Bismillah....
Segala
pujian milik Allah Ta’ala.
Menurut
bahasa, do'a berasal dari kata "da'a" artinya memanggil. Sedangkan
menurut istilah syara' do'a berarti "Memohon sesuatu yang bermanfaat dan
memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang memudharatkan". Sejatinya,
tujuan berdoa adalah meningkatkan kedekatan diri kepada Allah SWT sekaligus
untuk memperbaiki diri.
Adapun
lafadz do'a yang ada dalam Al- Qur'an bisa bermakna sebagai berikut:
1. Ibadah,
(Q.S.Yunus: 106).
2. Perkataan
atau Keluhan. (Q.S.Al Anbiya: 15),
3. Panggilan
atau seruan. (Q.S. Ar- Rum: 52),
4. Meminta
pertolongan. (Q.S.Al- Baqarah: 23),
5. Permohonan.
(Q.S.Al- Mukmin: 49).
Tiada amal tanpa doa. via: https://www.pinterest.com/pin/540783867728718078/
Adakalanya dalam
kita berdoa, sudah sekian lama meminta namun tak dikabulkan jua. Sehingga
menumbuhkan benih2 prasangka kepada Allah Ta’ala. Lalu kan terbesit sebuah
tanya, ‘mengapa?’. Itulah kita, manusia. Sukanya gak sabaran.!
Lalu
bagaimana bila rasa lelah dalam meminta kian datang menyapa.? Bagaimana jika
mulai timbul tanya.? Muncul pula si putus asa.?
Ah, sebelum
semuanya itu mulai datang meraba., mari kita ingati janji2 nan pasti dari
Allahu Rabbi: “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah)
sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kelurusan.”
(Al-Baqarah: 186)
“Berdoalah
kalian kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permohonan kalian.”
(Ghafir: 60)
“Sesungguhnya
Allah ta’ala malu bila seorang hamba membentangkan kedua tangannya untuk
memohon kebaikan kepada-Nya, lalu Ia mengembalikan kedua tangan hamba itu dalam
keadaan hampa/gagal.” (HR. Ahmad
(5/438), dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1757)
Kurang yakin
bagaimana.??? Allah Ta’ala telah menetapkan janji-Nya, dan Dia Mahamenepati
janji. Pun ada garansi; doa kita akan disegerakan, atau disimpan untuk tabungan
pahala yang bessuaarr, atau akan diganti dengan yang setara/lebih baik dari
yang kita minta.
Kalau sudah
dijamin sedemikian rupa, apa iya kita akan merasa lelah, atau putus asa? No way!!!
Hhmmmm
lantas bagaimana kita akan mengisi jeda antara doa dan balasan yang akan kita
terima.? Mari kita tengok bagaimana Nabi Zakaria memberikan contohnya... Yang
jelas bukan dengan putus asa ataupun buruk prasangka. Chekidot..
----------------------------------------------------------
BAGAIMANA NABI ZAKARIA MENGISI JEDA?
Salah satu doa Penting.! via: https://www.pinterest.com/pin/552394710519045072/
Berilah makna terindah pada kepelikan,
kesedihan, kesendirian, kebimbangan, keputusasaan.
Adalah Nabi
Zakaria ‘Alaihi as-salam telah
mendambakan kehadiran seorang putra sedari awal pernikahannya. Namun sampai
memasuki usia senja, keinginan beliau belum terpenuhi juga.
Bagaimana ia mengisi jeda antara harapan dan
kenyataan?
Nabi Zakaria
tidak pernah putus asa untuk selalu meminta dan berdoa kepada Allah. Ia
percaya, sekalipun istrinya sudah lanjut usia dan seorang wanita mandul, jika
Allah menghendaki niscaya mereka akan memiliki anak juga. Keduanya ridha dengan
ketentuan Allah.
Hingga suatu hari ia masuk ke ruang Maryam---keponakan
yang diasuhnya. Ia melihat di ruang Maryam terhidang buah-buahan musim panas,
padahal saat itu musim dingin. Nabi Zakaria bukan main herannya. Sebab,
setahunya Maryam sepanjang waktu selalu bersujud kepada Allah dan tidak seorang
pun yang diperbolehkan masuk kecuali Maryam dan dirinya sendiri. Ia bertanya
kepadanya, ‘Dari mana buah-buah ini?’. Maryam menjawab, “Dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki kepada siapa pun
yang dikehendaki-Nya.”
Jawaban ini
menggerakkan hati Zakaria yang secara fitrah ingin dikaruniai anak. Ia
bertanya-tanya dalam hati. Bukankah Zat
yang memberikan buah-buahan bukan pada musimnya itu, pasti sangat mampu juga
memberikan anak kepadaku, walau tulang-tulangku sudah rapuh, kekuatan fisikku
sudah menurun, dan umurku sudah uzur.
