Bismillah...,
Segala puji milik Allah Ta'ala..
-----------------------
ANTARA
BID’AH DAN MASLAHAT
Syaikhul Islam Ibnu Thaimiyyah memberikan sebuah kaidah penting tentang mashlahat dan mafsadah, beliau berkata, “setiap perkara yang faktor dilakukannya ada pada zaman Nabi Shallallahu'alaihi wasallam, yang nampaknya membawa maslahat tetapi tidak dikerjakan oleh beliau, maka jelas bahwa hal itu bukanlah maslahat.”1.
Syaikhul Islam Ibnu Thaimiyyah memberikan sebuah kaidah penting tentang mashlahat dan mafsadah, beliau berkata, “setiap perkara yang faktor dilakukannya ada pada zaman Nabi Shallallahu'alaihi wasallam, yang nampaknya membawa maslahat tetapi tidak dikerjakan oleh beliau, maka jelas bahwa hal itu bukanlah maslahat.”1.
Beliau kemudian memberikan contoh, seperti
adzan pada hari raya. Adzan itu sendiri pada asalnya adalah maslahat. Dan
faktor dilakukannya juga ada, yaitu untuk mengumpulkan jama’ah shalat. Tetapi
nabi SAW tidak melakukannya. Berarti adzan pada hari raya bukanlah maslahat.
Kita menyakini hal itu sesat sebelum kita mendapatkan larangan khusus akan hal
tersebut atau sebelum kita mendapatkan bahwa hal tersebut membawa mafsadah.
BID’AH
HASANAH, ADAKAH?
Sungguh aneh bin ajaib apa yang dikatakan
oleh Al-Ghumari dalam bukunya, Itqaan
Shun’ah fii Tahqiiqi Ma’na Al-Bid’ah (hlm. 5): “Sesungguhnya para ulama
bersepakat untuk membagi bid’ah menjadi dua macam: bid’ah yang terpuji dan yang
tercela... Tidak ada yang menyelisihinya kecuali Asy-Syathibi.”!!!
Demikianlah ucapannya, sebuah ucapan yang
tidak membutuhkan keterangan panjang tentang bathilnya, karena para ulama Salaf
sejak dahulu hingga sekarang selalu mengingkari bid’ah dan menyatakan bahwa
setiap kebid’ahan adalah sesat.
Alangkah bagusnya ucapan Shahabat “Abdullah
bin ‘Umar tatkala berkata: “Setiap bid’ah adalah kesesatan walaupun dipandang
oleh manusia sebagai suatu kebikan.”2
SENJATA
PAMUNGKAS
Dari Sa’id bin Musayyib, ia melihat seorang
laki-laki menunaikan shalat setelah Fajar lebih dari dua raka’at, ia
memanjangkan ruku’ dan sujudnya. Akhirnya Sa’id bin Musayyib pun melarangnya.
Orang itu berkata, “Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan menyiksaku dengan
sebab shalat?” Beliau menjawab, “Tidak! Tetapi Allah akan menyiksamu karena
menyelisihi As-Sunnah.”3.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
mengomentari Atsar ini, “Ini adalah jawaban Sa’id bin Musayyib yang sangat
indah. Dan merupakan senjata pamungkas terhadap para ahlul bid’ah yang
menganggap baik kebanyakan bid’ah dengan alasan dzikir dan shalat, kemudian
membantai Ahlus Sunnah dan menuduh bahwa mereka (Ahlus Sunnah) mengingkari
dzikir dan shalat!! Padahal sebenarnya yang mereka (Ahlus Sunnah) ingkari
adalah penyelewengan para ahli bid’ah dari tuntunan Rasul shallallahu'alaihi wasallam dalam dzikir,
shalat, dan lain-lain”4.
PESAN SUNAN
BONANG
Salah satu catatan menarik yang terdapat di
dalam dokumen Het Book van Mbonang5
adalah peringatan dari Sunan Bonang kepada ummat untuk selalu bersikap saling
membantu dalam suasana cinta kasih, dan mencegah diri dari kesesatan dan
bid’ah. Bunyinya sebagai berikut:
“Ee... mitraningsun! Karana sira iki
apapasihana sami-saminira Islam lan mitranira kang asih ing sira lan anyegaha
sira ing dolalah lan bid’ah.”
Artinya: “Wahai
Saudaraku! Karena kalian semua adalah sama-sama pemeluk Islam maka hendaklah
saling mengasihi dengan saudaramu yang mengasihimu. Dan kalian semua hendaklah
mencegah dari perbuatan sesat dan bid’ah.”6
---------------------
1
Iqtidhaa’
Siraathil Mustaqiim (II/594)
2
Diriwayatkan oleh Al-Laalika’i dalam Syarh ushul I’tiqaad (126), Ibnu Baththah dalam Al-Ibaanah (205), Al-Baihaqi dalam Al-Madkhaal ilas Sunan (191), Ibnu Nashr
dalam As-Sunnah (70) dan dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Ahkaamul
Janaa’iz (hlm. 258)
3
Qiyaamu
Ramadhan (hlm. 4-5).
4
Irwaa’ul
Ghaliil (II/236)
5
Dokumen ini adalah sumber tentang walisongo yang dipercayai
sebagai dokumen asli dan valid yang tersimpan di Museum Leiden, Belanda. Dari
dokumen ini telah dilakukan beberapa kajian oleh beberapa peneliti. Diantaranya
thesis Dr. Bjo Schrieke tahun 1816, dan Thesis Dr. Jgh Gunning tahun 1881, Dr.
Da Rinkers tahun 1910, dan Dr. Pj Zoetmulder Sj, tahun 1935.
6
Dari info Abu Yahya Arif Mustaqim, pengedit buku Mantan Kiai NU Menggugat Tahlilan,
Istighosahan dan Ziarah Para Wali, hlm. 12-13.
# Abu
Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi
Dalam buku;
‘Mendulang Faedah dari LAUTAN ILMU’
-----Jakarta, 5 Nov 2014-----
meja kerja, pagi penuh barokah -insyaAllah
0 komentar:
Posting Komentar