Sabar itu,
warnanya apa, Bunda?
Jika aku
melukiskannya dengan crayon kuning, bolehkah?
Boleh,
Sayang
Sesukamu,
lukis dengan sebanyak warna yang kau suka.
Eh, Bunda...
Boleh aku
gambarkan sabar dengan pelangi seperti yang kita lihat tadi sore?
Ya, seperti
pelangi, Ananda!
Kumpulkan
segala warna indah yang kamu miliki
Merah,
hijau, jingga, semaumu!
Semakin kau
sukai warna pelangimu, kau akan semakin
betah berlama-lama dengannya.
Bunda,
lengkungannya sepanjang apa?
Aku
melukiskannya dari ujung kertas ke ujung yang lainnya.
Sepanjang
yang kau bisa, Manisku.
Pelangi itu
indah bukan? Maka panjangkan saja lengkungannya.
Taraaaa, ‘lukisan sabarku’ sudah selesai, Bunda!
Aku pajang
di mana, ya? Di kamarku atau kamar Bunda?
Tidak
anakku, Simpankanlah ia di hatimu
Agar kau
mudah menemukan pelangi, kapan pun
Tidak perlu
kau tunggu hujan
Tidak perlu
juga kau tunggu badai
Pelangi
sabarmu tak jauh-jauh
Karena kau
telah meletakkannya dalam hatimu.
Crayon Untuk Pelangi Sabarmu ---karena
kesabaran perlu terus diteguhkan, ~Natisa
–penerbit; PT.elex media komputindo.
Pelangi,,. via: https://anasetyowati.wordpress.com/2014/12/19/sabar-ketika-disakiti-orang-lain/
-------------------------
Hidup ini
tentang kebijaksanaan dalam menampilkan sikap pada kenyataan yang menghampiri.
Sikapi
dengan sebaik-baik sikap.
Hadapi
dengan sebaik-baik keberanian.
Berdamai
dengan kehidupan adalah berakrab diri dengan segala rasa, lalu kau tampilkan
sebaik-baik sikap untuk menghadapinya niscaya kehidupan ini dinikmati
Dinikmati.??
Meskipun pahit rasanya? Meskipun sakit tak terkata? --Ah,,, itu hanya
perasaanmu saja. Pahit memang kelihatannya,, sakit nian sepertinya. Tapi itulah
kenyataannya, tak bisa lagi dicancel,
atau ditukar dengan lain hal yang tak sepahit dan se-sakit itu. Ini lagi
ngomongin apa sih.?
Takdir Allah.
Terkadang membuat kita menangis merasakan sakitnya, atau serasa ingin muntah
karena pahitnya, dan sering kita tersenyum mengecap manisnya. Yah,, lagi-lagi
tentang hal yang tak sesuai keinginan, tak sesuai harapan, tak sesuai
perkiraan, tak sesuai dengan yang diidam-idamkan. Serba tak sesuai. Membuat mulut
membuka, mengeluarkan sebongkah kata, “Macem
mana pula ini.??!”
Gagal itu menyakitkan via: http://www.kreditur.net/rahasia-bisnis-anti-gagal/
---------------------------
Bagaimana cara menerima ketetapan Tuhan?
Manusia
diberi kehidupan, tapi juga diuji agar terus berpaut pada Yang Maha Menghidupi.
Pertama, insyafi, bahwa diri ini
hanyalah MANUSIA yang berperan sebagai HAMBA. Bukan TUHAN.
Sudah sadar
sebagai manusia yang memiliki Tuhan? Sadari pula wilayah hamba: hanya menjalani
garis kehidupan yang telah ditetapkan. Jika masih saja tidak mau menerima
ketetapan Tuhan, ya sudahlah silakan
mengganti profesi menjadi Tuhan. Bisa? Tidak, kan?
Menerima
atau tidak ketetapan-Nya, toh ketetapan Tuhan tetap berjalan. Kita hanya bisa
memilih; menghadapinya dengan hati lapang atau terus menggerutu dan tak terasa
telah banyak waktu berlalu.
Apabila kita
tidak menerima datangnya musim kemarau, maka kemarau tersebut akan mendatangkan
kesempitan. Demikian juga apabila kita tidak menerima ketetapan datangnya musim
penghujan, kedatangannya hanya akan menjadi siksa. Kerelaan kita terhadap
takdir-Nya yang mendatangkan dua musim tersebut, akan menghilangkan akibat
buruk apa pun yang datang karena keduanya. Demikian halnya, Penerimaan kita
terhadap ujian dan cobaan, akan menghilangkan sedih, perih, dan kesempitan yang
lahir darinya. Sekali lagi, menerima atau tidak, ketetapan Tuhan terus
berjalan.
Sabarr..... via: http://izasuani.blogspot.com/2014/02/sabar-dan-mengeluh.html
Kedua, tingkatkan keimanan. Allah sebagai Tuhan Semesta Alam bukan hanya
Pencipta, tetapi Dia juga Pemilik dan Pengatur semesta dengan segala isinya.
Kira-kira, siapa yang lebih paham kebutuhan ‘produk’?. Perusahaan yang
mengeluarkannya, kan? Begitu pula dengan manusia.
Tuhan
kita-lah yang Mahamengerti apa yang kita butuhkan, bukan sekadar yang
diinginkan.
Jika benar
hati yakin hanya Allah yang Mahatahu yang terbaik bagi hamba-Nya, lantas
mengapa masih terasa berat menerima ketetapan Allah? Dia memilihkan yang
terbaik untuk kita. katakanlah, “Allah lebih tahu daripada aku”.
Apabila
engkau tidak ridha dengan takdir,
Tidak
bersabar atas ujian dan tidak bersyukur atas nikmat, maka tidak akan ada Tuhan
bagimu,
Carilah
Tuhan selain Allah,
Padahal
engkau tahu tidak ada Tuhan selain Allah.
Apabila
engkau mau,
Ridhalah
dengan takdir,
Percayalah
kepada ketetapan-Nya, baik ataupun buruk, manis ataupun pahit.
Sesungguhnya
sesuatu yang akan menimpamu tidak akan luput darimu,
Dan sesuatu
yang harus luput darimu tidak akan menimpamu sama sekali,
Baik dengan
usaha ataupun tanpa upaya.
-syaikh Abdul Qadir Jailani
Crayon Untuk Pelangi Sabarmu ---karena
kesabaran perlu terus diteguhkan, ~Natisa
–penerbit; PT.elex media komputindo.
------Jakarta, 31 Agustus------
14;31
0 komentar:
Posting Komentar