Bismillah.,
Alhamdulillah...
Hari ini, Ahad 9 Nov 2014, pagi sekitar jam 8:00. Keponakan saya (Avivah)
yang melihat saya rapi dan bersiap2, “mau kemana Lek.?” tanya-nya. Saya, “mau
ke Slipi..”. “Ikuttt..!!”, avivah menyahutt. Saya, “jangan nduk.,, jauh..”. Percakapan
tersebut berujung pada tangisan Avivah yang ngotot pengen ikut saya. Saya
langsung ngacirrrr, tak lupa kissbye kepada avivah yang lagi nangis kejerr2, dan salam sebelum keluar rumah.
Ceritanya begini; rasa kangen saya yang buesaarrrr dan meluap2 sampe’
luberr kemana2 #lebay.com, keinginan untuk berkumpul lagi dengan saudara2
muslim dalam majelis ilmu sungguh begitu kuattnya. Rindu berat yang sudah lama
mengganggu, muter2 di hati dan pikiran beberapa lama dan saya merasa harus
segera dicarikan obatnya, akhirnya saya searching
di internet. ‘kajian salaf di Jakarta’. Meskipun saya belum tahu banyak tentang
seluk beluk jalan dan daerah di Jakarta, cari dulu deh pokokknya. Informasi yang saya dapat ternyata tidak sebanyak
yang saya bayangkan. Satu yang kayaknya perlu dicoba, adalah kajian salaf di
masjid mujahidin, daerah Slipi. Ada foto pamfletnya.
“Slipi,. Kayaknya gak terlalu
jauh deh.”, pikirku. Sekalian saja
tak cari peta denah lokasinya. Dipelajari, dicatat. Pada kesempatan lain, saya
tanyakan kepada kakak ipar saya, yang sudah banyak berpengalaman terhadap jalan
di Jakarta. Hmm.. rutenya tidak memerlukan banyak belak-belok. Jalan raya
tinggal luruuuusssss terus, jangan lewat di jalur busway. Itu sajalah kuncinya.
Belum adanya SIM dan plat nomor yang masih plasu
#belum keluar yg aslinya, padahal sudah hampir setahun., membuat kakak saya
agak khawatir. Ssstt.,! mereka tidak tahu,,, bahwasanya dulu saya dijuluki
sebagai pembalap di asrama putri, Asrama Al-Mahfudzh.., hehe..
Hmmm,,. Setelah bertanya sebanyak 2x, pertama kepada pak sopir
taksi, kedua sama pak satpam, dan berpatokan dengan ‘seberang RS.Harapan Kita,
Slipi’. Alhamdulillah.... sampai.!
Alhamdulillah... alhamdulillah... alhamdulillah...
Sempat bingung masalah pintu masuk-nya, Alhamdulillah ketemu juga.
Pintu yang bertutup kain.. begitu tak buka.... “subhanallah.!!!” Akhwatnya
cadaran semua sodara-sodara....!! hitam-hitam,. Weiss.... saya juga hitam sih pake almamater takmir, jilbab biru,
rok hitam, seperti gaya saya biasanya.. :D
Bukan saya namanya kalo’ gak
cuek2 bebek. Mencari tempat duduk, saya merapatkan diri ke tembok dekat
jendela. Tak lama, banyak yang datang. Tak sedikit yang menyapa saya hangat,
menjabat tangan, dan berucap salam. Hmmm sejenak meresapi suasana ketika itu..,
mak nyeesss..rasanya.
Berikut adalah oleh2, yang tertuang di catatan kecil saya.
-----------------------------------------------------------------------------
#Masjid Al-Mujahidin – Slipi
09/11/2014
Pemateri; Ust. Abu Usamah Abdurrahman
Tema; Ilmu adalah bekal menghadapi segala problema
Perlu saya sampaikan, saat ta’lim, ikhwan dan akhwat berada di
ruangan terpisah. Ikhwan di lantai atas, sedangkan akhwatnya di lantai satu Masjid Ar-Rahmat. Para akhwat mendengarkan suara Ustadz lewat pengeras suara. Hmm
kadang terjadi saingan antara suara Ustadz dengan tangisan anak2 kecil yang
dibawa oleh ibunya yang sedang ta’lim juga. Anak2nya lucu2.,, masih kecil tapi
sudah dipakaikan jilbab lebar, semacam dengan jilbab uminya yang cadaran. Hmmm
terlihat tambah imuuuttt2.,, :D
Dibuka oleh MC, yang mana beliau mengingatkan kepada para jama’ah
untuk tetap menjaga dan memperkokoh tali cinta kasih antar sesama, dengan
menebarkan salam. Beliau menyampaikan hadits tentang salam.
