Selasa, 09 Desember 2014

Tiket Surga_kajian*radio

Posted by Nis |

Bismillah..,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “tidaklah kalian akan masuk surga dengan (lantaran) amalan kalian, melainkan dengan Rahmat Allah Ta’ala”, shahabat bertanya, “bagaimana dengan engkau ya Rasulallah.?”, “aku pun masuk surga bukan sebab amalan ku, tapi karena Rahmat dari Allah”, jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari – Muslim)

Allah menyuruh kita melakukan ‘anu’ dan meninggalkan ‘anu’ itu bukan untuk kepentingan Allah, tetapi untuk kepentingan kita sendiri. Berbeda dengan para atasan2, bos2, dimana mereka menyuruh bawahannya karena mereka butuh.

Dalam sebuah hadits qudsi;
“Wahai para hamba-Ku, seandainya kalian semuanya bangsa jin dan manusia dari awal sampai akhir berkumpul, dan menjadi manusia  yang paling bertakwa, sungguh ketakwaan kalian tidak akan menambah kemuliaan-Ku (Allah). Wahai para hamba-Ku, seandainya kalian semuanya bangsa jin dan manusia dari awal sampai akhir berkumpul, dan menjadi manusia paling kafir, sungguh kekafiran itu tidak akan mengurangi kemuliaan-Ku (Allah)” (HR. Muslim)

Bayangpun,.! Sudah ada belum ya, sensus penduduk bumi dari Nabi Adam ‘alaihissalam sampai sekarang,. Bukan hanya manusia saja tapi juga bangsa jin. Lebih2 ini, survey bangsa jin kan uangeell’e #susah’e,, poll. Semuanya menjadi manusia yang paling bertakwa. Siapa manusia yang paling bertakwa.? Yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tingkat ketakwaan yang tidak tertandingi. Atau menjadi manusia paling kafir. Misal kayak Fir’aun,. Yang tingkat ke-kafirannya sampai ngaku-ngaku sebagai Tuhan. Itu semuanya tidak akan berpengaruh pada kekuasaan/kemuliaan Allah Tabaroka wata’ala. Mau kafir ataupun takwa, Allah tetaplah Maha Kuasa, tetaplah Maha Mulia. Stabil,. Tidak berkurang ataupun bertambah sedikitpun disebabkan amal manusia.

Kalau orang yang beramal dengan takwa, bahkan takwanya itu setingkat para Nabi dan Rasul pun belum tentu masuk surga, apa maning orang tidak beramal.?? #Logika. Orang mungkin ada yang protes, “lha kalo beramal aja belum tentu masuk surga, kan podho bae dengan yang tidak beramal. Ngapain capek2 beramal kalo’ tidak ada jaminan masuk surga.?”


Begini ceritanya,. Semua hal itu selalu ada sebab-nya. Bagaimana orang itu bisa mendapatkan ilmu.? Ya berusaha mendapatkannya, #belajar. Bagaimana orang itu bisa menjadi kaya.? Ya berusaha mendapatkannya, #bekerja. Sama halnya dengan Rahmat Allah, itu bisa didapatkan ya dengan diusahakan. Perkara nanti mendapatkannya atau tidak, yang penting berusaha. Karena orang yang belajar pun tidak semuanya menjadi pintar, dan yang bekerja pun tidak semuanya menjadi kaya. Wajibnya adalah berusaha.

So, Rahmat Allah itu perlu diusahakan. Caranya.?

Misal; seorang pegawai, ingin mendapatkan haknya, dihargai atasannya, caranya gimana?? Ya mentaati peraturan di perusahaannya. lalu misalkan lagi, seandainya di perusahaan tersebut ada 100 orang pegawai, pada rajiiiin semua. Standar rajin lah.., tapi ada satu orang yang rajinnya itu lebih dari yang lain,. Nah, ketika suatu saat perusahaan hendak memberikan bonus, kira2 pada siapakah bonus tersebut akan diberikan,?? Bisa dianalisa dan ditemukan jawaban-nya sendiri kan...,,

Begitulah Rahmat Allah. Bisa didapatkan bila kita mengusahakannya, dan mengharapkannya dengan sungguh2. Usahanya dengan cara bagaimana.? Ya dengan mengamalkan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Dan juga Rahmat-Nya yang istimewa, bisa didapat bila kita mendekatkan diri, sedekat-dekatnya kepada Allah. Misal; seorang guru, biasanya akan memperlakukan istimewa seorang murid yang paling dekat dengannya. Ketika nilai murid kesayangannya mengalami keanjlokan, maka akan ada pertimbangan2 khusus lainnya. Kan aspek penilaian itu ada bermacam2 selain dari hasil belajar tertulis, ada kesopanan, kerajinan, dll. Dulu waktu saya SMK, kan saya ikutan ROHIS,. Nah yang jadi pembina-nya itu adalah guru2 agama. Otomatis lah saya dekat dengan ibu guru agama. Karena sering komunikasi, rapat-lah, minta tanda tangan proposal-lah, dll. Waktu lulusan, saya heran, kog nilai saya melebihi perkiraan saya, hehe. Jadi, ya pinter2 kita pe-de-ka-te sama Allah.

Lalu, ada yang merasa bingung ketika menemukan QS.Az-Zukhruf : 72

 وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ


"Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.."

Tuwh, di Al-qur’an katanya surga ditentukan oleh amal, sedangkan Rasulullah bilang surga ditentukan oleh Rahmat Allah.??

Tidak akan ada yang namanya hadits dan qu’an itu saling menyelisihi. Pengertian ayat tersebut di atas adalah amal shaleh yang kita kerjakan itu hanya sebagai sebab masuk surga, bukan sebagai ganti surga. Sebab dengan amal shaleh, Allah akan memberikan Rahmat-Nya, sehingga memasukkan kita ke dalam surga. Tetap lah Allah yang menjadi penentu seseorang mendapatkan surga atau tidak. Seseorang ingin makan semur jengkol di warung nasi padang,. Ya usaha, datangi dulu warung-nya. Perkara keinginannya tersebut terpenuhi atau tidak, belum bisa dipastikan. Bisa jadi sudah habis, atau sedang tidak buat, atau warungnya tutup. Dan tentu, Allah tidak akan menyia2 kan setiap usaha dari seorang hamba.

Allah-lah yang menentukan amal shaleh itu diterima atau tidak, dan berarti pula apakah Allah akan memberikan Rahmat-Nya atau tidak.


Sebuah amal perbuatan bisa dikatakan sebagai amal shaleh apabila mencukupi 2 aspek. Yaitu; ikhlas, dan mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuaaanyaakkkk apa pun amal, jika tidak ada keikhlasan di hatinya, maka akan sia-sia. Atau seikhlaaaassss apa pun hati, namun jika amal-nya tersebut tidak sesuai bahkan menyelisihi tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,, ya percuma saja. Tertolak.!

Jadi, marilah bersama meningkatkan takwa (dengan niat dan cara yang benar), agar Allah menurunkan Rahmat-Nya kepada kita semua. Agar kelak Allah berbelas kasih kepada kita, dan tidak memasukkan kita ke dalam api neraka, melainkan mengumpulkan kita di dalam surga-Nya. Amiiiin.




Semoga bermanfaat.


Disarikan dari kajian radio via online, 8 Desember 2014





----Jakarta, 9 Desember 2014-----
Meja kerja, 09;16






0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger