Bismillah.
Segala
puji milik Allah Ta’ala.
Sedikit cerita saat kemarin saya pulang dari rumah kakak saya daerah Jakarta Utara. Ahad malam, tepatnya tanggal 17/1/16. Hari itu saya sampai di sana sekitar ba’da ashar. Biasa, kalau saya ke sana paling minta makan, minta jajan, ngobrol bentar, pulang deh. Nah, berhubung waktu sudah jam 8 malam, saya putuskan untuk pulang ke kos-an. Nah waktu itu kebetulan di dekat saya parkir motor, lagi ada Pak Rt dan tetangga (seorang bapak2 yang saya kenal tapi ndak tahu siapa namanya).
Sedikit cerita saat kemarin saya pulang dari rumah kakak saya daerah Jakarta Utara. Ahad malam, tepatnya tanggal 17/1/16. Hari itu saya sampai di sana sekitar ba’da ashar. Biasa, kalau saya ke sana paling minta makan, minta jajan, ngobrol bentar, pulang deh. Nah, berhubung waktu sudah jam 8 malam, saya putuskan untuk pulang ke kos-an. Nah waktu itu kebetulan di dekat saya parkir motor, lagi ada Pak Rt dan tetangga (seorang bapak2 yang saya kenal tapi ndak tahu siapa namanya).
Sebenarnya
saya tidak terlalu akrab dengan tetangga2 kakak saya. Karena selama kurang
lebih setahun-an saya tinggal sama kakak, sangat jarang saya berinteraksi
sosial dengan para tetangga. Yah begitulah,, saya kurang ahli masalah interaksi
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. #eh.
Spesial
dengan pak Rt, beliau itu seperti cctv di parkiran motor saya. Yang tidak bisa
saya hindari untuk saling bertatap muka, dan bertegur sapa. Sekedar kata, “Pak
Rt,.” Kemudian beliau tersenyum dan menjawab, “ya”, “ati2”, “berangkat”?
de-se-be.
Malam
itu, saya pun menyapa Pak Rt, seperti biasa. “Pak Rt..” sembari tersenyum
meskipun tak nampak sempurna karena masker telah menutupi muka. Pak Rt
tersenyum, “Eh, dimana sekarang..??”. Saya, “di kemayoran Pak..”. Bapak satunya
ikut tersenyum, “sendirian aja,?!” tanya-nya. Saya gak ngeh. Pak Rt menimpali, “iya, sendirian aja gak ada yang
ngawal.?! Udah ada yang ngawal belum??”.
Hadehh,,,
itu pertanyaan maksudnya nyindir, atau mengingatkan, atau heran karena saya
tidak seperti umumnya #remaja- putri yang selalu ada yang ngawal kemanapun
pergi alias punya pacar, atau gebetan, atau yang semacamnya, atau apa-lah saya
ndak tahu. Saya juga ndak tahu mesti jawab gimana.
Masak iya saya jawab, “Mau dong, dikawal Pak Rt..”. Kalau bu Rt denger kan bisa
berabe. :D
Ahirnya
jurus ampuh mandraguna, refleks dan disengaja,, sembari senyum, “mari pak...”,
tancap gas, buru2 kaburrrr. Di jalan saya mikirin jawaban untuk Pak Rt tadi,
begitu banyak kemungkinan, mungkin saya belum siap, mungkin waktu belum tepat,
mungkin pengawalnya lagi ngawal orang lain #heeh??#, dan jawabannya yang paling
memungkinkan adalah: wallahu ta’ala
a’lam..
Saya
tidak merasa terganggu dengan pertanyaan itu. Cuman kepikiran sepanjang jalan menuju kos-an. Sampai kos-an juga
masih kepikiran ternyata. Ah, bodo amat lah. #.
**Senyum
adalah jawaban paling tepat dari segala pertanyaan, ketika jawaban tak ada di
pikiran.
Kapan nikah? via: http://zigzagzuki.blogspot.co.id/2015/06/30
-------Jakarta, 10 Februari 2016-------
meja kerja, 09;42
0 komentar:
Posting Komentar