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam beliau bersabda : Kalian tidak akan masuk Jannah sampai kalian
beriman dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah
kalian aku tunjukkan apa yang bisa membuat kalian saling mencintai? Para
Shahabat berkata : “Tentu ya Rasulullah..” Sebarkanlah salam diantara kalian”. (HR. Muslim no.54)
#$# Di awal
materi, Ustadz mejelaskan mengenai kewajiban kita untuk bersyukur kepada Allah
atas nikmat2 yang tak berbilang jumlahnya. Caranya;
Pertama;
Mengetahui dan meyakini bahwasanya nikmat yang kita dapat, datangnya adalah
dari Allah Ta’ala. Bukan dari mbah dukun, bukan dari pak Kiyai, bukan juga dari
makhluk2 yang lainnya.
Kedua; menggunakan nikmat yang
dititipkan kepada kita pada jalan yang diridhoi-Nya. Contohnya, nikmat harta;
dibelanjakan dengan benar sesuai kebutuhan kita, tidak untuk membeli barang2
haram dan dilarang, diinfaq-kan sebagian darinya ke jalan Allah, dll
Nikmat sehat; kesehatan itu mahal harganya, bisa kita rasakan
sendiri saat sakit, masuk rumah sakit, biayanya banyakk. Oleh karena itu,
kesehatan harus dijaga, tidak boleh menyengajakan diri untuk sakit / menyakiti
diri sendiri. Ketika sehat, digunakan untuk beribadah kepada Allah dengan
maksimal. De es be.
Ketiga; berusaha untuk mengerjakan apa
yang telah Allah wajibkan, sebagaimana tujuan manusia itu diciptakan. “tidak
diciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.
#&# Kita
diperintahkan untuk berilmu, tapi itu tidak akan berguna tanpa diiringi dengan
amal. Jadi, setelah kita mendapatkan ilmu, harus dibarengi dengan amal
perbuatan sebagai implementasi dari ilmu tersebut. Teori tanpa praktek hanya
akan sia2 belaka. Misal; kita tahu ilmu ketika makan itu haruslah, duduk, baca
bismillah,. Dll. Harusnya setelah tahu adab2nya, larangan2 yang berkaitan dengannya,
ya dipraktekkan secara nyata-nya. Begitu lho.
#&#
Beberapa tipe / motivasi orang ketika mendatangi majelis ilmu;
Mencicipi; mencoba2,
apakah ustadznya penyampaiannya bagus, sesuai dengan yang diharapkannya.
Absen; datang
hanya ingin dilihat temannya, ‘O, si Fulan rajin ta’lim..,’ bla..bla..
mendapatkan komentar orang lain.
Tajassus; mencari kesalahan pemateri, kemudian
mendebat pemateri tersebut, sehingga dilihat orang2 bahwa dia berilmu.
Mencari dalil / bahan
untuk disebarkan.
Hendaknya mencari ilmu itu
diniatkan untuk meraih ridho dari Allah Ta’ala,. Luruskan niat.
#%# Kembali
kepada Al-Qur’an sebagai sumber dari
segala sumber ilmu. Yang di dalamnya-lah terdapat solusi dari segala macam
problema. Hal ini lah kuncinya, tidak ada yang diragukan lagi dari hal
tersebut. Ilmu apa wae ada. Kita
semua sepakat akan hal ini. Jadi, mengambil ilmu dari Al-Qur’an, itulah yang
paling utama.
Hmm., karena ada suatu hal, ta’lim kali ini tidak ada sesi tanya
jawab.
----------------------------------------------------------------------------
Pembahasan lain tentang menuntut ilmu, bisa dilihat di sini
Mungkin dari materi kajian, hanya sedikit sekali yang bisa saya
bagikan karena adanya keterbatasan saya. So., afwan jiddan ya, sodara2.. ;D
-----------------------------------------------------------------------------
Moment;
Saya duduk anteng
menempel dinding saat seorang ummahat tengah menggelar #semacam karpet. Beliau memperhatikan
dan menghampiri saya. Menyapa dan berkenalan-lah ujungnya. Lalu beliau
meninggalkan saya lagi untuk suatu urusan.
