Rabu, 10 Desember 2014

Islam dan Hadits

Posted by Nis |

 

Bismillah..,

Islam itu sungguh luarbiasa. Islam memberikan ajaran kepada manusia secara menyeluruh, sempurna. Dari hal terkecil pun diajarkan,  yang itu semua tidak diajarkan oleh agama lain. Yaitu bahkan buang air pun ada adab2-nya. Apa ada agama lain yang mengajarkan tentang buang air.?

Itu lah,, perkara yang kecil saja diperhatikan, apa lagi yang besar.? Apa lagi dalam mencari jodoh.. waduuh bahaya, bisa salah pilih nanti kan,.?! :D

Perkara lain, misalkan makan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan untuk menggunakan tangan kanan ketika makan. Ada perbedaan di sini, antara orang yang makan dengan tangan kanan dikarenakan budaya/kebiasaan dengan yang tahu sebab hadits. Kebiasaan karena dari kecil dibiasakan oleh orang tuanya, “dede’, kalo makan pake tangan,, cantik”, “menerima pake tangan cantik”, “memberi pake tangan cantik”, #ini yg nulis juga cantik... :D dll. Hanya dikarenakan kebiasaan, suatu saat bisa dengan mudah menyepelekan-nya ketika kebiasaan tersebut dilanggar. Beda hal nya dengan orang yang sudah membaca hadits. Bukan dianggapnya sebagai kebiasaan, melainkan sebuah aturan.!

Beda dong,, bobotnya. Berbobot yang mana,?? Tentu yang pake ilmu.,,

Banyak orang yang menyepelekan masalah ini. Makan dengan tangan kiri itu menyerupai setan. Makan bakso sama kerupuk, kerupuknya di tangan kiri. “ah, kalau pake tangan kanan juga kan rempong,,”. Minum es juga kadang pake tangan kiri. Manusia memang kadang suka aneh. Jika diserupakan dengan syaithon, tidak mau. “hai, kaki kau ini kayak kaki setan,”, marah gak.? “kau nih, macam anak setan.!”, nesu ora.?? Diserupakan seperti itu tidak mau, tapi melakukan perbuatan2nya setan enteng saja. Macem mana lah.!

Dalam agama ada perintah dan larangan, yang masing2 memiliki hikmah untuk pribadi umat itu sendiri. Setiap hal yang dilarang, pasti dikarenakan adanya madhorot dari hal tersebut, meskipun ada manfaatnya. Misal, maling. Maling itu ada manfaatnya gak? Ada. Jangan salah,, karena adanya maling, maka ada polisi, ada KPK yang menangkap maling2 negara, sehingga menyerap tenaga kerja, membuka lapangan pekerjaan, mengurangi pengangguran. Tapi tidak boleh, “ah, maling banyak manfaatnya, aku jadi maling aja lah,.”. Tidak boleh seperti itu,! Madharat yang ditimbulkan akibat maling, lebih besar dari manfaatnya tersebut, bisa menimbulkan kerusakan yang besar di masyarakat. Terganggunya keamanan dan kenyamanan, keadaan jadi tidak kondusif, de-es-be. Itulah mengapa sesuatu itu dilarang, karena madharat lebih besar daripada manfaat. Wallahu a’lam.


Mengenai ibadah;

Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah mempersaudarakan Salman dan Abu Darda’. Suatu saat Salman mengunjungi –saudaranya- Abu Darda’. Ketika itu Salman melihat istrinya, Ummu Darda’, dalam keadaan tidak mengenakkan. Salman pun berkata kepada Ummu Darda’, “Kenapa keadaanmu seperti ini?” “Saudaramu, Abu Darda’, seakan-akan ia tidak lagi mempedulikan dunia”, jawab wanita tersebut. Abu Darda’ kemudian datang. Salman pun membuatkan makanan untuk Abu Darda’. Salman berkata, “Makanlah”. “Maaf, saya sedang puasa”, jawab Abu Darda’. Salman pun berkata, “Aku pun tidak akan makan sampai engkau makan.” Lantas Abu Darda’ menyantap makanan tersebut. 

Ketika malam hari tiba, Abu Darda’ pergi melaksanakan shalat malam. Salman malah berkata pada Abu Darda’, “Tidurlah”. Abu Darda’ pun tidur. Namun kemudian ia pergi lagi untuk shalat. Kemudian Salman berkata lagi yang sama, “Tidurlah”. Ketika sudah sampai akhir malam, Salman berkata, “Mari kita berdua shalat.” Lantas Salman berkata lagi pada Abu Darda’, Sesungguhnya engkau memiliki kewajiban kepada Rabbmu. Engkau juga memiliki kewajiban terhadap dirimu sendiri (yaitu memberi supply makanan dan mengistirahatkan badan, pen), dan engkau pun punya kewajiban pada keluargamu (yaitu melayani istri, pen). Maka berilah porsi yang pas untuk masing-masing kewajiban tadi. Abu Darda’ lantas mengadukan Salman pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau  bersabda, “Salman itu benar” (HR. Bukhari no. 968). Rumaysho.com 

Jadi, manusia itu memiliki fithrah dalam kehidupannya, untuk berumah tangga, beristirahat, makan-minum, bersosialisasi, dsb. Di sinilah keadilan Allah Tabaroka wa Ta’ala, yang memerintahkan kita untuk beribadah tanpa melalaikan fithrah dari manusia itu sendiri. 

Begitulah., masalah ibadah itu juga ada standarnya, ada aturannya. Ibadah ini disesuaikan dengan fithrah manusia. Kita tidak diperbolehkan berlebih-lebihan. Hal2 tersebut di atas bisa kita ketahui darimana.? Hadits.! Kita tidak akan bisa beribadah tanpa adanya hadits. Salah jika ada orang yang hanya meyakini Al-Qur’an saja, namun mengabaikan hadits. Di Al-Qur’an ada sekian banyak penyebutan shalat., namun rinciannya tidak disebutkan. Seperti berapa jumlah rakaatnya, tata caranya, dsb. Itu lah pentingnya hadits. Aplikasi2 dari praktek ibadah dan juga hal2 terkait larangan2. 

Al-Qur’an dan hadits tidak bisa dipisahkan. Jika ingin mengamalkan Al-Qur’an, hendaknya berpegang juga pada hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu bagaimana agar kita bisa tahu tentang hadits.? Ya belajar, membaca, duduk di majelis2 ilmu yang mengkaji masalah2 agama. Tidak melulu mengejar urusan dunia, akan tetapi melalaikan urusan akherat. Agar supaya amalan kita semakin sempurna, dan juga tidak menjadi sia-sia. Wallahu a’lam.


Semoga bermanfaat.


Disarikan dari kajian radio via online, 8 Desember 2014
Dengan beberapa tambahan.




----Jakarta, 10 Desember 2014----- 
Meja kerja, 13;03


0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger