Bismillah...,
Segala
puji kepunyaan Allah ta’ala...
Kembali lagi, ada sebuah kisah yang semoga
berhikmah, sehingga dapat kita ambil dan kita bisa bermuhasabah.. #ceileh,,
kalimatnya.....
Check this out... :)
-------------------------------------
Sebuah rumah sederhana berwarna ijo _hijau, tampak manis terlihat
berjejer dengan bangunan-bangunan di samping kanan dan kirinya, berderet di
tepi jalan raya Lintas Kangkung. Ibu Rini #yang namanya disebut boleh senyum :)#,.
sebagai sang empunya rumah begitu dikenal oleh tetangga2 di sekitarnya, sikapnya
yang selalu ramah kepada siapa saja, dan gaya hidup-nya yang bersahaja meskipun
sebenarnya adalah orang ber-harta. Ibu Rini tinggal berdua dengan suami-nya,
sementara anak-anak-nya sudah memiliki keluarga sendiri. Terakhir anak
ke-tiga-nya melangsungkan pernikahan dengan anak sahabat lama-nya (ibu Nis),
yang ternyata anak-anak mereka dulu-nya adalah satu almamater pondok pesantren
ternama di Jawa. #Ehhhehhhehhhehhmmmmm.... :D
_ amiin... #ya, gak Rin.??
Yak., pagi itu begitu cerah, gumpalan awan di
langit tersusun begitu indah. Pagi masih sangat dini saat sebuah suara ketukan
pintu terdengar oleh Bu Rini yang tengah
mencuci. Begitu dibuka pintu-nya, terlihat Bu Yayah (tetangga sebelah)
dengan wajah cemas dan bingung, “Bu Rini, si Bagas (_anaknya) muntah2 dan
badannya panas tinggi, dari kemarin gak
turun-turun.., Tolong Buk, antarkan ke rumah sakit.,” penuh harap si Bu Yayah meminta
tolong. “Yak., Ayuuk..., nanti saya ke sana.”, sahut Bu Rini tanpa banyak cakap
dan pertimbangan lagi. Karena suami Bu Rini sedang ada dinas pekerjaan ke luar
kota, Bu Rini sendiri yang akhirnya mengemudikan mobil-nya.
Tak berapa lama, mobil Bu Rini sudah berada
di depan rumah Bu Yayah, kemudian segera meluncur ke rumah sakit terdekat.
Ternyata, si Bagas mengalami sakit tipus dan harus menjalani rawat inap.
Setelah keadaan tenang, dan semua sudah bisa dikondisikan, Bu Rini pamit untuk
pulang. Bu Yayah berkali-kali menyampaikan rasa terima kasih-nya, dari raut
wajahnya tergambar rasa syukur yang begitu dalam.
Bu Rini memasuki gang menuju rumahnya. Terlihat
dari ujung gang, di depan rumah Bu Minah ada rame-rame, ade ape itu banyak orang.? #pikir Bu Rini. Bu Rini menghentikan
mobil-nya, mencari tahu penyebab kegaduhan. Oh, ternyata Bu Minah mau lahiran.
Langsung saja Bu Rini menawarkan mobil-nya untuk mengantarkan ke rumah sakit
terdekat. Sementara Bu Minah ditangani oleh bidan beserta kru, bu Rini mengurus
administrasinya terlebih dahulu.
Waktu menunjuk-kan pukul 12;40 saat Bu Rini
menengok jam di tangannya, ”Astaghfirullah.” Bu Rini teringat jadwal
penerbangannya ke luar kota untuk mengikuti sebuah diklat dialog statistika
se-Indonesia, dan dengan itu maka gelar profesor akan segera diraihnya. Telat
setengah jam. Galau,,. Detak kekecewaan memenuhi hatinya. Saat semua telah
dipersiapkan, hhmmm, impian di depan mata tiba2 hilang seketika.
Bu Rini tetap mencoba menenangkan hati-nya.
Kalimat istighfar tak henti ia lantunkan sembari berjalan menuju masjid dekat
rumah sakit. Tak serta merta ia menyalahkan tindakan-nya barusan menolong
tetangganya yang sedang kesusahan. Berusaha tenang. Shalat dzuhur kali ini
dihiasi cucuran airmata, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Kuasa.
Kau tahu yang terbaik untuk hamba-hambaMu. Di atas rencana-ku ada rencana-Mu
yang jauuuhh lebih indah. Aku pasrahkan segalanya kepada-Mu ya Robb... Innalillahi wa innailaihi roji’un,
Allahuma’jurni fii mushibati.,wa ahlifli khoiron minha, amiin.”
Cukup lama bermunajat dalam shalatnya,
akhirnya bu Rini kembali ke kamar dimana bu Minah tadi dibawa. Ternyata oh
ternyata,. Yang di dalam perut bu Minah sudah keluar,. Dengan mata yang
berkaca, dan senyum begitu dalam gambaran bahagia,. Bu Minah.. “terimakasih
banyak bu Rini.., hanya Allah yang bisa membalas kebaikan ibu,.. ...”.
Saatnya pulang, bu Rini pun pamit menuju mobilnya. Diambilnya tas di
meja samping tempat tidur bu Minah. Terasa getaran HP di dalam tas tersebut
yang membuat Bu Rini cepat membukanya sembari berjalan keluar.
Pembicaraan di HP baru saja di akhirinya,
saat mata bu Rini tertuju pada televisi di lorong ruang tunggu, tepat
dihadapannya. Raut wajahnya seolah tak percaya, badannya terasa tak bertenaga,
melihat breaking news dari salah satu
stasiun TV yang menayangkan jatuhnya sebuah pesawat. Dan harusnya dirinya saat
ini berada di dalamnya.!
Tak sadar mulutnya berucap, “Innalillahi wa innailaihi roji’un.,........
alhamdulillahirobbil’alamiin..,
------------------------------
Karena Dia Maha mengetahui yang terbaik untuk
kita.,
Karena Dia punya rencana lebih indah dari
rencana kita.,
Karena Dia sayang kepada kita.,
Karena Dia ingin meninggikan derajat kita.,
Karena Dia ingin membersamai kita., “... sesungguhnya Allah bersama orang2 yang sabar..” (QS.
Al-Baqarah; 153)
Karena Allah., sesuai dengan prasangka
hamba-Nya.
So,. Always positive thinking... sodara-sodara... :D
Semoga manfa'at..,
-----Jakarta, 5 Nov 2014-----
wayah 'Ashar, di meja kerja
0 komentar:
Posting Komentar