Moment lagi;
Ummahat tadi kembali menghampiri saya. Waktu itu, jama’ah telah
lebih buanyak dari ketika saya datang. Beliau mengajak saya untuk ke depan,
gabung dengan kumpulan2 akhwat2 yang lain. Saya, “gak apa2, saya disini saja...” kataku sambil tersenyum. Beliau,
“ayok.. gak papa,, kog pemalu
banget...”, beliau masih mengajak. Pada waktu bersamaan, seorang bercadar
lainnya sembari membuka cadarnya, menghampiri kami, bersalaman, menyapa ummahat
di sebelah saya. Kami jadi ngobrol seru. Ummahat tadi memperkenalkan akhwat
yang barusan datang kepada saya. Namanya adalah Fajrin. “Tolong dong, kalian
tukar nomor Hp, sekarang..” kata ummahat tadi. Kami tersenyumm, Fajrin, “kog jadi kayak dicomblangin sih..” Akhirnya saya sebutkan nomor Hp
saya ke Fajrin. Ummahat tadi bermaksud memotivasi saya untuk gak usah berkecil hati atau malu
dikarenakan saya tidak berpakaian seperti 99% akhwat yang hadir, yaitu
bercadar. Diceritakan lah, bahwa dulu ada yang pertama datang pakaiannya masih blue jeans, bahkan beliau sendiri mengaku
kalau dulu pertamanya, beliau ikut ta’lim dengan jilbabnya yang masih model cekEk #jilbab segi empat yang dililitkan
di leher. Hhhmmm bertahap, kata beliau. Beliau akhirnya meninggalkan kami,
pesan beliau kepada Fajrin, “tolong ditemenin ya,. Nanti kalau sendirian takut
ada yang nyulik,. Eh.., kayaknya banyak yang mau nyulik,. Tolong dong
biodatanya... #bercanda sama saya.” :D
Moment berikutnya;
Saya ngobrol2 dengan Fajrin, akhwat 20 tahun tersebut ternyata
pengantin baru. “Barokallah....”, saya memberikan selamat. Lalu kami bertukar
cerita tentang diri kami masing2. Lalu, tiba2 beliau bertanya, “mbak target
nikahnya kpn,? Umur 25.?”. saya, “tahun depan, insyaAllah.,, doanya ya..”,
jawabku manteb. Terus saya lanjutin kalimat saya, “tapi belum nemu jodohnya,.”,
sambil nyengirr. Eh, mengejutkan, lha kog
Fajirn dengan tegas + semangat berkata, “sama temen abiku, eh, temen
suamiku aja.. mau gak.???”.
gubraaakk. Saya tersenyum. “nanti tak sms ya.?”, lanjut Fajrin. Saya
tersenyum..hehehe. Kami pun melanjutkan obrolan. Fajrin sempat bercerita
tentang ikhwan yang katanya lagi nyari istri tersebut. :D
Moment selanjutnya;
Alhamdulillah sudah di rumah. Waktu itu sekitar wayah Ashar saat
saya membuka sms dari Fajrin. “bismillah... ukh, dah sampe rumah?”. Saya bales,
“Alhamdulillah udah..”. Fajrin sms lagi, “ukh, piye tawaran an? Mau ta’arufan
ndk?”., waaaaa :D :D
:D :D gulung2 di kamar.
Moment Geje;
Saat sebelum saya berangkat ke ta’lim, saya sempat ‘ngobrol’
dengan Allah. Kata saya, “Ya Allah, saya berniat untuk mencari ilmu, mencari
ridho-Mu. Dan kalau diperkenankan saya mendapatkan bonus, kalau saya boleh request langsung, hmm pertemukan jodoh saya di sana ya Allah..,”
Ahhhahhhhaiiiii.... #jika ada yang berpendapat ini tidak bagus,
tolong jangan ditiru ya, sodara-sodara.. :D
Luruskan niat. :D
-----Jakarta, 13 Nov 2014-----
pagi, di meja kerja
0 komentar:
Posting Komentar