Selasa, 20 Oktober 2015

standar BAHAGIA kita BERBEDA

Posted by Nis |

Bismillah...
Segala puji milik Allah Ta’ala.


Sempitnya hati dan lemahnya iman, kadang membuat kita senantiasa terkungkung dalam angan. Ingin bernasib sama dengan ‘mereka’, yang bisa ini-itu. Bisa sukses di usia muda, bisa menjelajahi dunia kemanapun yang dia inginkan, bisa mendapatkan karir yang mapan dan ber-sekian penghasilan, nikah muda dan mendapatkan pasangan yang ideal, menurut kita hidup mereka itu sungguh bahagia.


Hakekat kaya itu, di hati.!  via: https://anisakhumaira.wordpress.com


Kita pun menjadi latah,. Menargetkan ini-ono agar bahagia seperti ‘mereka’. Lalu tanpa sadar kita juga telah menentukan standar bahagia, yaitu jika ini-ono yang kita targetkan bisa tercapai. Kebahagian ‘seperti mereka’. Hati terasa sakit saat melihat ‘mereka’ terus bergerak maju lagi dan lagi melesat meraih target2 yang melebihi daftar impian kita. ‘Aku kapan.???’

Hingga suatu saat tersadar jua, bahwa jalan kita dengan ‘mereka’ tidaklah sama. Allah menciptakan manusia tentu dengan takdir yang masing2 berbeda. Mungkin dalam satu hal bisa jadi sama. Yah.. tapi itu hanya satu dari sekiiiiiaaaaaaannnnnn buanyak lainnya. Berbeda.



--------------------------------------------------



STANDAR KITA JELAS BEDA




Dunia sudah di tangan, masih saja merasa kurang.   via: https://bochahlawu.wordpress.com/


Tentang rasa resah kebanyakan manusia. Mengenai standar kebahagiaannya. Ada yang resah, ia tak seperti kebanyakan manusia lainnya. Tidak memiliki ini dan itu. Tidak berkesempatan pergi ke sana-sini. Tidak berpasangan dengan seorang yang begini dan begitu. Tidak seceria dia dan dia.

Resahnya menjadi ketika ceklis tidak’ semakin menderet. Keresahan ini menjelma menjadi kesedihan yang memperpuruk dirinya. Yang akhirnya membuat kesimpulan, “saya tidak sebahagia orang lain”.

Kesalahan mendasarnya adalah, membuat standardisasi kebahagiaan dengan standar kebanyakan orang. Padahal belum tentu orang ini atau orang itu benar-benar bahagia. Hanya tampilan di luarnya saja. Bisa jadi seseorang yang kariernya melejit, tapi memiliki permasalahan pada keluarganya. Titik ujiannya beda.

Buat standar kebahagiaan hidupmu sendiri, dari apa yang kamu miliki. Bukan dari apa yang dimiliki orang lain.

Jelas tidak akan pernah bahagia jika selalu menyesalkan kehidupan kita tak sama dengan kebanyakan hidup manusia lainnya. Usaha kita berbeda-beda, karena kehidupan kita pun pasti beda. Standar kebahagiaan pun pasti beda.

Itulah mengapa Tuhan meminta kita bersyukur dengan apa yang kita miliki. Bukan dengan apa yang dimiliki orang lain.

Allah menjanjikan kekayaan bagi kita yang bersyukur. Barangsiapa yang bersyukur, maka akan Dia tambah. Tambah dan tambah hingga menjadi kaya. Kaya apa? Kaya akan hati. Kaya karena menikmati segalanya. Jika semuanya telah dinikmati, kebahagiaan adalah napas kehidupan. Adapun nikmat yang ada pada orang lain, kita diminta untuk zuhud. Apa balasannya?

“Zuhudlah terhadap dunia, pasti Allah mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa yang di tangan manusia, pasti manusia pun mencintaimu.”
(HR. Ibnu Majah)


Cukupkan diri dengan yang dimiliki.  via: https://pemudasalafy.wordpress.com/ 


Cantik sekali bukan? Sesekali memang kita harus menutup mata dari pemandangan luar. Meresapi runutan kehidupan sendiri. Setiap episodenya unik. Hanya dilalui oleh seorang manusia bernama “aku”. Ya, Tuhan kita memberikan spesialisasi pada setiap kehidupan hamba-Nya. Mahasuci Ia. Seorang customer service memberikan pelayanan yang seragam untuk setiap customer-nya. Tidak dengan Tuhan kita. Di hadapan-Nya kita selalu dispesialkan. Episode hidup yang unik. Diri yang komplikasi. Masihkah menyeragamkan standar kehidupan? Hidupmu beda, syukuri apa yang menjadi kehidupanmu.

Sesekali memang kita harus memejamkan mata. Menikmati setiap kehendak Tuhan, menikmati kita di bawah bimbingan-Nya. Jika pahit, sabarlah penawarnya. Jika manis, sungguh syukur akan membuat segalanya serasa MADU.





Crayon Untuk Pelangi Sabarmu ---karena kesabaran perlu terus diteguhkan, ~Natisa
–penerbit; PT.elex media komputindo.











-------Jakarta, 20 Oktober 2015-------
Dzuhur satu jam lagi 

0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger