Bismillah...
Segala puji
milik Allah Ta’ala.
Sa'ad bin
Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, "Ya Rasulullah, siapakah orang yang
paling berat ujian dan cobaannya?" Nabi Shallallahu'alaihi assalam, menjawab, "Para nabi kemudian yang meniru
(menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji
menurut kadar agamanya. Kalau agamnya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu
(ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji
terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa”. (HR. Bukhari) via: http://syariah.biz/hadis-ujian-cobaan.php
Di manakah hati kita? via: http://f31214l.tumblr.com/
Bayangpun,, saat kita mau ujian semester, pak
dosennya ngasih kisi2 soalnya. Secara
khusus pula, “anak2, besok materi soalnya ada di slide yang bapak kasih kemarin, nah sekarang kita akan bahas lagi,
kalau ada yang masih bingung, tanya!”. Mak nyooss bukan? Belajar jadi lebih
enak, lebih terarah, dan kepercayaan diri jadi lebih kuat. Sehingga mengerjakan
soal pun bisa lebih lancar daripada tidak ada kisi2 sama sekali. Sudah materinya
buanyakkk, hafalan semua. Soalnya kemungkinan adalah yang uraian, sebutkan2. Hadehh..
Bingung mau ngafalin yang mana. Tingkat stress meningkat, cemas tak
berkesudahan mengira2 nanti soal yang keluar yang mana.
Nah, begitulah,, seperti pak dosen yang baik
hati itu, Allah Ta’ala Yang Mahabaik lebih rinci lagi dalam memberikan kisi2
ujian-Nya. Soal yang diujikan hanya itu2 saja, cuma waktu pelaksanaannya yang suka tiba2. Nah, tinggal kita yang
harus mempersiapkan diri dan hati dalam menghadapinya. Setelah tahu seperti apa
ujiannya, tentu kita akan mempelajari rumus2 penyelesaiannya. Sehingga kita
akan senantiasa siap siaga kala ujian itu mendadak datang menyapa.
-------------------------------------------------
UJIAN MANUSIA ITU SEDIKIT DAN MUDAH DITEBAK
“Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS.
Al-Baqarah: 155)
Bahwa Allah
akan menguji manusia dengan SEDIKIT ujian. Ah, kalimat itu berbunyi; SEDIKIT!
Benarkah sedikit? Namun mengapa saat ditimpa kesusahan, rasanya hidup
dilingkupi kesukaran tiada ujung, seakan-akan tak pernah merasakan kebahagiaan
sama sekali. Padahal Allah berfirman, Ia hanya menguji manusia dengan SEDIKIT
ujian. Apakah ini majas? Ataukah hati manusia yang begitu sempit hanya melirik
pada hidup yang pelik, lalu alpa pada karunia yang sebenarnya lebih terlimpah?
Ini harusnya BERSAMA bukan sesudah. via: http://riahidayah.blogspot.co.id/2012/04/bersama-kesulitan-ada-kemudahan.html
Begitulah
Imam Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat tersebut, bahwa yang dimaksud bi-syay-in yang secara harfiah bermakna
sesuatu adalah sedikit. Sementara itu di ayat yang lain,
“Karena
sesungguhnya, bersama kesulitan itu
ada kemudahan. Sungguh, bersama
kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS.
Asy-Syarh: 5-6)
Allah
tegaskan bahwa BERSAMA kesulitan ada kemudahan. Kata KESULITAN dinarasikan
dalam bentuk makrifat, atau sudah diketahui. Bentuk kesulitan itu sudah diketahui. Mudah ditebak! Ia bisa berupa
dililit utang, ditinggal yang disayangi, dan semacamnya. Intinya, bentuk
kesulitan itu mudah ditebak.
Sedangkan
KEMUDAHAN dinarasikan dalam bentuk nakirah atau bentuknya ragam – macam –
banyak – tak tentu.
Artinya, kemudahan yang datangnya bersamaan
dengan kesulitan itu bentuknya bisa BERMACAM-MACAM!
Seorang yang
terlilit utang, kemudahan yang Allah berikan bisa berupa mendapat rezeki,
pemberi utang mengikhlaskan atau melupakan, mendapatkan tangguh pembayaran, dan
lain-lain. Allah menguji manusia dengan
SEDIKIT ujian. Satu kesulitan dengan beragam kemudahan.
Muncul
pertanyaan. Mengapa manusia sering kali lebih terpusat pada kesulitan yang
dihadapi? Dan (merasa) tiada sama sekali kemurahan Tuhan menghampirinya.
