Sabtu, 17 Oktober 2015

Teladan Nabi Zakaria dalam MENGISI Jeda

Posted by Nis |

Bismillah....
Segala pujian milik Allah Ta’ala.


Menurut bahasa, do'a berasal dari kata "da'a" artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah syara' do'a berarti "Memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang memudharatkan". Sejatinya, tujuan berdoa adalah meningkatkan kedekatan diri kepada Allah SWT sekaligus untuk memperbaiki diri.

Adapun lafadz do'a yang ada dalam Al- Qur'an bisa bermakna sebagai berikut:
1. Ibadah, (Q.S.Yunus: 106).
2. Perkataan atau Keluhan. (Q.S.Al Anbiya: 15),
3. Panggilan atau seruan.  (Q.S. Ar- Rum: 52),
4. Meminta pertolongan. (Q.S.Al- Baqarah: 23),
5. Permohonan. (Q.S.Al- Mukmin: 49).


Tiada amal tanpa doa.  via: https://www.pinterest.com/pin/540783867728718078/ 


Adakalanya dalam kita berdoa, sudah sekian lama meminta namun tak dikabulkan jua. Sehingga menumbuhkan benih2 prasangka kepada Allah Ta’ala. Lalu kan terbesit sebuah tanya, ‘mengapa?’. Itulah kita, manusia. Sukanya gak sabaran.!

Lalu bagaimana bila rasa lelah dalam meminta kian datang menyapa.? Bagaimana jika mulai timbul tanya.? Muncul pula si putus asa.?

Ah, sebelum semuanya itu mulai datang meraba., mari kita ingati janji2 nan pasti dari Allahu Rabbi: “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kelurusan.” (Al-Baqarah: 186)

“Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permohonan kalian.”
(Ghafir: 60)


“Sesungguhnya Allah ta’ala malu bila seorang hamba membentangkan kedua tangannya untuk memohon kebaikan kepada-Nya, lalu Ia mengembalikan kedua tangan hamba itu dalam keadaan hampa/gagal. (HR. Ahmad (5/438), dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1757)

Kurang yakin bagaimana.??? Allah Ta’ala telah menetapkan janji-Nya, dan Dia Mahamenepati janji. Pun ada garansi; doa kita akan disegerakan, atau disimpan untuk tabungan pahala yang bessuaarr, atau akan diganti dengan yang setara/lebih baik dari yang kita minta.

Kalau sudah dijamin sedemikian rupa, apa iya kita akan merasa lelah, atau putus asa? No way!!!

Hhmmmm lantas bagaimana kita akan mengisi jeda antara doa dan balasan yang akan kita terima.? Mari kita tengok bagaimana Nabi Zakaria memberikan contohnya... Yang jelas bukan dengan putus asa ataupun buruk prasangka. Chekidot..


 ----------------------------------------------------------



BAGAIMANA NABI ZAKARIA MENGISI JEDA?



Salah satu doa Penting.!   via: https://www.pinterest.com/pin/552394710519045072/


Berilah makna terindah pada kepelikan, kesedihan, kesendirian, kebimbangan, keputusasaan.

Adalah Nabi Zakaria ‘Alaihi as-salam telah mendambakan kehadiran seorang putra sedari awal pernikahannya. Namun sampai memasuki usia senja, keinginan beliau belum terpenuhi juga.
Bagaimana ia mengisi jeda antara harapan dan kenyataan?

Nabi Zakaria tidak pernah putus asa untuk selalu meminta dan berdoa kepada Allah. Ia percaya, sekalipun istrinya sudah lanjut usia dan seorang wanita mandul, jika Allah menghendaki niscaya mereka akan memiliki anak juga. Keduanya ridha dengan ketentuan Allah.

Hingga suatu hari ia masuk ke ruang Maryam---keponakan yang diasuhnya. Ia melihat di ruang Maryam terhidang buah-buahan musim panas, padahal saat itu musim dingin. Nabi Zakaria bukan main herannya. Sebab, setahunya Maryam sepanjang waktu selalu bersujud kepada Allah dan tidak seorang pun yang diperbolehkan masuk kecuali Maryam dan dirinya sendiri. Ia bertanya kepadanya, ‘Dari mana buah-buah ini?’. Maryam menjawab, “Dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya.”

Jawaban ini menggerakkan hati Zakaria yang secara fitrah ingin dikaruniai anak. Ia bertanya-tanya dalam hati. Bukankah Zat yang memberikan buah-buahan bukan pada musimnya itu, pasti sangat mampu juga memberikan anak kepadaku, walau tulang-tulangku sudah rapuh, kekuatan fisikku sudah menurun, dan  umurku sudah uzur. Tapi bukankah Allah Maha Berkehendak? Maka tidak ada alasan untuk putus asa.

“Ketika Zakaria menyeru Tuhannya dengan seruan lemah-lembut.”
(QS. Maryam: 3)

Zakaria pun berdoa kepada Rabb-nya di tengah malam. Saat manusia terlelap dan pintu langit terbuka seluas-luasnya. Ia bermunajat dengan suara yang amat lirih, karena jika sampai kaumnya mendengar permintaannya, habislah ia ditertawai. Meminta anak di usia senja dengan istri yang mandul. Namun di hadapan Allah, tiada mustahil. Inilah keteguhannya. Zakaria berdoa dengan lirih. Dengan seruan yang lemah lembut,seruan yang tidak perlu terdengar oleh orang lain. Ia merayu dengan bahasa doa paling indah. Terlantun dari hati yang penuh ketawadhuan dan kerinduan.

“Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban.”
(QS. Maryam: 4)


Sepenuhnya -percaya kepada Allah.  via: https://www.pinterest.com/pin/552394710517851369/


Lihatlah bagaimana Nabi Zakaria berbahasa dalam doa. Seringkali kita ini tak beradab saat berdoa. Menyebut asma-Nya, kemudian mendikte Tuhan agar kabulkan rentetan permintaan kita. Tidakkah kita malu pada Nabi Zakaria. Ia memanggil Tuhan dengan panggilan paling mesra, Ya Rabbii; wahai Tuhanku yang menciptakanku, yang memilikiku, dan yang memeliharaku. Kemudian ia tak langsung pada permintaan, tetapi diakuinyalah dalam doanya bahwa dia benar-benar telah tua dan lemah. Ia mengakui kelemahan diri dan keterbatasannya sebagai manusia, itulah mengapa ia datang memohon pada kekuasaan Tuhan.

“Dan tidaklah pernah aku, di dalam berdoa kepada-Mu ya Tuhan-Ku, merasakan kecewa”
(QS. Maryam: 4)

Seorang senja yang telah mendamba keturunan dari awal pernikahannya mengatakan. Dan tidaklah pernah aku, di dalam berdoa kepada-Mu ya Tuhanku, merasakan kecewa. Mengapa bisa seseorang yang telah berpuluh tahun berdoa mendamba, tapi tetap bisa mengatakan aku tak pernah kecewa dalam berharap kepada-Mu? Hanya keimanan yang dapat melakukan ini. Nabi Zakaria memuji Tuhan-nya, yang tak pernah mengecewakannya. Oleh sebab itu, ia ulangi terus permohonannya.

“Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, sedang istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.
Yang akan mewarisiku dan mewarisi (kenabian) keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai.”
(QS. Maryam: 5-6)

Dan perhatikan, bagaimana Nabi Zakaria meminta keturunan bukan untuk keinginan manusiawinya semata. Bukan sekadar keinginan seorang yang sudah menikah dan ingin dikaruniai anak. Bukan sekadar keinginan duniawi. Tapi ia sebuah keinginan luhur yang dilandasi kekhawatiran terhadap keadaan Bani Israil sepeninggalnya. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku. Nabi Zakaria khawatir tidak ada yang melanjutkan dakwahnya menyeru tauhid, dan akan terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan syariah Allah.

Keinginan yang dilandasi keimanan membuatnya tak pernah putus asa.
Subhanallah.



Allah sesuai prasangka hamba.   via: http://nabihahsaid.blogspot.co.id/ 


Nabi Zakaria mengisi jeda dengan keimanan dan sangka baik terhadap segala ketetapan Allah. Bahwa Allah tak pernah mengecewakan hamba-Nya. Tentang terwujud atau tidaknya keinginan, adalah seni menghadapi takdir Tuhan. Karena segala yang ditetapkan bagi hamba adalah yang terbaik dari Tuhannya.

Nabi Zakaria ‘alaihi assalaam, telah mengajari kita:
Bahwa jeda antara doa dan pengijabahannya adalah percintaan antara hamba dengan Allah. Adanya jeda, bukan berarti mengabaikan doa, tapi justru DIA cintai rayuan hamba.




Crayon Untuk Pelangi Sabarmu ---karena kesabaran perlu terus diteguhkan, ~Natisa
–penerbit; PT.elex media komputindo






Referensi;
http://www.jadipintar.com/2013/10/Hadits-Hadits-Tentang-Perintah-dan-Keutamaan-Berdoa.html
http://asysyariah.com/berdoalah-pasti-allah-akan-mengabulkan-doamu/









-------Jakarta, 17 Oktober 2015-------
menanti 'Ashar

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger