-." (HR. Al-Buhari)
Wallahu a'lam,,,
Wallahu a'lam,,,
-----Masjid Ulil Albab, UII-----
16 Februari 2013
16;49
0 komentar:
Posting Komentar