Bismillah..,
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “tidaklah
kalian akan masuk surga dengan (lantaran) amalan kalian, melainkan dengan
Rahmat Allah Ta’ala”, shahabat bertanya, “bagaimana dengan engkau ya
Rasulallah.?”, “aku pun masuk surga bukan
sebab amalan ku, tapi karena Rahmat dari Allah”, jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari – Muslim)
Allah menyuruh kita melakukan ‘anu’ dan
meninggalkan ‘anu’ itu bukan untuk kepentingan Allah, tetapi untuk kepentingan
kita sendiri. Berbeda dengan para atasan2, bos2, dimana mereka menyuruh
bawahannya karena mereka butuh.
Dalam sebuah hadits qudsi;
“Wahai
para hamba-Ku, seandainya kalian semuanya bangsa jin dan manusia dari awal
sampai akhir berkumpul, dan menjadi manusia
yang paling bertakwa, sungguh ketakwaan kalian tidak akan menambah
kemuliaan-Ku (Allah). Wahai para hamba-Ku, seandainya kalian semuanya bangsa
jin dan manusia dari awal sampai akhir berkumpul, dan menjadi manusia paling
kafir, sungguh kekafiran itu tidak akan mengurangi kemuliaan-Ku (Allah)” (HR. Muslim)
Bayangpun,.! Sudah ada belum ya, sensus penduduk
bumi dari Nabi Adam ‘alaihissalam
sampai sekarang,. Bukan hanya manusia saja tapi juga bangsa jin. Lebih2 ini,
survey bangsa jin kan uangeell’e #susah’e,,
poll. Semuanya menjadi manusia yang paling bertakwa. Siapa manusia yang paling
bertakwa.? Yaitu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Tingkat ketakwaan yang tidak tertandingi. Atau menjadi
manusia paling kafir. Misal kayak
Fir’aun,. Yang tingkat ke-kafirannya sampai ngaku-ngaku sebagai Tuhan. Itu
semuanya tidak akan berpengaruh pada kekuasaan/kemuliaan Allah Tabaroka
wata’ala. Mau kafir ataupun takwa, Allah tetaplah Maha Kuasa, tetaplah Maha
Mulia. Stabil,. Tidak berkurang ataupun bertambah sedikitpun disebabkan amal
manusia.
Kalau orang yang beramal dengan takwa, bahkan
takwanya itu setingkat para Nabi dan Rasul pun belum tentu masuk surga, apa maning orang tidak beramal.??
#Logika. Orang mungkin ada yang protes, “lha kalo beramal aja belum tentu masuk
surga, kan podho bae dengan yang tidak beramal. Ngapain capek2 beramal kalo’ tidak
ada jaminan masuk surga.?”
Begini ceritanya,. Semua hal itu selalu ada
sebab-nya. Bagaimana orang itu bisa mendapatkan ilmu.? Ya berusaha
mendapatkannya, #belajar. Bagaimana orang itu bisa menjadi kaya.? Ya berusaha
mendapatkannya, #bekerja. Sama halnya dengan Rahmat Allah, itu bisa didapatkan
ya dengan diusahakan. Perkara nanti mendapatkannya atau tidak, yang penting
berusaha. Karena orang yang belajar pun tidak semuanya menjadi pintar, dan yang
bekerja pun tidak semuanya menjadi kaya. Wajibnya adalah berusaha.
So, Rahmat Allah itu perlu
diusahakan. Caranya.?
Misal; seorang pegawai, ingin mendapatkan
haknya, dihargai atasannya, caranya gimana??
Ya mentaati peraturan di perusahaannya. lalu misalkan lagi, seandainya di
perusahaan tersebut ada 100 orang pegawai, pada rajiiiin semua. Standar rajin
lah.., tapi ada satu orang yang rajinnya itu lebih dari yang lain,. Nah, ketika
suatu saat perusahaan hendak memberikan bonus, kira2 pada siapakah bonus
tersebut akan diberikan,?? Bisa dianalisa dan ditemukan jawaban-nya sendiri
kan...,,
Begitulah Rahmat Allah. Bisa didapatkan bila
kita mengusahakannya, dan mengharapkannya dengan sungguh2. Usahanya dengan cara
bagaimana.? Ya dengan mengamalkan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Dan
juga Rahmat-Nya yang istimewa, bisa didapat bila kita mendekatkan diri,
sedekat-dekatnya kepada Allah. Misal; seorang guru, biasanya akan memperlakukan
istimewa seorang murid yang paling dekat dengannya. Ketika nilai murid
kesayangannya mengalami keanjlokan, maka akan ada pertimbangan2 khusus lainnya.
Kan aspek penilaian itu ada bermacam2 selain dari hasil belajar tertulis, ada
kesopanan, kerajinan, dll. Dulu waktu saya SMK, kan saya ikutan ROHIS,. Nah
yang jadi pembina-nya itu adalah guru2 agama. Otomatis lah saya dekat dengan
ibu guru agama. Karena sering komunikasi, rapat-lah, minta tanda tangan
proposal-lah, dll. Waktu lulusan, saya heran, kog nilai saya melebihi perkiraan saya, hehe. Jadi, ya pinter2 kita
pe-de-ka-te sama Allah.
Lalu, ada yang merasa bingung ketika menemukan
QS.Az-Zukhruf : 72
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu
disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.."
Tuwh, di Al-qur’an katanya surga ditentukan oleh
amal, sedangkan Rasulullah bilang surga ditentukan oleh Rahmat Allah.??
Tidak akan ada yang namanya hadits dan qu’an itu
saling menyelisihi. Pengertian ayat tersebut di atas adalah amal shaleh yang
kita kerjakan itu hanya sebagai sebab masuk surga, bukan sebagai ganti surga.
Sebab dengan amal shaleh, Allah akan memberikan Rahmat-Nya, sehingga memasukkan
kita ke dalam surga. Tetap lah Allah yang menjadi penentu seseorang mendapatkan
surga atau tidak. Seseorang ingin makan semur jengkol di warung nasi padang,.
Ya usaha, datangi dulu warung-nya. Perkara keinginannya tersebut terpenuhi atau
tidak, belum bisa dipastikan. Bisa jadi sudah habis, atau sedang tidak buat,
atau warungnya tutup. Dan tentu, Allah tidak akan menyia2 kan setiap usaha dari
seorang hamba.
Allah-lah yang menentukan amal shaleh itu
diterima atau tidak, dan berarti pula apakah Allah akan memberikan Rahmat-Nya
atau tidak.
Sebuah amal perbuatan bisa dikatakan sebagai
amal shaleh apabila mencukupi 2 aspek. Yaitu; ikhlas, dan mengikuti tuntunan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebuaaanyaakkkk apa pun amal, jika tidak ada keikhlasan di hatinya, maka akan
sia-sia. Atau seikhlaaaassss apa pun hati, namun jika amal-nya tersebut tidak
sesuai bahkan menyelisihi tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,, ya percuma saja. Tertolak.!
Jadi, marilah bersama meningkatkan takwa (dengan
niat dan cara yang benar), agar Allah menurunkan Rahmat-Nya kepada kita semua. Agar
kelak Allah berbelas kasih kepada kita, dan tidak memasukkan kita ke dalam api
neraka, melainkan mengumpulkan kita di dalam surga-Nya. Amiiiin.
Semoga bermanfaat.
Disarikan dari kajian radio via online, 8
Desember 2014
----Jakarta, 9 Desember 2014-----
Meja kerja, 09;16
0 komentar:
Posting Komentar