Bismillah...
Bila ikhlas berarti harus selalu
bersembunyi, kapan matahari dapat menerangi semesta ini?
Kita lihat matahari menyingkapkan kelam malam dengan cahayanya
yang selalu purnama. Kita rasakan ia, hangatnya adalah keikhlasan terhadap
sebuah tugas. Tak semata cahaya, panas, dan terik yang menyilaukan. Lebih dari
itu, dia tengah berbicara tentang penghambaan. Tentang tasbihnya pada Pemberi
Tugas. Bila ikhlas berarti harus selalu bersembunyi, bagaimana matahari hendak
menjalankan tugasnya?
Dia berkata pada kita, bahwa ikhlas adalah totalitas pada
pelaksanaan tugas.
Seperti sinar mentari. via: https://yessiemeleiss.wordpress.com/
Bila ikhlas berarti diam pasrah pada takdir, lalu apa yang
menggerakkan sekumpulan semut membuat rumah bak istana yang terbangun dengan
kecanggihan sistem pengamanan dan manajemen luar biasa! Dengan ukurannya yang
kecil. Dengan langkahnya yang hanya setitik. Dengan komunikasi yang terbatas.
Dengan tangan dan kaki yang tak lebih besar dari sesenti helai benang. Tapi
saksikanlah! Bagaimana dia mengubah dan menggunakan segala yang dimilikinya
sebagai amalan tasbihnya pada Allah, Sang Penguasa Semesta.
Dia berkata pada kita, bahwa ikhlas adalah tentang berjuang
mengoptimalkan segala yang dimiliki untuk menjadi sebaik-baik makhluk Allah
Ta’ala.
Bila ikhlas berarti selalu menolak penghargaan manusia dan
berdalih biar Allah saja yang membayar. Ketahuilah, Teman... Islam agama yang
sangat indah. Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wasallam, mengajarkan kita agar segera membayar upah pekerja
sebelum kering keringatnya. Lihatlah. Betapa pun Islam mengajarkan nilai yang
sangat agung, yaitu ikhlas, tapi
Islam tak lantas menghapus segala bentuk
penghargaan lain.
Bila ikhlas bukan begini dan begitu, lalu apa?
Sejenak mari kita tamasya pada surah ketiga terakhir dalam
Al-Qur’an, yang menjadi favorit bacaan surah dalam shalat kita. Al-Ikhlas. Nama
surah yang indah. Namun tak seperti nama surah-surah lain yang tertera dalam
Al-Qur’an. Kita lihat, penamaan surah Al-Baqarah karena di dalamnya ada kisah
Bani Israil yang diperintah menyembelih sapi betina (Baqarah). Kita lihat juga pada surah Ali Imran, di dalamnya
terdapat kisah keluarga Imran (Ali Imran). Surah Yusuf karena di dalamnya
terdapat kisah Nabi Yusuf ‘alaihi as-salam. Dan sebagainya. Bagaimana dengan surah Al-Ikhlas? Apakah
dalam 4 ayat yang dimilikinya disebutkan kata IKHLAS? Tidak. Melainkan
keseluruhannya menekankan makna hakiki
IKHLAS.
QS. Al-Ikhlas via: http://www.ha-mim.net/Duhovnost-detail/cemu-nas-uci-sura-ihlas/
“Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia’”
(QS. Al-Ikhlas: 1-4)
Lewat ayat-ayat-Nya yang ringkas ini, seakan Allah mengajarkan
kita tentang ikhlas. Allah yang Esa! Maka
esakan Ia di setiap doa dan harap kita. Hanya kepada Allah.
Sebelum kita mengeluh dan membuncahkan segala keluhan kepada
manusia, coba kita lari dulu kepada yang menciptakan kita! Jika barang
elektronikmu rusak, pasti pergi ke kantor service resmi produsen barang
tersebut, kan? Inilah ikhlas, fokus pada yang SATU. ALLAH. Baik dari penghadapan amal yang kita lakukan, maupun
penambatannya.
Tengok diri kita, apa yang kita lakukan ketika galau? Sedih?
Update status FB, koar-koar di Twitter, bete melanda, curhat ke banyak orang,
minta dikasihani. Padahal kita punya Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Catat: bergantung! Seluruh
kehidupan kita bergantung kepada-Nya. Jadi, jangan bertanya lagi kenapa sering
galau. Lah, yang dicari bukan Allah, malah unjuk rasa kegalauan kepada manusia.
Hasilnya? Nihil!
Curhat berjama'ah. via: http://www.nyunyu.com/main-article/detail/karaoke-curhat-2#.VefIFNLxv_E
Masihkah mengeluh pada manusia, sedang segala jalan keluar dan
penawar ada di sisi Allah. Jika simpati manusia telah diraih, lalu apa? Terlalu
sering kita terjebak pada segala makhluk yang kasat. Kita harapkan belas kasihan
mereka terhadap segala beban yang kita tanggung, tanpa menyadari bahwa mereka
pun sama manusianya seperti kita, memiliki sesamudra keluhan. Mengapa bersandar
pada kayu rapuh?