Tapi bukankah Allah Maha Berkehendak? Maka tidak ada alasan untuk putus asa.
“Ketika
Zakaria menyeru Tuhannya dengan seruan lemah-lembut.”
(QS. Maryam:
3)
Zakaria pun
berdoa kepada Rabb-nya di tengah malam. Saat manusia terlelap dan pintu langit
terbuka seluas-luasnya. Ia bermunajat dengan suara yang amat lirih, karena jika
sampai kaumnya mendengar permintaannya, habislah ia ditertawai. Meminta anak di
usia senja dengan istri yang mandul. Namun di hadapan Allah, tiada mustahil. Inilah
keteguhannya. Zakaria berdoa dengan lirih. Dengan seruan yang lemah
lembut,seruan yang tidak perlu terdengar oleh orang lain. Ia merayu dengan
bahasa doa paling indah. Terlantun dari hati yang penuh ketawadhuan dan
kerinduan.
“Ya Tuhanku,
sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban.”
(QS. Maryam:
4)
Sepenuhnya -percaya kepada Allah. via: https://www.pinterest.com/pin/552394710517851369/
Lihatlah
bagaimana Nabi Zakaria berbahasa dalam doa. Seringkali kita ini tak beradab
saat berdoa. Menyebut asma-Nya, kemudian mendikte
Tuhan agar kabulkan rentetan permintaan kita. Tidakkah kita malu pada Nabi
Zakaria. Ia memanggil Tuhan dengan panggilan paling mesra, Ya Rabbii; wahai Tuhanku yang menciptakanku, yang memilikiku, dan
yang memeliharaku. Kemudian ia tak langsung pada permintaan, tetapi
diakuinyalah dalam doanya bahwa dia benar-benar telah tua dan lemah. Ia
mengakui kelemahan diri dan keterbatasannya sebagai manusia, itulah mengapa ia
datang memohon pada kekuasaan Tuhan.
“Dan
tidaklah pernah aku, di dalam berdoa kepada-Mu ya Tuhan-Ku, merasakan kecewa”
(QS. Maryam:
4)
Seorang
senja yang telah mendamba keturunan dari awal pernikahannya mengatakan. Dan tidaklah pernah aku, di dalam berdoa
kepada-Mu ya Tuhanku, merasakan kecewa. Mengapa bisa seseorang yang telah
berpuluh tahun berdoa mendamba, tapi tetap bisa mengatakan aku tak pernah kecewa dalam berharap kepada-Mu? Hanya keimanan yang
dapat melakukan ini. Nabi Zakaria memuji Tuhan-nya, yang tak pernah
mengecewakannya. Oleh sebab itu, ia ulangi terus permohonannya.
“Dan
sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, sedang istriku seorang
yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.
Yang akan
mewarisiku dan mewarisi (kenabian) keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, Ya
Tuhanku, seorang yang diridhai.”
(QS. Maryam:
5-6)
Dan
perhatikan, bagaimana Nabi Zakaria meminta keturunan bukan untuk keinginan
manusiawinya semata. Bukan sekadar keinginan seorang yang sudah menikah dan
ingin dikaruniai anak. Bukan sekadar keinginan duniawi. Tapi ia sebuah
keinginan luhur yang dilandasi kekhawatiran terhadap keadaan Bani Israil
sepeninggalnya. Dan sesungguhnya aku
khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku. Nabi Zakaria khawatir tidak ada
yang melanjutkan dakwahnya menyeru tauhid, dan akan terjadi hal-hal yang tidak
sesuai dengan syariah Allah.
Keinginan
yang dilandasi keimanan membuatnya tak pernah putus asa.
Subhanallah.
Allah sesuai prasangka hamba. via: http://nabihahsaid.blogspot.co.id/
Nabi Zakaria
mengisi jeda dengan keimanan dan sangka baik terhadap segala ketetapan Allah.
Bahwa Allah tak pernah mengecewakan hamba-Nya. Tentang terwujud atau tidaknya
keinginan, adalah seni menghadapi takdir Tuhan. Karena segala yang ditetapkan
bagi hamba adalah yang terbaik dari Tuhannya.
Nabi Zakaria
‘alaihi assalaam, telah mengajari kita:
Bahwa jeda
antara doa dan pengijabahannya adalah
percintaan antara hamba dengan Allah. Adanya jeda, bukan berarti
mengabaikan doa, tapi justru DIA cintai
rayuan hamba.
Crayon Untuk Pelangi Sabarmu ---karena
kesabaran perlu terus diteguhkan, ~Natisa
–penerbit; PT.elex media komputindo
Referensi;
http://www.jadipintar.com/2013/10/Hadits-Hadits-Tentang-Perintah-dan-Keutamaan-Berdoa.html
http://asysyariah.com/berdoalah-pasti-allah-akan-mengabulkan-doamu/
-------Jakarta, 17 Oktober 2015-------
menanti 'Ashar