Sabtu, 23 Juni 2012

TELADAN_'kisah'

Posted by Nis |





ABDULLAH IBN HANDHALAH
Ia Mati dalam Keadaan Puasa Sedang Bendera Islam Masih dalam Genggamannya


Orang-orang menyebutnya sebagai anak yang dibasuh oleh malaikat. Sebab ayahnya mati syahid dalam perang uhud. Kemudian Rasulullah Saw., mendengar seorang perempuan menangisi suaminya. Beliau Saw., berkata kepadanya, “Rendahkanlah suaramu, sebab para malaikat sedang membasuh Handhalah”. Abdullah tumbuh sebagai anak yatim. Hati dan perasaannya sarat dengan sinar Islam. Ia menganggap bahwa dunia ini sebagai tempat perjalanan menuju ke akhirat. Oleh karenanya harus berbekal dengan takwa, hingga dapat menghadap kepada Allah dengan lembaran/catatan amal yang suci. Amal perbuatannya sarat dengan harumnya cinta kepada Allah. Sejak masa remajanya ia tenggalam dalam ibadah, menunaikan kewajibannya dengan tepat waktu, puasa sepanjang masa dan di malam hari menjalankan salat sunah sebagaimana dianjurkan oleh Allah. Siang hari ia menggembalakan ternaknya, lalu tinggal di masjid hingga matahari tenggelam. Ia merasa cukup dengan makan gandum, tidak pernah makan dengan makanan yang mengenyangkan perutnya sama sekali.

Dia mencontoh kehidupan Rasulullah Saw., mengikuti apa yang telah ditentukan dan didatangkan dari akidah dan iman. Dia tidak pernah mengangkat kepalanya menghadap ke langit sebagai tanda takutnya kepada Allah dan malu kepada-Nya. Di Madinah ia dikenal sebagai orang yang sering beribadah dan tobat. Tiap saat dari kehidupannya selalu dipenuhi dengan ibadah secara ikhlas kepada Allah Azza wa Jalla.

Ibunya, Jamilah binti Abdullah Ibn Ubay Ibn Salul berbeda dengan ayahnya yang merupakan tokoh munafik. Ia adalah seorang perempuan suci, dan selalu bertobat. Abdullah Ibn Handhalah dididiknya sejak kecil dengan prinsip-prinsip Islam. Oleh karenanya ia tumbuh dengan perkembangan yang suci lagi bersih. Waktu berumur 7 tahun ia menyaksikan hari duka yang menyedihkan di Madinah. Rasulullah Saw., wafat. Kemudian Abu Bakar terpilih sebagai khalifah pertama bagi kaum muslimin.

Abdullah Ibn Handhalah memperhatikan gambaran yang terjadi dalam peristiwa pemilihan khalifah. Ia tahu bahwa Islam tidak membolehkan memutuskan suatu ketetapan kecuali dengan jalan pemilu. Oleh karena itu, Abdullah Ibn Handhalah yang saat itu masih remaja, ketika mendengar bahwa Muawiyah ibn Abi Sufyan membai’at secara paksa demi anaknya Yazid, ia memutuskan tidak membai’atnya, walaupun dengan sikapnya itu ia membayar mahal dengan kehidupannya. Seluruh penduduk Madinah juga sepakat dengan pandangan ini.

Penduduk Madinah menolak membai’at Yazid. Sampai Mu’awiyyah meninggal barulah mereka mulai menampakkan apa yang tersirat dalam jiwanya. Mereka mengambil bentuk penolakannya dengan terang-terangan, dan setelah tragedi Karbala, berubahlah menjadi periode pertentangan dengan senjata.

Merupakan dosa tersendiri bagi siapa yang mengakui Yazid sebagai khalifah. Ia memerintahkan pembunuhan terhadap Imam Husein, membunuh keluarga Nabi (Ahl Al-Bait), memecah barisan kaum muslimin dan terlebih lagi, ia membawa cara non syar’i dengan mengatasnamakan Islam.

