Bismillah...
Segala puji milik Allah Ta'ala.
Dibersamai
pengawal kemanapun kita pergi, kita tentu merasa aman. Dibersamai dosen
pembimbing yang sudah ceEs sama kita
di dalam ruang sidang skripsi,, ah... hati rasanya aman #ada yang belain, atau
setidaknya tidak terlalu dipersulit. Dibersamai orangtua dan sahabat tercinta
ketika wisuda,, hmmm bahagianya...
Dibersamai
orang-orang yang tepat dalam keadaan tertentu seperti di atas rasanya sangat
bermanfaat bagi kita. Ah, tapi mereka hanya kita butuhkan dalam keadaan
tertentu saja. Di momen ‘ini’ kita memerlukan si A, momen ‘itu’ kita perlu si
B, momen lain lagi kita butuh si C. Begitulah, masing-masing orang hanya pas
untuk satu momen saja. Misal; dosen pembimbing hanya pas membersamai kita saat
ujian skripsi, bagaimana kalau dosen pembimbing membersamai kita pergi
kondangan.? Ya gak matcing lah yaw..
Pun tidak setiap kesempatan kita
butuhkan, mereka selalu ada seperti harapan kita. Saat kita sangat butuh
kehadiran keluarga dalam moment bahagia wisuda, toh tidak semua-nya bisa. Saat kita butuh banget kehadiran sahabat untuk curhat, eh dia lagi ada acara. Begitulah, sering kita merasa kecewa ketika
orang yang kita harapkan kehadirannya, tidak selalu bisa membersamai kita.
Lantas
siapakah gerangan yang sangat pass membersamai kita dalam keadaan apa pun,
kapan saja dan dimana pun kita berada.? Hmm.. Tak lain dan tak bukan, tentu hanyalah Allah Ta’ala.
Saat
jutaan masalah serasa menghimpit pikiran kita, saat ketakutan menyergap hati
kita, dan di saat tiada satu orang pun di sisi kita,, Dia tetap ada.. untuk
mendengarkan keluh kesah kita, untuk memberikan kedamaian, menguatkan
keberanian di dalam hati kita. Dan sungguh.. “Hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)
Hadir-Nya bagai pelita. via; http://www.ownskin.com/home_detail?u=ieta83&m=scrap
Seberapun besarnya harapan kita kepada manusia2, dosen, orang tua, sahabat, pasangan, ataupun yang lainnya. Tetaplah kunci utamanya ada pada Pencipta mereka semua, Sang Mahakuasa. Dia yang berkuasa menggerakkan hati manusia untuk menyayangi kita, Dia yang berkuasa atas terjadinya segala sesuatu di dunia. Dialah, hanya Dia... Allah Ta’ala.
Duhai,,,
betapa indahnya bila kita dibersamai Sang Penguasa seluruh jagad raya, Sang Penggenggam
alam semesta...
------------------------------------------------
DIBERSAMAI ALLAH
Bila
yang sering kita bayangkan tentang seorang penyabar adalah dia yang menerima
apa adanya dan pasrah terhadap keadaan, itu SALAH BESAR.
Sejarah
telah merekam banyak kemenangan dan kegemilangan justru dicapai dengan jurus
sabar. Kesabaran Nabi Daud ‘alaihi
as-salam, melawan Jalut, kemudian membunuhnya hingga tumbang, adalah bukti.
Padahal saat itu Daud masih berumur 9 tahun. Awalnya dia diremehkan oleh Jalut,
“Menyingkirlah kau, aku tak suka membunuh anak kecil.” Dengan suara lantang,
Daud membalas ucapannya, “Tapi aku suka membunuhmu!”
Api
kemarahan Jalut berkobar oleh tantangan Daud. Kita bertanya-tanya, dari mana
dia mendapatkan kekuatan menggentarkan itu? Keberanian menyala-nyala yang Daud
tampilkan di hadapan Jalut adalah buah kebersamaan ALLAH dengannya. Mustahil
seorang anak berumur 9 tahun mampu dengan sangat tangguh menantang dan
mengalahkan Jenderal sebuah kaum. Tapi tak mustahil karena ia membersamakan
ALLAH dalam perlawanannya. Daud berdoa,
“Ya
Tuhan, limpahkanlah kesabaran atas diri kami,
Kokohkanlah
pendirian kami,
Serta
tolonglah kami dalam mengalahkan orang-orang kafir.”
(QS.
Al-Baqarah: 250)
Doa agar sabar. via: https://www.pinterest.com/pin/438960294903607672/
Daud
teramat tahu diri bahwa dia takkan pernah bisa menghadapi sesuatu sendiri, maka
ia libatkan Allah. Memilih sabar dalam menghadapi persoalan adalah langkah
pengakuan kelemahan diri yang tak mampu apa pun, kemudian menyerahkan sepenuh
jiwa pada Allah. Memohon kebersamaan Allah yang Mahakuat.
Apa
yang terjadi selanjutnya pada Daud? Ia menangkan duel tak berimbang tersebut.
