Bismillah.
Hari
ini 25/8/16, di perjalanan menuju tempat makaryo
golek upo (kerja) saya bertemu bapak tukang sayur langganan saya di
pertigaan dekat stasiun rajawali. Baru menghentikan motor, si bapak yang sedang
di warung seberang jalan lekas menghampiri saya sembari berkata, “tempe ada noh” hehe kata beliau diikuti
senyum lepas. Soalnya kemarin waktu saya pengin beli tempe ternyata sudah
habis. “kesiangan sih..” kata
bapaknya kemarin. Selesai urusan jual beli nya, dan ternyata saya dikasih
kortingan #alhamdulillah, saya pun bergegas menyalakan motor. Si bapak melepas
kepergian saya dengan pertanyaan, “Kuliah.?”.
Saya, “iya, kuliah pra nikah pak”
hehehe, jawab saya cengengesan. Entah si bapak ngeh atau tidak, soalnya saya
pakai masker plus berisik suara bajai jadi suaranya mungkin agak ngabar. Si bapak pun tersenyum. Saya
pamit,”mari pak..”. Bapaknya, “iya,iya...”, tersenyum memandang
kepergian saya. :D
Cerita
gak penting sodara-sodara. Heheh. Baiklah, langsung ke inti permasalahan
yuuuuks. :D
Move-on.
Kata ini sempat mengganggu pikiran saya beberapa waktu terakhir. Saya bertanya-tanya,
apa yang menyebabkan seseorang itu susah move-on?? Saya tanyakan kepada
orang-orang di sekitar lingkungan saya.
Panda.
Nama lengkapnya adalah Pandawati (bukan nama sebenarnya). Teman satu kantor
saya, bagian yang sama yaitu accounting staff. Ketika saya tanyakan padanya
tentang mengapa dia susah move-on sama abang sebelah dan abang gebetannya dulu.
Dia malah mengelak untuk menjawab. Terus dia malah nyomel2 karena merasa ndak
pernah jadian dengan abang sebelah. Terjadilah perdebatan yang tidak
diperlukan. Pusing jadinya saya malah.
Tapi
dengan kegigihan dan pesona kecantikan saya #halahh,, akhirnya si panda mau
juga membeberkan kisah move on-nya. Bisa dilihat di bawah. Kalau gambarnya kurang jelas, bisa diklik aja gambarnya yak sodara-sodara. :D
Yeahhh.
Dari cuplikan chat antara saya dan narasumber yaitu nyonya Pandawati di atas,
bisa disimpulkan:
---Proses
move-on ada 2. Mudah dan susah. Tergantung dalamnya pengaruh perasaan pada
objek yg kita move-on in itu sendiri.
---Kunci
dari move-on adalah niat dari dalam hati.
---Salah
satu cara move-on adalah membiasakan hati agar tak bereaksi terhadap segala hal
dan kenangan terkait si objek.
---Bila
diperlukan, putuskan semua media komunikasi dengannya. Karena kadang hati tak
kuat menahan rasa ingin berhubungan terus dengannya. Bukan berarti memutus tali
silaturhim. Bila hati sudah siap, silakan berinteraksi lagi tanpa ada rasa
nyeri di ulu hati.
---Entahlah,
kesimpulan lainnya silakan dianalisa sendiri. :D
Sodara-sodaraku
yang budiman. Memang pembahasan move-on itu biasanya terkait masalah
per-mantan-an. Namun, pada dasarnya move-on itu sendiri, secara istilah
memiliki makna bergerak, berpindah. Jadi, bisa diartikan berpindah dari satu
hal ke hal yang lain, dari satu jalan ke jalan yang lain, bergerak entah dengan
berjalan, berlari, menggelinding, dsb. Dan ini berlaku juga terkait iman dan
islam.
Move-on
dari kemaksiatan menuju ketakwaan. Ciehhh. Bahasa kerennya adalah HIJRAH.
Mungkin sudah saking lamanya menjalani maksiat, sehingga susah untuk diajak
move-on alias taubat. Ini,berat sodara-sodara. Misalnya, sudah kebiasaan
bohong. Apa2 selalu mudah mengucapkan kebohongan. Kalau gak bohong rasanya
lidahnya pahit #halahh. Atau sudah kebiasaan nongkrong dengan teman2 sambil
minum2an keras. Terbiasa judi. De es be. Maksiat2 lainnya.
Pasti
rasanya berat. Susah meninggalkan kebiasaan2 buruk tersebut. Tapi selagi ada
niat yang tulus ikhlas, insyaAllah akan sukses juga move-on nya. Mari bersama
kita terus berjuang sodara-sodara.! Allahu Akbar.!!!
Hijrah memang tak mudah. via: memecomicislam.com
Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua. Amiiiin.
-------Jakarta, 25 Agustus 2016-------
meja kerja, menanti waktu shalat ashar
0 komentar:
Posting Komentar