Mengapa? Apakah karena hati terlalu terkungkung oleh sangka buruk pada ALLAH,
hingga segala yang di sekelilingnya pun tidak ada yang dianggap kebaikan?
Yang muda, yang berTAKWA. via: https://m.ask.fm/difaaltira/best
Duhai Allah,
jauhkan kami dari berburuk sangka kepada-Mu.
Karena
berbaik sangka pada Allah, adalah PINTU bagi datangnya sikap-sikap mulia
lainnya. Seorang hamba dapat bersabar karena ia bersangka baik dan berkeyaninan
Engkau menghendaki kebaikan di balik setiap ujian.
Seorang
hamba yang bersyukur di tengah setiap praharanya adalah karena ia bersangka
baik, bahwa segala yang dikehendaki Allah adalah kebaikan. Sekali lagi, baik
sangka kepada Allah adalah pintu pembuka agar sifat-sifat mulia lainnya dengan
ringan kita lakoni. Dengan izin Allah.
Kewajiban
seorang hamba adalah menjadikan segala nikmat sebagai piranti ibadah. Untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Bukan tentang banyak atau sedikit -bahkan sedikit
atau banyak itu hanya hitungan sempit manusia- Karena semuanya milik Allah,
akan kembali kepada Allah.
“...Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS.
Al-Baqarah: 155)
Pada surah
Al-Baqarah 155 manusia diuji dengan sedikit ketakutan dan kelaparan. Kedua hal
yang menandakan perasaan hati tertekan oleh ancaman dan rasa kekurangan. Namun
di kalangan manusia ada yang diberikan kabar gembira. Ialah mereka yang
bersabar.
“...(yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan innaa lillaahi wa
innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah
kami kembali)”.
Semoga kita termasuk dari mereka. via: https://minviyla15.wordpress.com/2015/04/03/bila-tertimpa-musibah/
Merekalah
yang diberi kabar gembira oleh Allah yang menghibur dirinya saat ditimpa ujian
ketertekanan dan kekurangan, bahwa dirinya hanyalah milik Allah. Ketertekanan
hati yang merasa terancam adalah karena merasa sendiri maka ia bersegera
mengembalikan semuanya kepada Allah. Diri ini milik Allah, yang tak memiliki
daya upaya kecuali dengan kekuasaan-Nya. Lenyaplah perasaan ketakutan dan
keterasingan, karena hati yakin dibersamai Tuhan Pencipta Semesta Alam. Kita tak pernah sendiri.
Mereka yang
bersabar pun menghibur diri saat merasa
kekurangan. Dirinya milik Allah. Bahkan yang dirasa kurang pun adalah milik
Allah. Dia berkuasa memberi atau mencabut. Kita hanya dititipi.
“jika salah
seorang hamba ditinggal wafat oleh anaknya, Allah bertanya kepada malaikat-Nya,
‘Apakah kalian telah mengambil nyawa anak dari hamba-Ku?’ Para malaikat pun
menjawab, ‘Ya.’ Allah bertanya kembali, ‘Apakah kalian telah mengambil nyawa
buah hati dari hamba-Ku?’ Para malaikat pun menjawab, ‘Ya’. Kemudian Allah
bertanya, ‘Lalu apa yang dikatakan oleh hamba-Ku itu?’ Para malaikat pun
menjawab, ‘Ia memuji-Mu (bertahmid) dan mengucapkan inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.’ (sesungguhnya kami adalah
milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali). Kemudian Allah berfirman, ‘Dirikanlah sebuah rumah untuk hamba-Ku itu
di dalam surga, dan namakanlah rumah tersebut ‘rumah pujian’.” (HR.
Tirmidzi)
Inilah kabar
gembira yang dimaksud pada ujung ayat QS. Al-Baqarah: 155, “... dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Apakah itu
digantikan dengan yang lebih baik, seperti yang dirasakan oleh Ummu Salamah
ketika ditinggal wafat oleh suaminya, kemudian ia dinikahi oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi assalaam. Atau juga
diberi pahala yang melimpah. Dan bisa juga keduanya, diberi pahala yang
melimpah dan diganti dengan yang lebih baik.
Crayon Untuk Pelangi Sabarmu ---karena kesabaran perlu terus diteguhkan, ~Natisa
–penerbit; PT.elex media komputindo.
Allah rindu pada hamba-Nya. via: http://familidrharif.blogspot.co.id/2013/03/ujian-tanda-sayang.html
-------Jakarta, 19 Oktober 2015-------
menanti 'Ashar
0 komentar:
Posting Komentar