Bismillah.,,
Langit cerah, memayungi perjalanan pagi ini menuju ta’lim. Agak
kesiangan, parkiran motor sudah hampir penuh,. Alhamdulillah masih ada sela
untuk 2motor, #langsung sikat. Setelah parkir, “ah, deketin pak parkir ah...”
hehe. “Pak, beli susu kacang kedelai, dimana ya pak.?”, tanya saya. Bapaknya
nolah-noleh, kayak bingung, “susu kedelai.?”, beliau balik bertanya. Saya,
“iya, pak”. Masih nolah-noleh, lalu akhirnya beliau kembali kepada kesadaran
beliau, dan menunjukkan tempat yang jual susu kedelai. Tadi kayaknya bapaknya
agak terpesona sama saya, jadinya grogi., badahal slayer penutup muka masih nempel
di wajah saya sodara-sodara.., #ahahahaaaaii, bercanda.!
Bapak2 penjual sule #susu kedele, ternyata merangkap sebagai
penjual pukis juga, kalau di jogja saya paling suka pukis di pasar Pakem, manisnya
pass.. Ah, tapi saya penginnya sule,, “pak, ini berapaan ya pak.?”, dengan
slayer belum saya lepas, agak ragu apa bapaknya yang berjenggot lebat itu dengar
atau tidak, beliau sibuk dengan pukisnya. “empat ribu,” jawab bapaknya singkat,
tanpa melihat saya, hanya sekilas melirik sule yang saya tunjukkan. Ahhaii
manisnya,, tiap minggu saya kangen dengan orang2 yang ghodul bashor di kajian ini. Hhemmm.
Dua lembar uang dua ribuan, saya letakkan di sisi kosong meja
beliau, “ini ya pak,.”. Langsung ngacir, ke ruangan. Alhamdulillah spot favorit,
pojokan deket pintu, masih kosong. Sudut yang aman dan nyaman,, kelihatan
ustadznya #lewat proyektor, dan bisa nyender.. hehe. Waduhh, kue-nya #sangu
dari rumah, masih nyantol di motor,. Ambil ah.. Nyamm.,, ssruuuttt..,,
kue+sule, menjaadi pengisi kekosongan perut,, alhamdulillah.
“Um,? ada orangnya gak.?” Seorang ibu2 menanyakan apakah disamping
saya ada orangnya. Umm.??? Beliau mengira saya sudah jadi ibu, sepertinya.
Saya, “Belum”, teriring senyum. Beliau pun duduk, dan ngobrol pun tak dapat
dihindarkan. Saya menceritakan tentang kajian di Masjid Mujahidin yang
lokasinya tak jauh dari masjid Ar-Rahmat, setiap Ahad. Rasanya sedikit mak
nyless di hati, saat beliau memberikan nasehat, sama seperti yang
dikatakan oleh Ummu Aisyah yang saya
temui di ta’lim Masjid Mujahidin,. Mengenai pemahaman Ahlussunnah. Perhatian
mereka berdua agar jangan sampai salah jalan. Dikarenakan banyak yang
penampilannya seperti ahlussunnah, namun sebenarnya adalah syi’ah. So,
pandailah memilah dan memilih. Hmm pagi ini jama’ahnya subhanallah,,
buanyaakkk.., sampe gak muat di ruangan, desak2 an, luber sampai keluar.
-------------------------------------------
Masjid Ar-Rahmat, -Slipi
Sabtu, 13 Desember 2014
Wanita-wanita penghuni neraka
oleh Ust. Ahmad Zainuddin
“Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati
mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas
dipan-dipan".
(QS: Al-Hijr Ayat: 47)
Dalam muqodimah beliau, Ustadz cukup berhasil membuat mata2 kami
basah, hati pun resah dalam muhasabah. Hmm menceritakan tentang kegembiraan
orang-orang di dalam surga dikarenakan bertemu lagi dengan teman2 mereka
sewaktu di dunia. Hhmmm waktu itu saya pulang kampung, setelah kurang lebih
hampir setahun saya merantau ke Bekasi selepas lulus kuliah. Maen-lah saya ke
asrama #Al-Mahfudz. Tempat dimana saya dan penghuni2 lainnya merajut ukhuwah,
bersama di jalan dakwah, dibawah naungan Ulil yang megah berkubah., Rasanya
sangat subhanallah,, ketika bertemu lagi dengan mereka, teman lama. Salam dan
pelukan mesra, menandakan mereka sama, kangen sama saya.. #hha..
Di dunia, dengan sesama manusia saja betapa kita rindu untuk
bertemu. Bahagia tiada tara kala berjumpa. Bagaimanakah saat nanti kita
berjumpa dengan Allah. Tidak ada nikmat yang paling besar di surga selain
nikmat melihat Allah Ta’aalaa. Allah yang memberikan apa saja yang kita minta,
bahkan yang tidak kita minta. Dzat yang kita sujud kepada-Nya, yang kita
berdo’a kepada-Nya, yang menciptakan kita dari tidak ada menjadi ada. Dzat yang
setiap kita dalam keadaan sulit, kita mengadu, menangis, meminta pertolongan
pada-Nya. Kita bangun malam hari, meninggalkan kelezatan bermimpi, untuk
menemui-Nya. Kita selalu sebut nama-Nya. Dzat yang kita meninggalkan sesuatu
karena-Nya, dan kita melakukan sesuatu pun karena-Nya. Nama-Nya selalu kita
sebut, di kala duka maupun bahagia. Meski belum pernah kita melihat-Nya. Rabb
kita., tiadakah hati kita rindu kepada-Nya.,?