Jalut, pimpinan pasukan perang itu tumbang oleh bocah 9 tahun. Daud memohon
dilimpahkan kesabaran, agar Allah Ta’ala membersamai perjuangannya.
“…
Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah BERSAMA
orang-orang yang sabar.”
(QS.
Al-Anfal: 46)
Sekali
lagi, sabar tak berarti berpasrah diri terhadap keadaan, melainkan berpasrah
diri kepada Allah yang Mahabesar dan Mahakuat. Sabar pun bukan berarti mendekam
segalanya sendiri. Bukan! Jika sabar berarti memendam permasalahan seorang
diri, sudah sangat dipastikan keadaan selanjutnya adalah keterpurukan.
Tapi
sabar adalah berbagi resah kepada yang esa, ALLAH. Berbagi keluh,
ketidakmampuan, kerapuhan dan keringkihan jiwa hanya pada yang satu, ALLAH.
Menyandarkan pada-Nya adalah memohon penguatan yang tak berbatas.
Iya
betul arti sabar secara Bahasa adalah menahan dan mengekang. Nah ada
lanjutannya, menahan dan mengekang dari
mengeluh pada manusia, menahan diri berputus asa dari rahmat Allah, menahan
lisan dari perkataan buruk saat diuji.
Menahan
diri untuk tak mengumbar derita kepada manusia bukan pekerjaan yang mudah.
Hanya orang-orang yang yakin kepada janji Allah yang dapat melakukannya. Dalam
Bahasa Al-Qur’an, hanya orang-orang yang khusyuk yang bisa. Pengertian khusyuk secara umum adalah fokus memusatkan pemikiran
pada satu titik.
Orang
sabar itu khusyuk, fokus mengeluh dan berharap hanya pada Allah.
Mengharap
kepada Allah ada dua hal.
Pertama, agar
dikuatkan dan diberi pertolongan dalam menyelesaikan permasalahan hidup.
Kedua, mendapat
pahala atas kesabaran yang dilakukannya.
Bayangkan
bila seseorang memilih untuk tidak sabar saat menghadapi ujian. Dia ruginya dua
kali. Pertama karena ujian itu. Kedua, dia rugi tak mendapatkan pahala dari
ujian tersebut. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.
Sekarang
ditanya, bagaimana jika mendapatkan masalah lalu mencari solusinya kepada
manusia dan tercerahkan olehnya. Tidak masalah. Hanya saja amat disayangkan
kita tidak mendapatkan pahala mengharap hanya kepada Allah. Ujian datangnya
dari Allah, kenapa kita mencari celah dari yang lain? Ujian akan kembali kepada
Allah, kenapa kita mencoba peruntungan manusia yang sama-sama bermasalah.
Semakin tinggi mendaki, semakin indah pemandangan yang dijanjikan. Begitu pula
dengan balasan sabar. Mari lihat lagi kalimat QS. Al-Anfal 46, “...Dan
bersabarlah...” Ini adalah kalimat perintah langsung dari Allah.
Menjalankannya pun IBADAH!
Apa
yang kau rasakan ketika menjalani perkara pelik, dan kau ditemani oleh seorang
ahli mengatasinya? Rasa aman menyelimutimu. Rasa terlindungi dari berbagai
bahaya. Rasa percaya diri untuk melangkah. Begitukah perasaanmu?
Bagaimana
bila yang membersamaimu adalah Tuhan, Raja Semesta Alam, yang Mahasegala?
Itulah hamba sabar, ia dibersamai Allah!
Sabar
adalah kau tetap tersenyum, yakin di setiap kerumitan pasti ada kemudahan. Yang
harus diyakini, dicari dan dibuktikan!
Karena
sabar miliki arti ‘menahan’ dan ‘mengekang’ maka aktivitasmu adalah berdamai
dengan maunya Tuhanmu.
Kau
sabar ketika mengekang nafsu syahwatmu, maka itulah yang disebut ‘iffah!
Sabar dalam mushibah dan cobaan, maka kaulah hamba yang dibersamai Allah
itu. Sabar dalam kebercukupan, itulah zuhud. Orang sabar ditolong Penguasa
Alam Raya. Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi as-salam bersabda, “Ketahuilah
olehmu! Bahwasanya datangnya pertolongan itu bersama dengan kesabaran.” (HR. At-Tirmidzi)
Cobalah buat alasan mengapa kita harus
sabar
Kita sabar karena diperintah
Allah
Kita sabar
agar ditolong Allah
Kita sabar
agar dibersamai Allah
Kita sabar
adalah tiketmu ke SURGA
SABAR tak berarti kau pikul semua sendiri, tapi berbagi
resah pada ALLAH Maha Pengasih.
Orang sabar dibersamai Allah.
Lantas, orang yang tak sabar,, dibersamai siapa?!
Crayon Untuk Pelangi Sabarmu
---karena kesabaran perlu terus diteguhkan, ~Natisa
–penerbit; PT.elex media
komputindo.
-------Jakarta, 15 Oktober 2015-------
menjelang 'ashar
0 komentar:
Posting Komentar