Jika hatimu saja sempit menampung segala duka kehidupan, apa lagi
hati orang lain yang menerima curhatmu? Setiap manusia pada dasarnya adalah
makhluk egois. Ia menempatkan urusan dirinya di posisi pertama, selain
kehidupan dirinya adalah nomor sekian. Tak pernah menjadi prioritas. Maka,
mengapa kau taruh harapan berlebih pada manusia, yang tak pernah bisa
memahamimu dengan utuh, apa lagi memberimu jalan keluar?
Mengapa tak berlari kepada Zat Yang Mahakuat? Seorang yang ikhlas ialah,
dipuja atau dihina amalnya tetap memesona.
Ketika kita beramal, coba cek berapa banyak yang menjadi Tuhan
amal kita? biar dipuji atasan, biar kelihatan santun, biar diomongin, biar di –retweet, biar di-like, biar naik pangkat, biar dikata saleh atau salehah.
Caper. via: http://funworldku.blogspot.com/2015/05/tipe-cewek-yang-dibenci-cowok.html
Masihkah mengharap pujian manusia, bila nyata-nyata segala
pembalasan ada di tangan Allah. Jika telah didapat pujian, lalu apa? Pujian
itukah yang mengangkat derajat manusia? Pujian itukah yang akan memeberatkan
timbangan kebaikan kita di hari akhir nanti? Akan terselamatkan kah kita dari
nyala api neraka nan hitam, oleh karena setumpuk pujian manusia? Bahkan pujian
dapat menyeret segunung kebaikan diri ke dalam jurang kehinaan.
Semakin besar keinginan manusia
ingin dipuji, semakin enggan kemuliaan menghampiri.
Tidakkah kita perhatikan Bulan.
Ia meninggi dengan nyalanya yang
terang menjadi panduan manusia berjalan di gelapnya malam.
Tak seperti asap, ia betul
membumbung tinggi, namun rendah dan dijauhi manusia.
Crayon Untuk Pelangi Sabarmu ---karena
kesabaran perlu terus diteguhkan, ~Natisa
–penerbit; PT.elex media
komputindo.
-----------------------------
Ikhlas berasal dari kata akhlasha
yang merupakan bentuk kata kerja lampau transitif yang diambil dari kata kerja
intransitif khalasha (خَلصَ) dengan menambahkan satu huruf
‘alif (أ). Bentuk mudhâri‘ (saat ini) dari akhlasha
(اَخْلَصَ) adalah yukhlishu (يُخْلِصُ) dan bentuk mashdarnya yaitu
ikhlash (إِخْلاص).
Kata tersebut berarti, murni,
bersih, jernih, tanpa campuran. Ikhlas adalah melakukan amal perbuatan
syariat yang ditujukan hanya kepada Allah
secara murni atau tidak mengharapkan imbalan dari orang lain. Perbuatan ikhlas
dibarengi pula dengan keyakinan atas perbuatannya dan tidak memiliki keinginan
untuk menarik kembali apa yang telah ia lakukan. Amal perbuatan syariat pun
terbagi menjadi 2, yaitu usaha lahiriah dan batiniah (doa).
Hingga jelaslah perbedaan antara ikhlas dan ridho. Kalau ikhlas
harus dimulai dengan amal perbuatan syariat seperti membantu, berusaha, berdoa,
dan lainnya sedangkan ridho adalah rela menerima qodha-qodhar dan meyakini
bahwa apa yang terjadi adalah yang terbaik menurut-Nya.
Ikhlas. via: http://blitza679.com/2737/hikmah-makna-ikhlas.html
Ikhlas bersifat Aktif dengan melakukan perbuatan ditujukan kepada
Allah, secara lahiriah dan batiniah. Sebuah perbuatan yang dilakukan secara
ikhlas namun perbuatan tersebut tidak menepati kebenaran, maka amal perbuatan
tersebut tidak diterima. Sebaliknya pula bila menepati kebenaran, namun
dilakukan dengan tidak ikhlas maka amal tersebut pun memiliki kecacatan.
Apa yang dimaksud dengan menepati kebenaran adalah dengan
mengikuti Al Qur’an dan sunnah. Ikhlas sebaiknya dilakukan dengan berusaha
secara lahiriah dan batiniah secara bersamaan. Usaha lahiriah adalah berusaha
dengan sungguh-sungguh secara ikhlas, sedangkan usaha batiniah adalah berdoa
dengan sungguh-sunguh secara ikhlas pula. Bila hanya usaha lahiriah atau usaha
batiniah saja yang dilaksanakan, maka terdapat ketimpangan.
Lawan dari ikhlas dalah riya’
yaitu melakukan amal perbuatan dengan tujuan agar dilihat orang dan mengharapkan
pujian atau balasan dari orang lain. Riya’ berasal dari kata ro’a (رَأى) yang berarti melihat, atau
mengatur sesuatu agar dilihat orang.
-------Jakarta, 3 September-------
11;30
0 komentar:
Posting Komentar