Rindu kepada Allah adalah tanda keimanan yang paling besar.
Lalu dikemukakan alasan, kenapa
membicarakan surga dan neraka.? Para liberalism, kadang mencela, “Ceramah
hanya menakut-nakuti manusia.! Atau hanya memberikan angan2, keindahan2 yang masih
belum nyata.!”. Hati-hati mbak/mas,, ucapan seperti itu bisa mengeluarkan
seseorang dari keislaman.. why.?! Sebab telah menghina syari’at islam!. Hmm,
neraka sendiri disebutkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, dan segala yang ada di
kitabullah #Al-Qur’an itu adalah syari’at bagi umat Islam. Di antara ayat2 yang
menyebutkan-nya adalah; QS. Al-Lail :
14-15, QS. At-Tahrim : 6, QS. Al-Baqarah : 24.
Alasan berikutnya, mengapa
kita membicarakan masalah surga dan
neraka adalah; karena kita ingin mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Para shahabat mengutarakan, bahwa apabila Rasulullah menceritakan
tentang neraka/surga, seolah-olah mereka melihatnya,, saking detaiiiiil-nya
penjelasan dari beliau.
Adanya surga dan neraka, adalah agar timbul raja’ (harap) dan khauf
(takut). Dengan begitu, berdo’alah kita kepada Allah, agar dijauhkan dari
neraka dan dimasukkan ke dalam surga. Jadi, beribadah dengan mengharap surga
dan menjauhi neraka sebenarnya tidak lah mengapa. Rasulullah pun menyuruh kita
agar berlindung dari api neraka,
“Bentengi diri kalian dari api neraka, meskipun hanya dengan
bersedekah dengan setengah butir kurma” (HR
Bukhari)
Begitupun Rasulullah memerintahkan kita untuk berdoa agar
mendapatkan surga. Dalam satu riwayat, Rasulullah mengarahkan jika kita meminta
surga, agar meminta surga yang tertinggi yaitu surga Firdaus. Jadi, penting
dibahas mengenai surga dan neraka, untuk menambah keimanan, dan meningkatkan
takwa kita kepada Allah Ta’aalaa.
Semakin sulit suatu ibadah itu dikerjakan, maka semakin besar pula
nilainya di sisi Allah. Salah satu nama Allah adalah As-Syakiir, yaitu
berterima kasih (bersyukur) atas orang2 yang beramal meskipun sedikit. Mungkin amalannya
kecil, namun nilainya besaaarrrr.
Berkata syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah, ‘di dunia ada sebuah surga,
siapa yang belum pernah merasakan surganya dunia, maka dia tidak akan masuk ke surga
akherat’.
Maksudnya,? -> kenikmatan yang paling nikmat (seolah2 bagaikan
surga), adalah saat kita beribadah dalam keadaan yang sangaat suliiit. Yang
rasanya itu beraaatt untuk melakukannya. Misal, kita pulang kemaleman habis
dari kegiatan up-grading di pantai Kute misalnya. Sampai di asrama jam 3 malam.
Tepar-lah kita, bobok.. Tak berapa lama kemudian, terdengar-lah adzan, waktunya
shalat subuh. Alarm juga berbunyi nguing2. Tapi rasanya itu masih cuapeeekkkk
buangettt. Rada2 puyeng,. + nguantukk berat. Matanya lengkettt,, susah dibuka. Badan
pun rasanya lemah lunglai, tak bertenaga. Di saat seperti itulah, lalu kita
mengumpulkan kekuatan, bangun, berwudhu, kemudian jalan ke Ulil. Meskipun beberapa
kali tersandung, sebab jalan sempoyongan, tetap mendatangi masjid untuk menegakkan
shalat. Itulah nikmattt,, super nikmattt, yang disebut sebagai surga-nya dunia.
Cerita lain, mungkin di saat tanggal2 tua, gajian sudah tinggal
sisa-sisa. Seorang teman mendekat, dan berkata, “boleh gak aku pinjam uang, gocap.,
buat beli susu anak-ku, udah 3 hari anak-ku tak kasih air tajin... susunya
sudah habis, belum punya uang buat beli”. Bagaimanakah perasaan anda
sodara-sodara. Sementara di dompet, uang tersisa dua lembar, yaitu gocapan dan
sepuluh ribuan. Tanggal gajian masih 3-4 hari ke depan. Lalu dengan hati
bergejolak, kita ambil si uang gocapan, menyerahkannya ke teman kita, “ini,
buruan beli obatnya, semoga anakmu lekas sembuh ya.,” #jadi salah ngomong.!,. dalam hati, “ah, besok
numpang makan ke tempat kakak”. Subhanallah... rasanya itu, mak nyoosss.
-bersambung.,, insyaAllah-
Dari
kajian di Masjid Ar-Rahmat, Slipi (13 Des’14) dengan beberapa tambahan.
-----Jakarta, 18 Desember 2014-----
Jam makan siang,
0 komentar:
Posting Komentar