Pandangan penduduk Madinah beralih kepada Abdullah Ibn Handhalah. Ialah lelaki yang dikenal tidak memiliki kekurangan sama sekali, bahkan dalam dirinya telah mengejawantah sifat-sifat seorang mukmin sejati yang tidak pernah melenceng dari Al-Qur’an dan sunah. Pandangannya tidak tergiur oleh perhiasan dan kenikmatan kehidupan duniawi.

Penduduk Madinah mengusir Bani Umayyah dari sana, lalu mereka bersepakat di masjid untuk membai’at Abdullah Ibn Handhalah. Ini merupakan aksi perjuangan di jalan Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi Yazid terlanjur memobilisir tentara dari penduduk Syam dengan komando Marwan Ibn Al-Hakam. Yazid memerintahkan tentaranya untuk membunuh penduduk Madinah.

Hanya dalam beberapa hari saja tentara Yazid sampai di Madinah, dan ketika kabar ini sampai kepada Abdullah Ibn Handhalah, ia naik ke atas mimbar lalu memuji kepada Allah dan Rasul-Nya seraya berkata;
‘Hai sekalian manusia, sesungguhnya engkau keluar dalam keadaan marah demi agamamu. Korbankanlah dirimu karena Allah, pasti Ia akan memberikan ampunan dan melimpahkan keridhaan-Nya kepadamu’.

Kemudian ia mengangkat tangannya ke langit seraya menghadap kiblat. Ia berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya kepada-Mulah kami percaya, kepada-Mu kami beriman, kepada-Mu kami bertawakal, ke arah jalan-Mu kami keluar, dan kepada-Mu kami berlindung.”

Setelah ia turun dari mimbar, orang-orang menganjurkan berjihad dan mati syahid. Terjadilah pertempuran oleh penduduk Madinah. Mereka tahu bahwa mereka dalam posisi kebenaran. Sayangnya jumlah mereka sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Syam. Banyak pada syuhada yang bertempur dengan berani. Abdullah Ibn Handhalah memimpinnya dengan hati bergelora untuk mencapai mati syahid, sementara bendera masih ada dalam genggamannya.

Saat tiba waktu Duhur, sebagaimana biasa ia sedang berpuasa, ia berkata kepada salah seorang sahabat lelakinya, “Berjagalah di belakangku, hingga aku selesai salat”. Seusai shalat, lelaki tadi bertanya, “Hai Aba Abd Al-Rahman, tentaramu hanya tinggal 5 orang. Untuk apa kita tinggal di sini?”. Jawab Abdullah Ibn Handhalah, “Celakalah kamu! Sebenarnya kita keluar ini untuk mati syahid. Berjuang di medan laga, berperang lalu mati syahid.”

Setelah beberapa hari kematiannya, lelaki tadi melihatnya dalam mimpi bahwa Abdullah Ibn Handhalah ada dalam bentuk amat indah sambil memegang bendera, lalu orang tadi bertanya kepadanya, “Hai Aba Abd Al-Rahman... bukankah engkau telah terbunuh?” Jawabnya, “Benar, dan aku telah bertemu dengan Tuhanku, lalu aku dimasukannya ke dalam surga, di sana aku memperoleh segala sesuatu yang aku kehendaki.” Lalu ditanya, “Kemudian para sahabatmu... apa yang diperbuat oleh Allah kepada mereka?” Jawabnya, “Mereka bersamaku di sekitar benderaku di surga...”

Berteriaklah lelaki tadi dalam mimpinya berkali-kali, “Abdullah Ibn Handhalah benar!” Allah telah menempatkannya di surga yang lebarnya seluas langit dan bumi.



dari;
POLA HIDUP ORANG-ORANG SHALEH
Syech Abdul Mun'im Qindil



--------







---Perpus Pusat UII, 23 June 2012---
ba'da dhuhur 




0 komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger
Powered By Blogger
Powered By Blogger